THE CLIMB

1.1K 82 111
                                    

"Duriiii, sini kamu!" Teriak ibu kencang. Aku mengeram, kali ini apa lagi salahku? Segera aku mengancingkan seragam sekolahku dan memakai rok merahku. Memakai kaus kaki asal-asalan dan sepatu yang mulai berlubang.

"Iya bu, tunggu sebentar," jawabku. Perkenalkan namaku adalah Duri Putri, sekarang aku duduk di kelas 5 SD. Aku dua bersaudara memiliki seorang kakak perempuan yang bernama Mawar Merah. Kakak ku adalah gadis yang sangat cantik. Walau masih duduk dibangku kelas 3 SMP, tanda-tanda kedewasaan sudah tercetak ditubuhnya.

Payudara yang mulai membesar, pinggang yang ramping, pinggul yg mulai melebar dan bokongnya yang padat berisi semakin menambah daya tariknya. Dengan kulit putih bersih, rambut hitam panjang, hidung mancung, dan bibir merah alami wajar saja kalau ia dijuluki kembang desa.

Bapak dan ibu sangat menyayanginya, kakakku selalu menjadi permata dirumah. Sedangkan aku, mungkin hanyalah sebuah kerikil yang bisa diinjak-injak dan ditendang sembarangan. Orang-orang selalu membandingkan kami. Membuatku merasa muak berada didekatnya. Sudahlah, saat ini ada yang lebih penting yang harus aku kerjakan. Segera aku berlari kedapur untuk menemui ibuku.

"Kenapa bu?" Tanyaku sesaat setelah aku sampai didapur. Menatap ibu dengan rasa takut yang berlebihan. Mungkin kalian bertanya-tanya mengapa aku takut pada ibuku sendiri. Itu karena ibu adalah wanita yang sangat keras. Beliau tidak akan segan-segan memukulku dengan tongkat sapu kalau aku berani melawan kata-kata beliau.

"Ini, bapak kamu lupa membawa sarapan dan makan siang ke sawah. Sekarang kamu bawain kesana, ya" Perinta ibu padaku. Aku menatap ibu bingung. Aku harus pergi kesekolah hari ini. Lebih pagi dari yang seharusnya, karena hari ini adalah hari senin. Kami harus mengikuti upacara bendera. Aku mencoba memberanikan diri untuk menjawab.

"Tapi bu, duri harus sekolah" jawabku gemetaran. Takut akan reaksi ibu ketika aku membantah beliau. Ibu mengeram, dan akan menjawab perkataanku ketika suara kakakku menyela beliau.

"Ibu, mawar berangkat ya," katanya sambil menyalim tangan ibu.

"Hati-hati dijalan kak," jawab ibu sambil mengelus kepalanya. Aku tersenyum miris, kapan giliranku bu? Kapan menjadi giliranku untuk ibu sayangi, ibu belai, dan ibu puji?

Setelah kakak ku pergi, ibu kembali menatapku. Menghela napas dengan berat. Dia sejenak, mungkin mencari-cari alasan yang tepat untuk beliau ungkapkan? Aku menanti dalam diam, tidak mengeluarkan sepatah katapun. Tidak, bukan karena aku takut dipukul. Itu sudah menjadi makananku sehari-hari. Aku hanya takut ketika aku bersuara, suaraku akan terdengar bergetar. Bergetar akibat rasa kecewa dan rasa iri yang besar pada kakakku.

"Untuk apa kamu sekolah, toh nanti kamu bakal jadi petani. Petani tidak usah sekolah!" Sahut ibu ketus.

"Terus kenapa bukan kakak saja yang ibu suruh mengantarkan bekal bapak?" Bahkan sebelum aku sempat berpikir apa yang barusan aku ucapkan tangan ibu sudah mendarat mulus dipipiku. Tamparan keras yang langsung membuat mataku berkunang-kunang. Bodoh, aku memang sangat bodoh. Untuk apa aku bertanya hal yang sudah pasti. Jawaban yang akan ibu keluarkanpun sudah kuhapal diluar kepala.

"Jangan membandingkan dirimu dengan kakakmu! Kakakmu cantik, pintar, wajar kalau dia sekolah. Nanti kalau ada orang kaya yang datang menikahi dia, dia tidak malu-maluin keluarga. Gak kayak kamu! Udah item, jelek siapa yang mau menikahi kamu. Paling juga nanti dapet suami petani, kamunya juga jadi petani. Buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau nanti malah jadi petani!" Jawab ibu ketus dengan suara membentak.

"Maaf bu" jawabku sambil menunduk. Mengambil tas kresek yang berisi 2 bungkus nasi dan sebotol air minum besar. Menyalimi tangan ibu, kemudian berjalan ke arah selatan. Arah yang berlawanan dengan sekolahku. Aku berjalan dengan pelan, takut kresek yang aku pegang robek. Nanti aku dimarahi lagi. Kami memang berasal dari keluarga kurang mampu. Kami menggunakan barang yang sama berulang kali. Untuk menghemat biaya.

Life is like a song [One Short]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang