Perawan atau Janda

593 42 94
                                    

"Kamu yakin mau tetap mendaki Jo?" tanya seorang wanita tua kepada Joshua.

"Yakin ma, mama gak usah khawatir deh. Ini bukan pendakian Jo yang pertama kali kan? Jo udah sering juga ke bukit Gardu," jawab laki-laki bernama Joshua itu.

"Tapi jo, tadi mama baca dikoran. Malam ini akan ada badai, mama takut kamu terjebak badai disana. Perasaan mama gak enak jo," lanjut sang ibu.

"Aduh mama jangan berlebihan deh, Jo bulan depan 26 tahun ma. Jo sudah dewasa,"

"Tapi jo..." belum selesai ibunya berbicara, Jo langsung menyanggahnya

"Udh lah ma, percaya sama jo. Jo bisa jaga diri jo sendiri, mama gak usah khawatir." Dipeluknya wanita tua itu, "Jo pasti kembali dengan selamat, bisa jadi sekalian bawa calon mantu mama."

"Bisa aja kamu jo, mana ada manusia tinggal dibukit sana, yang ada cuma rusa dan babi hutan," jawab ibunya sambil mencubit lengan anaknya gemas.

Joshua, laki-laki tampan berperawakan tinggi menawan. Memiliki mata biru gelap, dan kulit gelap sebagaimana kulit seorang pendaki yang terpanggang terik matahari. Tubuhnya terbentuk sempurna dengan tonjolan-tonjolan otot ditempat yang tepat. Dia juga laki-laki pintar, selalu meraih peringkat pertama saat sekolah, dan peraih IP tertinggi di kampusnya. Dia memiliki pekerjaan tetap sebagai direktur pemasaran sebuah hotel ternama. Hidupnya sungguh bahagia dengan kasih sayang melimpah dari kedua orang tuanya, karena dia merupakan anak tunggal.

Namun tidak ada satupun yang sempurna di dunia ini. Jo merupakan seorang jomblo. Jomblo kronis yang bahkan diapun lupa kapan terakhir kalinya dia merasakan pelukan lembut seorang wanita selain ibunya. Entah apa kekurangan yang dia miliki.

♤♤♤♤♤

Jo putus asa, dia terjebak dihutan ini. Tidak tau arah kembali, meringkuk kedinginan. Mengusap usap kedua lengannya untuk menyalurkan kehangatan. Angin berhembus kencang, sebentar lagi hujan.

Sekarang ia menyesal, menyesal karena telah membohongi ibunya. Berkata akan pergi ke bukit Gardu tetapi malah menuju bukit Hardu. Bukit yang terletak dikota sebelah, yang sangat terkenal akan keangkerannya. Kabarnya 2 pendaki menghilang dibukit ini, dan sampai sekarang mayat kedua pendaki itu tidak ditemukan.

Jo memaksa untuk terus berjalan, berdoa agar menemukan jalan pulang atau setidaknya sebuah pondok kecil untuk berteduh sebelum badai mulai menyerang. Semakin lama ia berjalan, semakin rindang pepohanan itu menutupi pengelihatannya.

Malam semakin larut, suasana semakin mencekam. Bahkan diperparah oleh nyanyian burung hantu, kini Jo benar-benar ketakutan. Lolongan serigala menambah rasa ketakutan jo malam ini. Apakah aku akan jadi makanan serigala? batinnya.

Hujan mulai turun, turun dengan lebatnya.  Kilat dan petir berlomba untuk keluar saling bersahut-sahutan, bahkan angin pun ingin menampakkan wujudnya. Menyerang banyak pohon yang tidak bersalah, menumbangkan mereka satu per satu.

Kemudian sayup sayup terdengar suara perempuan, menyanyikan sebuah lagu dengan suara merdunya. Apakah hutan ini benar-benar berhantu? Pikir Jo. Namun rasa penasaran, membuat Jo mengikuti asal datangnya suara tersebut.

Semakin lama semakin jelas, nyanyian gadis itu semakin terdengar lirih. Sebuah lagu yang menyimpan banyak makna, lagu perpisahan oleh seorang gadis akibat ditinggal kekasihnya pergi berperang. Lagu perpisahan selamanya karena sang kekasih meninggal di mendan perang. Mengikuti suara perempuan itu mengantarkan Jo sampai kesebuah rumah.

Sungguh aneh, mengapa ada sebuah rumah mewah yang terletak ditengah hutan?

Jo mengetuk pintu rumah tersebut, tidak ada yang menjawab. Mengetuk semakin keras, tetap tidak ada yang menjawab. Frustasi, Jo akhirnya menggedor pintu rumah tersebut, tapi tetap tidak ada yang menjawab. Kesal Jo mencoba memutar kedua knop puntu itu, dan berhasil. Pintu tidak dikunci, Jo mengucapkan permisi kemudian memasuki rumah itu. Meraba-raba tombol lampu di dinding, akhirnya lampu menyala.

Life is like a song [One Short]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang