"Pagi semua," sapa gadis mungil itu pada teman-teman sekelasnya.
"Pagi ev," jawab teman-temannya kompak, "BTW lo udah buat tugas dari pak Ben gak?" tanya Shinta kepada Evlyn.
"Yee, lo mah selalu aja minjem tugas gue," kata Evelyn kesal, namun gadis mungil itu tetap merogoh tasnya kemudian mengeluarkan kertas polio penuh dengan tulisan tangannya.
"Nih!" Evelyn menyerahkan kertas miliknya itu pada Shinta.
"Thank you baby," goda Shinta sambil mencubit pipi tembam Evelyn.
"Shin ikutan dong," pinta sikembar Alyn dan Aryn kepada Shinta.
"Ayuk," ajak shinta.
"Emm... Ev?" Kata Alyn ragu.
"Kenapa Al?" Tanya Evelyn.
"Bawa kertas polio lagi gak? Gue lupa bawa hehe," katanya sambil meringis.
"Selaluuu," Evelyn memutar bola matanya. Menyerahkan 2 lembar polio untuk Alyn dan Aryn.
"Eh, gue juga minta dong," teriak Shinta membuat Evelyn semakin gemas. Evlyn mengeluarkan selembar lagi kertas polio untuk shinta.
"Em..."
"Apalagi?" Tanya Evelyn gemas, bahkan sebelum Shinta selesai berbicara.
"Pinjam pulpen hitam, hehe," katanya sambil cengengesan.
"Lo kuliah bawa apa aja sih? Kertas gak bawa, pulpen gak bawa? Jangan-jangan modul juga lo gak bawa lagi?" Evelyn menatap Shinta curiga, namun yang ditatap hanya menunjukan barisan giginya.
"Ev..." kata Shinta ragu.
Tuhan jika membunuh itu bukan dosa, sudah gue cekik cewek ini, geram Evelyn dalam hati, "apa lagi Shinta?" Jawab evelyn disabar-sabarkan.
"Digigi lo ada cabe," katanya sambil tersenyum.
"Apa? Kenapa gak lo bilang dari tadi?" Teriak evelyn sambil mencari cermin di tasnya. Mencari-cari sisa cabe yang melekat di giginya. Tapi nihil, tidak satupun benda asing yang ada digigi gadis tersebut. Giginya masih putih bersih bak model pasta gigi terkenal.
"Shin, mana? Lo boongin gue ya?" Bentaknya pada sahabatnya yang telah pergi entah kemana.
"Kampret, besok-besok gak akan gue kasi contekan anak itu," geramnya. Sebut saja ini kebodohannya, dia bahkan belum sarapan. Bagaimana mungkin ada cabai yang menyangkut di giginya?
"Pagi Evelyn," sapa seseorang saat gadis ini tengah asik merutuki sahabatnya.
"Hai, pagi Temmy," jawab Evelyn malu-malu.
Temmy adalah laki-laki yang sangat diseganin oleh para mahasiswa. Dengan kecakapannya bermain basket dia telah menyumbangkan banyak piala bagi universitasnya. Selain itu dia juga menjabat sebagai ketua BEM, dia diakui oleh banyak dosen dan dikagumi oleh teman-temannya.
Selain sebagai atlet basket dan ketua BEM, Temmy juga dikenal sebagai mahasiswa berprestasi. Mendapat beasiswa dengan IP nyaris mendekati sempurna. Ditambah dengan wajah tampannya dan latar belakang kelurganya yang wah, laki-laki ini menjadi incaran banyak gadis dikampusnya. Evelyn merupakan salah satunya.
Gadis itu sudah menyukai Temmy semenjak awal pertemuan mereka, sikapnya yang begitu ramah dan terkesan menghormati perempuan membuat Evelyn menjadi tertarik. Semakin lama mengenal laki-laki itu membuat Evelyn semakin mencintainya, Evelyn nyaman berbagi cerita dengannya. Begitu juga laki-laki itu.
Kedekatan mereka sudah menyebar diseluruh penjuru kampus, walaupun saat ini tidak ada kepastian mengenai hubungan mereka. Semua orang tau, bahwa kedua sejoli ini saling mencintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life is like a song [One Short]
ContoListen closely to the songs I play, Because the lyrics speak the words I fail to say Ini adalah kumpulan one short story bergenre songlit selamat membaca ^^ cover created by @mawaddah288