Perfect Two

830 64 50
                                    

"Line," bunyi ponselku saat aku tengah sibuk mengerjakan tugas kelompok bersama teman-temanku. Layar ponselku berkedip, menunjukan sebuah pesan Line dari nama yang sudah kuhafal diluar kepala. Senyumku mengembang hanya dengan melihat namanya tertera di ponselku.

'Alexander D.O mengirimi anda pesan' begitu kira-kira yang terlihat dilayar ponselku. Aku menekan tombol View untuk melihat pesan yang dia kirimkan.

Alexander D.O. : 1 jam lagi kita pulang ya 😊, gue masih latihan basket😆😆

Shantika Dewi : sippp 👌, gue juga masih bikin tugas nih 😂😂😂 BANTUIN DONG 😢

Alexander D.O. : emang tugas apa?

Shantika Dewi : sejaraaahh, pelajaran kesukaanmu kan-_-"

Alexander D.O. : gue suka gurunya bukan pelajarannya kampret 😧 SEXY BO 😗😗

Shantika Dewi : ish *kick* udh ah, gue mau balik ngerjain tugas. Biar cepet selesai 😄

Alexander D.O. : oke Cantiiik 😘😘😘😘

Aku tersenyum melihat balasannya. Kemudian ponselku kutaruh diatas meja. Bersiap untuk melanjutkan kembali tugasku, sebelum bunyi pesan masuk kembali menggangguku. Kulirik ponselku yang tertera nama Alexander D.O. kali ini apalagi yang dia kirimkan?

Alexander D.O. : sori typo, jempol gue jempol gajah. Loe tau lah. Oke Shantik 😋😋😋

Shantika Dewi : jatah puding lo 😊 GUE KASI BOBBY😡

jawabku kesal. Kumatikan ponselku kemudian melanjutkan dengan serius menggunting beberapa gambar. Kami menyelesaikan tugas kami dengan cepat. Saling berpamitan, kemudian aku berjalan menuju lapangan basket. Alex mungkin masih berlatih. Memutuskan untuk menontonnya berlatih. Kami selalu pulang bareng. Jika tiba-tiba aku memiliki kegiatan setelah pulang sekolah, dia dengan setia menungguku, begitupun sebaliknya.

Sesampainya dilapangan basket, aku melihat mereka sudah selesai berlatih. Alex yang merupakan ketua tim basket, sedang berdiskusi serius dengan pelatih seperti biasa. Dia sangat tampan, Alex-ku sangat tampan. Tidak salah kan aku jatuh cinta pada laki-laki itu? Setelah menunggu 5 menit, pelatih beranjak pergi. Alex memintaku untuk menunggunya sebentar lagi. Merapikan barang-barangnya sambil mengelap keringat diwajah tengan tangan kokohnya.

"Uhh bau," jeritku sambil menutup hidung saat dia merangkulku. Tentu saja aku tidak berbohong, dia benar-benar bau. Bukannya menyingkir dia malah mengeratkan rangkulannya pada pundakku, sambil tertawa terbahak. Dasar pacar kekanak-kanakan.

"Bau, bau gini masih ganteng kan?" Godanya.

"Ganteng dari hong kong," jawabku ketus.

"Engga lah, jauh amat. Dari hati kamu aja sudah cukup kok." Mata Alex mengedip genit. Kucongkel juga lama-lama.

Saat sampai dimobilnya, dia membukakanku pintu. Kukecup pipinya sekilas sebagai tanda terimakasih, membuatnya membelalakan mata terkejut.

Tidak kuhiraukan dia yang masih mematung. Kututup pintu mobil, kemudian tertawa. 1-0 cintaku.

You can be the peanut butter to my jelly
You can be the butterflies I feel in my belly
You can be the captain and I can be your first mate
You can be the chills that I feel on our first date

You can be the hero and I can be your side kick
You can be the tear that I cry if we ever split
You can be the rain from the cloud when it's stormin'
Or you can be the sun when it shines in the mornin'

Life is like a song [One Short]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang