JANCUK

14.2K 1K 319
                                    

Yogi harus membuat sebuah pengakuan.

Ada hal yang dia sembunyikan dari Wirya selama ini. Mungkin tidak ada hal yang sanggup mengubah hatinya hingga Wirya datang dalam hidupnya. Hatinya. Yogi sedang menyembunyikan sesuatu dari Wirya. Hal yang Yogi yakini sebagai sesuatu yang mendebarkan, namun Yogi takut mengatakan hal itu pada Wirya. Alasan? Karena cinta datang bahkan ketika tidak dia sadari.

Ketika jemari Yogi menyapa kening Wirya lembut, mata itu terbuka. Menatapnya dengan wajah melongo. Pipinya naik ketika tersenyum, matanya menyipit, lalu bibir itu. Yogi mencandu.

Ini bukan kali pertama dia mengagumi Wirya. Dulu pernah. Kali pertama Yogi melihatnya adalah ketika dia membeli buah di sebuah kios kecil di pasar. Ketika langkah kakinya menyusuri kawasan kios di pasar, seseorang seperti menarik perhatiannya. Wajahnya manis, tersenyum dengan pipi naik dan mata sipit. Yogi tidak tahu kenapa kakinya enggan bergerak dan mengakar di tempat itu. Matanya meneliti pergerakan Wirya. Bagaimana caranya menghela napas, caranya bicara, caranya mengerjap.

Yogi bergerak ke arah kiosnya. Meski Yogi tidak tertarik dengan buah yang lelaki jual itu, namun penjualnya menarik perhatian Yogi. Yogi hanya ingin menatap lelaki itu lebih dekat. Jantung Yogi bergetar hanya karena sapaan lelaki manis waktu itu. Kali pertama Yogi jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun begitu mengakar kuat hingga Yogi tidak sadar kalau sesuatu yang menggodanya itu bernama cinta.

Hingga menjelang malam Yogi tidak dapat tidur karena memikirkan lelaki manis di kios siang itu. Yogi bingung dengan hatinya sendiri, lantas mulai berpikir semalaman hingga tidak bisa tidur.

Hari-hari berlalu setelah itu. Dia tidak mengerti kenapa lelaki manis itu mengganggunya. Yogi selalu teringat lelaki manis penjaga kios buah itu. Beberapa hari kemudian Yogi sudah tidak tahan. Dia cukur brewoknya, cukur kumisnya, lalu ke tukang cukur untuk merapikan rambutnya. Dia kenakan baju paling bagus dari lemarinya. Pakai parfum wangi. Namun sayangnya ketika sampai di kios buah itu, langkahnya terhenti. Lelaki manis itu sudah tidak bekerja di sana lagi.

Yogi kecewa.

Dia tidak mengerti kenapa harus menggantungkan rasa seperti itu. Yogi benar-benar putus asa. Dia tinggal sendirian di rumahnya, waktu itu Yona belum tinggal dengannya. Yona berada di rumah neneknya.

Yogi marah saat itu. Dia putus asa.

Ketika rasa putus asa mulai mendera hatinya, tiba-tiba Tuhan dengan baik hati mengantarkan lelaki manis itu padanya. Yogi dengan tidak menghilangkan kesempatan itu akhirnya membawa lelaki manis itu ke rumahnya.

Untuk pertama kalinya Yogi menggila hanya karena bersentuhan dengannya.

-JANCUK-

"Abang sadar sekarang?" Wirya bertanya padanya, berdecih kesal. "Aku duluan yang ingat sama abang."

Yogi menggeleng. Mengulum senyum.

"Aku nggak ingat, Wir! Kapan, sih kita ketemunya? Kalau pas kamu ditabrak itu aku ingat."

Jancuk!

Wirya menepuk dahinya kesal. Dia tidak tahu kalau Yogi melupakan kejadian di kios buah waktu itu. Dalam hati Yogi tak henti-hentinya tersenyum. Dia hanya pura-pura tidak mengingat Wirya.

"Lupakan, bang! Mungkin nggak penting kali buat abang. Padahal waktu itu aku ingat meski abang masih brewok gitu."

Yogi tergelak geli, mengusap rambut Wirya dengan raut penuh senyum.

"Abang pasti ingat!!" Wirya berteriak kencang, menunjuk wajah Yogi lagi. Yogi berdehem, lalu mengangguk cepat. Wirya melongo, bersiap menghujat Yogi.

Jancuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang