A Whole New World

467 43 58
                                    

"Chella, jaga adikmu baik-baik ya, maafkan ibu harus meninggalkanmu sendiri. Maafkan ibu tidak bisa membahagiakanmu sayang. Mulai sekarang hidupmu akan sangat berat, tapi setidaknya kamu tidak harus membiayai pengobatan ibu lagi," bisiknya lemah

"Ibu, ibu bicara apa? Ibu tidak usah memikirkan biaya pengobatan ibu, biar Chella saja yang mengurusnya. Chella bisa bekerja lebih keras menggantikan ayah, ibu hanya perlu beristirahat dan kembali sehat. Aku mohon bu, adik-adik baru berusia 8 tahun, mereka masih membutuhkan ibu," jawab gadis itu

"Maafkan ibu sayang, waktu yang ibu miliki tidak banyak, ibu harus pergi sekarang. Maafkan ibu ya nak, tolong jaga adik-adikmu,"

"Ibu, jangan begini bu. Chella masih butuh ibu." Gadis itu terisak.

Percuma saja, menangis sekencang apapun, memohon sekeras apapun, jika tuhan sudah berkehendak. Tidak seorang manusiapun bisa menentangnya.

💞💞💞💞💞

Setelah kepergian ibunya, Chella harus pandai mengatur waktunya. Membagi waktu untuk sekolah, bekerja dan mengurus adiknya. Selama empat tahun terakhir kehidupan Chella terasa sangan berat.

"Aldo, Shinta cepat pakai seragam kalian. Hari ini hari senin, kalian harus berangkat lebih cepat." Chella memulai harinya dengan keributan seperti biasa.

"Kak Chella, Aldo sembunyiin sepatu Shinta nih," adu gadis itu.

"Bohong kak, dia sendiri yang lupa naruh dimana. Kenapa Aldo yang disalahin?" bentak bocah laki-laki itu tidak terima.

"Ih, ngaku aja Aldo, Shinta lihat kok kemaren Aldo nyembunyiin sepatu Shinta," bentaknya tidak mau kalah.

"Sudah sudah, Shinta sepatumu ada dibelakang pintu keluar. Sana ambil," kata Chella sambil memotong sayur hijau. Menumis sayur dan menggoreng beberapa potong tempe. Menjadikan kedua makanan tersebut sarapan dan bekal makan siang untuk mereka.

Mereka tidak bisa hidup bermewah-mewah. Gaji bulanan Chella sangatlah sedikit, itupun harus dia gunakan untuk membayar kamar kos, listrik, air, biaya sekolah untuk sikembar dan untuk uang makan. Selain itu dia harus menyisikan sedikit demi sedikit uangnya sebagai tabungan jika ada kebutuhan mendesak nantinya.

"Aldo, Shinta ayo sarapan dulu," ajak Chella.

"Iya kak," jawab mereka kompak.

Mereka sarapan dengan lahap, sementara Chella memasukan nasi, sayur dan beberapa potong kecil tempe ke dalam kotak makanan si kembar.

"Kakak, Shinta bosan makan nasi, sayur, tempe, tahu saja. Shinta juga mau makan ayam goreng," rengeknya.

"Kita kan selalu makan ayam goreng sayang, setiap kakak gajian," jawab Chella sabar.

"Tapi itu cuma 1 kali dalam sebulan kak, coba kalau ada papa. Shinta bisa makan enak setiap hari," rengeknya.

"Ya sudah, kalau gitu kamu cari saja papamu," bentak Chella. Gadis dua belas tahun itu terkejut kemudian menangis. Membuat Chella menyesali kata-katanya.

"Maaf Shinta, maafin kakak ya," bisik Chella

"Engga mau, Shinta benci sama kakak. Shinta benci," katanya kemudian berlari keluar kamar kos-kosan mereka.

"Shinta," teriak Chella, ia kemudian berdiri berjalan dengan langkah cepat menyusul adiknya. Namun tangannya ditarik oleh adik laki-lakinya.

"Biar aldo saja yang nyari dia kak, paling juga dia pergi ke taman yang ada di dekat sekolah," kata bocah laki-laki itu, "kakak juga harus bersiap kesekolah kan?! Jangan sampai terlambat."

Life is like a song [One Short]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang