Sasha's POV
Tarik napas. Hembuskan
Tarik napas. Hembuskan
Tarik napas.."Sudah selesai?"
"Astaga. Kamu ngapain?!" otomatis aku melemparkan bantal kearah Edgar yang sedang berdiri di ambang pintu kamar mandi dengan wajah polosnya. "Aku ngapain?" balasnya kembali.
Aku mendecakkan bibirku, kemudian duduk membelakanginya. "Ngapain gak pake baju?" tanyaku sengit, tanpa repot-repot menengok kearahnya. Kalian jangan pikir yang macam-macam dulu, Edgar masih memakai handuk dari pinggang ke bawah, masih aman. Tapi, tetap saja mataku sudah melihat hal yang sangat canggung!
"Ini mau pakai," sahutnya tenang, dan sepertinya pria itu memang sedang ingin memakai baju karena aku mendengar suara decitan pintu lemari. Terpaksa aku harus diam diposisi ini menatap kearah tembok.
"Sudah selesai?" tanyaku tanpa menengok ke belakang. Tidak ada balasan, yang ada hanya suara decitan pintu lemari yang ditutup dan tempat tidur yang bergerak karena dinaiki. "Sudah," ucapnya yang baru menjawab pertanyaanku tadi.
Dengan wajah menekuk aku membalikkan badanku dan dikejutkan (lagi) oleh Edgar yang sudah berada dibalik selimut. Pria itu menutupi tubuhnya hingga leher, sehingga kepalanya saja yang terlihat. "Ngapain kamu? Gak panas emangnya?" tanyaku.
Edgar membuka matanya dan mengangkat sebelah alisnya. "Istirahat. Nanti sore kita sudah bersiap-siap," ucapnya yang tidak bisa dibantah lagi. Aku menghela napas sebelum membaringkan tubuhku diatas tempat tidur hotel yang empuk. Hahh..ini benar-benar membuatku gugup.
***
Aku menatap ujung dress merah muda yang membaluti tubuhku sekarang. Entah mengapa, aku terlalu takut untuk sekedar menoleh kearah kerumunan para tamu berpakaian serba mewah itu. Yahh.. acara resepsi ini kebanyakan dihadiri oleh orang-orang yang terjun di dunia bisnis, tentu saja banyak.. ini adalah acara resepsi cucu kesayang kakek Robert. Siapa lagi kalau bukan Edgar, suamiku..hehe..aneh rasanya jika aku memanggilnya 'suami'.
Sejak tadi aku berusaha memasang senyuman yang normal karena tubuhku bergetar. Orang-orang ini mengeluarkan aura intimidasi yang amat mencekam. Saat mata mereka menatapku, rasanya mereka seperti menelusuri riwayat hidupku lewat tatapan mata. Aaahhh!! Ini benar-benar membuatku frustasi!
"Apa kau baik-baik saja?" aku menoleh kearah Edgar yang berdiri tepat disampingku. Pria itu masih berdiri tegak dan tenang padahal sejak tadi kami sudah diam diposisi ini selama berjam-jam. Aku tersenyum kecil seraya menunjukkan jari-jari tangan kananku yang membentuk simbol 'oke'.
Edgar tetap memasang ekspresi datarnya sementara salah satu tangannya merogoh sesuatu dari balik jas yang ia kenakan. "Bersihkan keringat diwajahmu," katanya sambil memberikanku sapu tangan berwarna hitam yang kupikir ia simpan saku jasnya.
Aku mengambil sapu tangan itu. "Makasi ya."
Author's POV
"Eh!" suara teguran itu seketika membuat Edgar dan Sasha menoleh. Arie yang mengenakan gaun panjang berwarna merah menghampiri pasangan baru yang menjadi bintang malam ini. "Kok diem-dieman sih?" tanya Arie seraya mengerutkan dahinya.
Sasha mengukir senyuman kecil diwajahnya. "Mmm..enggak kok tante," ucap Sasha. "Kok tante sih? Panggil mami aja yah.." Edgar yang sejak tadi hanya memperhatikan, menaikkan sebelah alisnya. "Mami?" ucapnya tak yakin.
"Kenapa?" tanya wanita paruh baya itu yang langsung direspon gelengan kepala oleh putranya. "Tidak apa-apa."
Sasha tertawa kecil melihat tingkah laku seorang Edgar didepan Arie, mama mertuanya. Sifat ibu dan anak itu sangat bertolak belakang. Menurutnya, mama mertuanya itu memiliki kepribadian yang penuh semangat dan ambisi, sementara Edgar..lelaki itu pasti aslinya penuh semangat dan ambisi yang kuat karena ia seorang pengusaha, namun Edgar tidak terlalu memperlihatkannya dan berlindung dibalik sifatnya yang tenang. Dan lagi, sangat berbeda dengan Sasha yang lebih mirip dengan Arie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Boss ( PAUSED )
Romantizm#120 ROMANCE [092616] "Pertama, kita harus beda tempat tidur. Kedua, ga boleh pegang-pegang. Ketiga, dilarang mencampuri urusan pribadi masing-masing," Pria itu menyunggingkan senyuman tipis sebelum meletakkan selembar kertas di atas meja. "Kalau be...