Perdebatan

87 6 2
                                    

Hari senin aku duduk di kursiku seperti biasa, membuka-buka buku pelajaran walaupun tidak mempelajarinya

"Ohayou!"

Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku dari belakang. Shuuko, Dia tersenyum lebar

"Pagi-pagi belajar? Rajin yaa"

"Enggak kok, cuma buku doang. Eheh."

"Ck. Aku mengira kamu anak yang rajin seperti, Kaname"

"Tidak ada yang menyuruhmu untuk mengira, Tokiwa Shuuko"

Kami mengobrol sambil memakan coklat yang dibawa oleh Shuuko, dia mengganti penampilan lagi hari ini. Rambutnya dicat coklat tua keunguan, terlihat cocok untuknya

"Oh iya, aku sudah mengetahui dimana Kansuke Otogi bersekolah"

Wajahnya mendadak serius

"Doko?"

"Hoshigaoka Gakuen"

"Oh"

Wajah Shuuko langsung terlihat bingung, dia menatapku

"Responnya, singkat banget?"

"Memangnya, aku harus merespon seperti apa? Berteriak senang? Berguling-guling di lantai?"

"Dia kan orang yang kamu suka, Himari. Seharusnya kau senang saat mendengarnya. Apalagi, dia mempunyai kemungkinan sebagai pengirim surat itu kan?"

Aku menatap Shuuko dalam-dalam, suka pada Otogi? Aku baru bertemu dengannya sekali! Bagaimana bisa aku menyukainya?

"Aku tidak menyukainya" Aku menggeleng pelan

"Oh ayolah, kamu harus mendengarkan suara hatimu!"

Cih, lucu sekali. Berulang-ulang aku menanyakan 'siapa yang kau suka' pada hatiku, dan jawabannya tidak berubah, nama Kai yang terus membuat degup jantungku tidak karuan

。。。。

Waktu makan siang tiba, kami berempat duduk di meja yang sama. Kami semua sibuk dengan makanan masing-masing, tidak ada yang berbicara sampai...

"Pulang sekolah, mampir ke Hoshigaoka Gakuen yuk"

"Mau..ngapain? ._." Sahut Kai

"Ada otoko yang Himari taksir disana" Shuuko tersenyum jail ke arahku. Ya ampun, dia menyebalkan sekali -_-

"Hontou?" Kai beralih menatapku "Kau kan otoko"

"Aku tidak suka padanya, dan apa maksudmu Satouru? Aku ini onna tahu" Aku memukul bahu Kai dengan tempat minumku.

"Hehe, kalau begitu selamat ya!"

Kai tersenyum lebar, dia menepuk-nepuk pundak-ku, seperti orangtua yang sedang menasihati anaknya

Sungguh, itu terdengar menyakitkan untuk-ku. Pekalah sedikit padaku Kai, aku menyukaimu.

"Hey, waktu makan siang sudah mau habis" Tiba-tiba Kousuke angkat bicara--matanya menatap tajam ke arah Kai.

"Aku selesai." Aku merapihkan bentoku dengan kasar, hari ini mood benar-benar buruk

"Nande? Kamu malu ya,?" Shuuko masih saja mengejek-ku.

Aku memukul meja cukup keras, lalu berdiri. Membuat seisi kelas menatap ke arahku

"Kau tidak usah berlagak sok tahu deh, dan tahu apa kamu tentang isi hatiku?! Baka!"

Wajah Shuuko mendadak pucat, dia terlihat takut denganku--membentaknya memang hal yang tidak pernah aku lakukan sebelumnya. Tapi itu salahnya sendiri, kenapa mulutnya tidak bisa diam?

"Gomen"

Suaranya mengecil, matanya berkaca-kaca. Aku beralih menatap Kai dia juga agak terlihat kaget dengan sikapku tadi. Awalnya dia diam saja, namun perlahan tangannya merangkul Shuuko yang menangis akibat bentakkan-ku tadi.

Deg!

Aku meremas rok-ku kuat-kuat, himari, kenapa hanya kamu yang merasakan sakitnya? Apa ini sudah takdir?

Kelas yang tadinya dipenuhi oleh tawa, mendadak hening. Mereka semua menatapku dan Shuuko, beberapa ada yang memilih untuk keluar dari kelas.

"Tolong, jaga omonganmu!"

Kai berkata dengan tegas, dia berdiri bersama dengan Shuuko yang sudah menangis tanpa suara dan mereka keluar kelas. Aku menatap pintu kelas, walaupun Kai dan Shuuko sudah tidak ada disana, kepalaku tetap mengarah ke sana.

"Ashihara?"

Kousuke menarik-ku ke pelukannya dia berkata lirih

"Tidak apa, Ashihara. Semuanya akan baik-baik saja"

Tepat Kousuke berkata seperti itu, mataku langsung terasa memanas, aku menangis.

----

Saat pelajaran mulai berlangsung kembali, aku dan Shuuko hanya diam. Biarkan saja, aku tidak peduli.

Begitu juga saat waktu pulang sudah tiba, aku menarik tangan Kousuke, menyuruhnya untuk cepat-cepat pulang

"Jangan sedih terus, itu tidak baik loh"

"E-enggak kok"

"Hidungmu memanjang tuh, kau berbohong yaa?"

"Aish! Watanabe..!"

Aku menepuk bahunya. Lalu dia tersenyum aneh. Seperti om-om mesum, aku jadi merinding

"Akhirnya.." katanya tetap dengan senyuman anehnya

"Nani?" Aku memincingkan mataku, kenapa dia tiba-tiba bersikap aneh?

"Akhirnya, senyumanmu kembali Ashihara"

Dia mengelus rambutku, ya.. hanya dia yang mampu membuatku bersemangat kembali. Aku sangat berterima kasih padanya. Selesai mengantarkanku ke rumah, dia berbalik pulang, saat itulah sebuah kertas jatuh

Ganbatte kudasai, 'himari-chan'
-Anonymous-

Aku menatap sekitar, tidak ada siapapun disini. Hanya aku.

........

Doko : Dimana
Hontou : Benarkah
Ganbatte kudasai : Berjuanglah

__________

Alohaaa para redears! Vote sama commentnya yaa, ditunggu loh ^^
Sampai ketemu di part selanjutnya~

The Truth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang