06 - Why?

17.3K 616 5
                                    

Thanks so so soo much buat mereka AnisyaSofia28, sintyajuniarii, raehanfitriaazahra, AlfiinaaPrasetio..dan yang lainnya yang ga ke sebut T.T

Author jadi makin semangat nih buat cerita ini, wkwkwk.

Okay, happy reading and don't be a silent readers;);)

###

Sasha's POV

Aku benar-benar sudah tidak tau lagi apa yang harus ku katakan maupun lakukan pada pria paling mengesalkan ini, yang sialnya adalah calon suamiku. Ohya, apa aku belum memberitahu sesuatu? Kami sepakat akan menikah dua bulan lagi. Hmm..memang sangat cepat. Bahkan, mama dan tante Arie sudah sibuk mengurusi segala kebutuhan untuk persiapan pernikahan mulai sekarang. Tapi, tentu saja tak ada yang berubah dengan kegiatan keseharian kami. Edgar akan tetap mengurus perusahaannya dan aku tetap mengurus galeri seniku bersama Ian dan yang lainnya.

Kembali ke awal, ini adalah hari sabtu. Hari dimana harusnya aku bersantai dan menonton semua film terbaru seharian penuh. Tetapi untuk alasan lain, aku tak lagi dapat bersantai. Edgar mengajakku untuk ikut dengannya menuju sebuah restoran bergaya eropa yang sangat terkenal itu. Ku pikir ini adalah acara hari lajangnya, tapi ternyata ini adalah acara ulang tahun seorang teman bisnisnya. Sejak pukul 3 sore tadi, aku masih sibuk mengurusi pakaianku. Ini semua karena laki-laki itu! Belum saja ia melihat pakaianku, Edgar langsung menyuruhku berganti pakaian. Memangnya dia tau apa tentang style perempuan?!

"Ganti" sekali lagi. Satu kata yang mewakili semuanya. Satu kata yang sejak tadi ku dengar. Dengan nada perintah yang tak dapat di tolak. Kali ini saja, aku sudah sangat lelah berganti pakaian terus.

"Aku akan memakai yang ini saja" ujarku padanya. Ia mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatap wajahku.

"Oke" sahutnya singkat.

Dengan tampang tidak peduli dan tatapan datar ia langsung keluar dari dalam toko begitu saja. Aku tak tau harus bagaimana menghadapi pria semacam itu. Oh, sudah pernah ku katakan bukan, Edgar adalah tipe pria yang hanya bicara jika ada maunya. Dan hal itu sudah terbukti. Ia sangat berbeda saat membicarakan tentang syarat-syarat bodoh itu. Dan sekarang keinginannha sudah terpenuhi, maka sifat aslinya akan kembali berkuasa. Hhh..

Setelah memakai sepasang wedges yang terlihat cantik, aku langsung menyusul Edgar yang ternyata sudah duduk tenang di bangku kemudi, di dalam mobil yang akan membawa kami.

Sepanjang perjalan, tak ada satu pun dari kami yang mau repot-repot memulai pembicaraan. Hanya keheningan yang menyelimuti. Aku sudah terlalu jengkel padanya, dan dia sendiri sepertinya tidak peduli.

Akhirnya pemandangan gemerlap kota sudah tergantikam dengan pemandangan lahan parkir yang sudah dipenuhi mobil-mobil mewah milik para pembisnis ini. Edgar keluar dari mobil dan memberikan kunci itu pada seorang pria berjas hitam dan kacamata hitam yang menutupi kedua matanya. Terlihat seperti para bodyguards.

"Tidak turun?" entah dirasuki apa, seorang Edgar membukakan pintu mobil untukku. Hal kecil yang cukup membuat rasa jengkelku sedikit menghilang.

Aku menganggukkan kepalaku dan keluar dari dalam mobil sebelum pria serba hitam itu membawa mobilnya menuju parkiran.

Red carpet terbentang di tengah-tengah restoran. Penghubung antara pintu depan dan pintu belakang tempat ini. Aku menggelayutkan tangan kananku pada tangan kiri Edgar. Sesuatu yang biasanya dilakukan oleh pasangan.

Married with Boss ( PAUSED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang