Hari ini Shuuko tidak masuk. Nomor hp-nya tidak aktif. Aku jadi khawatir dengannya, apalagi mengingat kejadian kemarin.
"Pulang sekolah, kita kunjungi saja rumahnya" Kata Kai sambil menaruh jaket-nya di atas meja
"Usulanmu boleh juga!" Aku menjentikan jari, tanda setuju
"Demo, apa kau tahu rumahnya?" Tanya Kai ragu
"Ya. Aku sempat bertukar alamat rumah dengannya"
Sambil menunggu bel masuk, aku dan Kai mengobrol. Aneh juga sih, padahal kemarin aku dan dia baru saja saling mengejek. Dia bercerita, kalau dia suka melukis, mendengar perkataannya aku jadi ingat. Aku belum mengisi formulir pendaftaran klub, tepatnya belum tahu akan masuk ke klub apa.
"Aku ikut klub apa ya?" Aku mengetuk hariku di atas meja sambil berpikir
"ah! Kau ikut cheerleaders saja" usul Kai
"Kau bercanda? Itu, sama sekali tidak cocok denganku!"
"Kau benar. Kau kan otoko"
"Kamu bilang apa? =.="
"Kamu otoko"
"Astaga! Pisau mana ya?"
"Dasar kejam!"
"Pisau? Yuhuuu, aku mencarimu lohh"
Perdebatan diantara kami memang tidak dapat dihentikan. Tidak terasa, Mugi-sensei datang untuk mengajar sastra jepang.
"Oke semuanya, buka buku kalian halaman 130"
Setelah itu, semuanya berjalan normal. Setiap anak fokus pada buku masing-masing, tidak ada yang menganggu, termasuk Kai. Sebuah hal yang langka, kalau dia diam seperti ini, tapi bagus juga. Saat keheningan menyelimuti kelasku, suara pintu yang dibuka secara mendadak, meluruhkan segalanya. Eguchi-sensei masuk ke dalam kelas, mukanya sedikit tegang. Ada apa ya?
"Ehm.." Eguchi-sensei mengambil napas terlebih dahulu "Tokiwa Shuuko, masuk rumah sakit, aku butuh dua orang untuk menemaniku ke sana."
Mendengar hal itu, aku segera mengangkat tangan tinggi-tinggi. Shuuko kenapa masuk rumah sakit? Eguchi-sensei menunjuk ke arahku dan belakangku. Aku menoleh ke belakang, kai tersenyum lebar, ternyata dia punya lesung pipi. Manis.
。。。。
Pulang sekolah, aku dan Kai menaiki mobil Eguchi-sensei, menuju rumah sakit. Selama di perjalanan, tidak ada yang berbicara mungkin lebih tepatnya, tidak minat berbicara.
20 menit kemudian...
Kami sudah sampai di rumah sakit. Kami bertiga langsung berjalan masuk ke dalamnya, baru saja menginjakkan kaki di dalam, seorang ibu berumur 30-an menghampiri kami. Rambutnya kusut, matanya sembab. Apakah dia ibunya Shuuko?
"Ah, anda datang juga" Ujarnya sambil tersenyum--terpaksa " Dan kalian, kalian tomodachi Shuuko kan? Tolong ya!" Ibu Shuuko mengenggam erat tanganku.
Karena tidak tahu apa yang terjadi, Eguchi-sensei menyuruh ibu Shuuko untuk bercerita.
"Kemarin, Shuuko datang seperti biasa" ibu Shuuko mulai bercerita
"Dia datang sambil tersenyum ceria, lalu dia melakukan aktivitasnya seperti biasa. Hingga saat makan malam, dia tidak mau makan sama sekali. Saat aku tanya, dia menjawab belum lapar. Setelah itu,dia masuk kamar. Karena aku khawatir aku mengikutinya. Dia masih biasa saja, membuka buku dan belajar. Demo,ada yang aneh. Dia terus menggosok tangan kirinya. Dan, saat aku masuk tiba-tiba, dia tidak bisa menyembunyikannya. Dia menyilet tangannya dengan cutter! Darahnya sudah berceceran di lantai. Saat aku ingin merebutnya, dia berteriak kepadaku. 'Jangan sentuh aku!' Dia menatapku dengan penuh amarah, lalu..dia..dia menusuk perutnya dengan cutter!"
Aku yang mendengarnya langsung diam. Shuuko? Ada apa dengannya? Ibu Shuuko menangis lagi, aku berusaha menenangkannya. Tiba-tiba seorang suster datang, mukanya panik.
"Gomen nyonya, putri anda!" Ujar suster itu.
Ibu Shuuko berdiri, akhirnya kami mengikuti suster tersebut ke ruangan Shuuko dirawat. Sampai depan pintu, ada suara ke gaduhan dari dalam. Saat pintu ruangan tersebut terbuka,Shuuko tengah berdiri di sudut kamar memegang gunting super besar, entah dapat darimana. Seorang dokter dan seorang suster tengah menenangkannya.
"Jangan dekati aku!" Serunya sambil menodongkan gunting ke lehernya sendiri.
Tangis ibu Shuuko menyelimuti ruangan, aku menatap Shuuko, itu bukan dirinya. Walaupun baru mengenalnya beberapa hari, aku sangat paham! Itu bukan Shuuko.
Suasana sangat genting. Kami semua diam, sampai akhirnya Kai berjalan mendekati Shuuko, walaupun sudah dilarang."Kau akan baik-baik saja" ujar Kai
"TIDAK!" Jerit Shuuko " BIARKAN AKU, KALIAN PERGI!"
"Kalau ada masalah, katakan saja, aku siap mendengarkan" Kai berlutut, mengadahkan tangan, seperti seorang pangeran yang berlutut di depan seorang putri. "Aku dan Ashihara akan menjagamu. Kita tomodachi bukan? Dan tomodachi itu saling membantu. Jadi, jangan sakiti dirimu ya?"
Ya. Berhasil. Shuuko menaruh gunting di atas tangan Kai. Lalu Shuuko menangis, dia benar-benar kacau sekarang.
Lalu....
Lalu....
Entah kenapa, hatiku tiba-tiba terasa sakit.
______
Demo : tapi
Gomen : maaf
﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏
Halo! Seperti biasa, di vote sma commentnya ya! Author bakal seneng loh, heheh. Sampai ketemu di part selanjutnya! ^^ ceritanya, author lagi break dulu nih :v

KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth
RomansaSiapa sangka, gadis sepertiku terjebak dalam cinta yang begitu rumit?