04 - Marriage

19.5K 602 6
                                    

Sasha's POV

Aku hanya bisa tertawa kecil melihat keakraban antara ayahku dengan seorang keturunan Robert Dwayne. Ituloh kakek tua yang selalu membawa tongkat mahal dan katanya sangat ditakuti, entah dia itu pembisnis atau pengusaha aku tak tau. Eh, apa bedanya?

Sesekali ku lirik laki-laki muda yang ternyata anak dari paman Lucas. Dia cukup tampan, namun ia terlihat seperti manekin. Bagaiman tidak? Wajahnya tidak berwarna karena ia jarang mengeluarkan ekspresi, ditambah ia juga jarang mengubah posisi, apalagi berbicara. Tipe orang yang hanya mengeluarkan suara jika ditanyai, jadi menurutku dia laki-laki yang bicara kalau ada maunya. Yang paling membuatku risih adalah tatapan matanya yang tajam dan aura intimidasi yang ia keluarkan. Bahkan, ayahnya saja tidak semenyeramkan dia. Apakah ia menurunkan sifat kakeknya, si Robert itu?

Masih sibuk dengan pikiranku, tiba-tiba pria yang menjadi topik utama di otakku berdeham yang membuat semua orang menoleh ke arahnya.

"Maaf, saya ingin ke kamar kecil" ugh. Nada formal yang sangat menggangku. Syukur saja, kakak dan ayahku tidak pernah berbicara seformal itu padaku, walaupun mereka berdua adalah seorang pembisnis.

"Sasha, anterin Edgar gih", mama yang duduk dipojok sofa melirik ke arahku dengan tatapan yang patut dicurigai. Aku membalas tatapan mama seakan berkata, 'gak mau pokoknya titik'. Melihat siratan penolakan di kedua bola mataku, mama langsung menghadiahiku tatapan tajam yang tak bisa di bantah lagi. Hmm.

Aku langsung berdiri dari tempat nyamanku dan tersenyum manis ke arah om Lucas dan anaknya Edgar. Tentu saja ini bukan senyuman tulus, ini hanya sebuah senyuman manis yang berguna untuk menutupi rasa kesalku.

"Yuk, ikut aku", manusia kutub bertuxedo itu langsung mengekoriku yang berjalan menuju halaman belakang rumah. Tanpa repot-repot memalingkan wajah, aku hanya melihat dari sudut mataku untuk memastikan si Edgar itu masih mengikutiku. Begitu tiba di depan pintu ganda berbaham kaca, aku langsung berbalik dan berhadapan dengan Edgar.

"Toiletnya disana", tunjukku kearah lorong kecil di sebelah kananku yang mengarah langsung menuju kamar mandi. Tanpa basa basi lagi, ia langsung bergegas menuju arah yang aku tunjukkan.

Aku memperhatikan punggung lebarnya yang dibaluti jas berwarna hitam yang akhirnya menghilang saat si empunya berbelok. Jika dipikir lagi, lucu juga ya dia. Berdasarkan kebanyakan cerita yang ku baca, biasanya yang paling sering meminjam toilet itu si wanita bukannya si pria. Nah sekarang, malah seorang pria yang meminjam toilet. Akan lebih normal jika pria ini tipe friendly, bukannya pria dingin berwajah datar seperti Edgar. Membicarakan pria itu hanya membuatku pusing. Kenal saja baru setengah jam, hhh..

Beberapa menit kemudian, sosok Edgar terlihat dari balik tembok dan berjalan menghampiriku. "Udah?", tanyaku berusaha untuk menjadi tuan rumah yang baik. Dia hanya melirikku sekilas saat melewatiku, lalu pergi begitu saja dengan wajah tenang.

Apa-apaan!! Gue. baru. aja. diacuhin. sama. orang. itu?!

Bibirku berdecak kesal lalu berusaha mengejar pria itu. Sesaat aku mengikutinya dari belakang, sampai terlihat ruang tamu, aku langsung berjalan cepat melewatinya dan sengaja menyenggol tubuhnya.

Rasain tuh, batinku diiringi suara tawa yang terdengar jahat.

Tiga orang dewasa yang sedang bersenda gurau itu menoleh ke arahku begitu menyadari kedatanganku. Papa dan om Lucas terlihat tersenyum tipis sementara mama tersenyum misterius. Aku yang merasakan aura canggung hanya terdiam dan langsung duduk kembali tepat di samping papa. Bertepatan saat bokongku mendarat di kursi empuk, Edgar datang bergabung dan kembali duduk di tempatnya semula.

"Ehem. Kita udah punya keputusan" papa tiba-tiba mengeluarkan suara disaat semuanya sedang terdiam. Aku melirik ke arah mama dan bertanya dengan lirikan mata. Namun, nampaknya mama ku tak mau membocorkan rahasia dan hanya tersenyum ke arahku.

"Edgar dan putriku, Sa-" belum saja papa menyelesaikan kalimatnya, aku sudah langsung menyelanya. Memang tidak sopan, namun sepertinya aku tau apa yang sedang terjadi disini. Menurut instingku, aku dan si manusia kutub akan di jodohkan seperti cerita cerita yang pernah kubaca itu.

"Papa sama mama ga ada niat jodohin aku sama Edgar kan?" tanyaku memastikan. Papa dan mama terlihat memandang satu sama lain, sampai suara bariton milik om Lucas mengintrupsi.

"Itulah yang ingin kami bicarakan, Sasha" tak hanya aku. Anaknya sendiripun terlihat terkejut. Setelah sekian lamanya dia memasang tampang datar tidak peduli, akhirnya pria muda itu mengeluarkan ekspresi! Amazing! But..ini bukan saat yang tepat untuk membicarakan ekspresinya.

"Tapi.."

"Saya akan sangat senang jika kamu mau menerimanya" aku yang baru saja ingin menolak tak lagi bisa berkata apa-apa saat melihat senyuman tulus milik om Lucas. Aku menoleh sesaat ke arah Edgar yang ternyata sudah kembali ke wajah datar, bahkan raut ketidak peduliannya terlihat lebih jelas daripada sebelumnya.

"Eh..akan saya pikirkan", ucapku pada akhirnya yang membuat suasana tegang sedikit berkurang.

Yaampunn..apa yang harus ku lakukan sekarang?

Edgar's POV

Setelah menyelesaikan rapat dengan para pemegang saham yang begitu mengesalkan. Aku langsung mengurung diriku di dalam ruangan kerjaku, hanya menyibukkan diri dengan kerjaan yang masih menumpuk. Sementara kedua mata dan tanganku mengerjakan tumpukan dokumen, pikiranku sibuk melayang-layang tentang perjodohan yang dilakukan oleh ayahku.

Sepulang dari kediaman perempuan itu, ayahku membicarakan alasan mengapa ia melakukan hal itu, bahkan sebelum aku bertanya. Disamping desakan kakek, ternyata ayah Sasha juga sangat ingin melihat anak putrinya menikah. Ternyata beliau mengidap penyakit kanker yang sudah tak dapat diobati lagi. Dan aku juga mengingat perjanjian yang diberikan ibuku, tapi sepertinya perjanjian itu tak berlaku lagi karena aku yang lebih dulu melanggar.

Aku menutup dokumen yang harusnya ku kerjakan, karena saat ini pikiranku sedang tidak fokus. Tanganku melepaskan dasi yang terikat di kerah leher bajuku, lalu membiarkan punggungku bersandar. Aku menghembuskan napas panjang dan memejamkan kedua kelopak mataku.

Tak disangka, ternyata hal seperti ini bisa terjadi kepada seorang Edgar Dwayne. Perjodohan? Yang benar saja! Rasanya, aku harus melakukan sesuatu, namun aku tidak tau apa itu.

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatianku dan sosok Diana sedang menengokkan kepalanya dari balik daun pintu. Wanita yang baru saja ku angkat sebagai asistenku itu terlihat bingung namun akhirnya ia berani untuk berdiri tegap.

"Ada seseorang yang ingin menemui anda, pak", katanya.

"Siapa?"

"Ehm..dia tidak ingin memberi tau namanya", jelas Diana dengan gerak gerik gugup.

"Biarkan dia masuk" Diana segera menganggukkan kepalanya lalu membuka kedua daun pintu lebih lebar. Saat itu juga kedua mataku langsung membulat tak percaya saat melihat orang yang sedang berdiri diluar ruanganku.

"Hai"

Tbc.

Night guys~
Bisa nih dibaca klo ga bisa tidur/? Hehe

Don't forget to leave vote and comment! Love ya!









Married with Boss ( PAUSED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang