"Hah?!""Aduh gausah teriak! kuping gue pengang!"
"Eh dimana mana tuh kalau nyulik gabilang kali"
"Yauda kalau versi gue si bilang"
"Ahhh, Tam tapi gue mau pulang, gausa nyulik nyulik deh suasana hati gue tuh lagi ga enak"
"Ya karena itu gue nyulik lo, lo gaada jadwal sama Rama kan?"
"Gaada"
"Oke bagus, siap-siap aja"
Motor ini lalu berlaju terus melewati beberapa jalan, beberapa gedung, sampai pada akhirnya motor Tama berbelok menuju ke dalam gedung hotel.
"Hotel Tam?"
Tanya gue setelah Tama memarkirkan motornya dan gue turun."Jangan berfikiran aneh-aneh dulu deh, gue mau ngajak lo ke gedung ini ke rooftop nya soalnya pemandangannya bagus"
Jawab Tama tetapi masih menaiki motornya"Rooftop?"
Tanya gue sambil melihat gedungnya sampai atas ya lumayan tinggi juga."Iyaa gapapa juga si kalo lo gamau, ya kita balik aja"
"Mau mau mau Tam, ayo cepetan kita keatas"
Sambil mengembangkan senyum, gue turun dari motor dan menarik tangan Tama kedalam gedung.Tapi setelah ingin masuk ke gedung, Tama berbalik menarik tangan gue ke arah yang lain, ternyata Tama melewati tangga darurat di gedung ini.
Gue pun antusias menaiki tangga dengan sumringah. Tapi lama kelamaan capek juga naik tangga nya soalnya butuh beberapa lantai dari gedung untuk sampai di rooftopnya.
Dan sampailah di lantai paling atas gedung ini. Setelah membuka pintu yang ada satu-satunya dilantai ini, gue pun seketika dibuat takjub sama apa yang gue liat ini.
Pemandangan kota metropolitan dikala sore hari itu luar biasa indahnya.
Langit yang sudah memberikan warna cerah sore harinya menambah keindahan pemandangan, serta ga lupa burung-burung yang berterbangan kesana kemari bersama sekawanannya dan berbahagia.
Gue pun berjalan maju sampai tepat di pembatas tooftop yang setinggi dada gue.
"Coba lo tutup mata lo dan rasain angin yang ada disini" instruksi Tama yang dari tadi berada disamping gue, gue menengok Tama sekilas untuk melihatnya ternyata dia sudah memulainya dan lalu gue pun mengikutinya.
Jujur untuk kali pertama ini gue kaya mimpi karena gue bisa sejenak lupa akan kehidupan gue yang ya... begitulah.
Sekitar sepuluh menit gue melakukan hal itu, dan akhirnya membuka mata gue.
"Tam thanks ya buat semuanya" kata gue sambil senyum
"Ternyata bahagia tuh sederhana ya"
"Maksudnya?"
"Iya bisa liat lo senyum kaya gitu aja udah buat gue bahagia"
Sukses perkataan Tama membuat gue langsung menengok kearahnya, gue pun langsung tepat melihat mata teduh Tama menatap gue dan membeku tiba-tiba.
Seketika jantung gue berdegup dengan cepat. Kenapa dengan jantung ini? Hey jantung kau kenapa? Sepertinya gue juga butuh oksigen karena tiba-tiba aja gue sesak.
Lalu gue mengalihkan arah pandang gue kedepan dan menetralisir jantung dan pernafasan gue.
Untuk pertama kalinya muncul perasaan aneh ke Tama, perasaan yang sama kaya gue pertama kali kagum sama ka Gama.
Hari semakin sore, matahari pun mulai bersembunyi lagi ke tempet persembunyiannya.
Langit terlihat begitu indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings
Teen Fiction"Cinta Itu Butuh Perjuangan" Itu yang orang-orang bilang. Tapi, aku hanya memiliki kata depan dari kalimat tadi yaitu, "Cinta". Yap,memang aku tidak mempunyai nyali untuk melakukan kata terakhir itu atau berjuang. Karena bagiku, hanya mengagumi nya...