Arloji telah menunjukan pukul 6 sore. Akito selesai latihan. Ia meluncur ke pinggir arena menghampiri Ahilya sambil merapikan rambutnya. Ia tersenyum, "Hey, kok dari tadi kamu diam aja?"
"Aku takut nanti jatuh," Ahilya malu-malu.
"Kamu kenapa nggak bilang? Tahu kamu mau main, bisa aku sewa pelatih walk-in buat kamu."
"Mahal kan?"
"Nggak apa-apa."
"Nggak ah, mending kamu aja yang ngajarin. Haha—"
"Iya juga. Aku kan tadi janji ngajarin."
Akito nyengir menggaruk kepala. Baru ingat ia tadi berjanji mengajari Ahilya meluncur dengan benar di atas es. "Huu—"
"Lupa,"
"Jahat, aku dilupain."
"Maaf." Akito menggandeng tangan Ahilya menuntun untuk meluncur bersama. Perempuan manis itu terlihat takut. Wajahnya pucat takut jatuh di es yang dingin. "Jangan takut. Meluncur aja."
Ahilya gugup, ia meluncur pelan didampingi Akito. Akito dengan sabar mengajari Ahilya meluncur. Dinginnya arena es tak menyurutkan semangat Ahilya untuk meluncur lebih jauh diatas es yang licin. "Jangan gugup. Aku lepas ya," goda Akito.
Ahilya panik, tak ingin melepaskan genggaman tangannya pada Akito. Genggaman erat membuat Akito tergugu. Wajah Ahilya sepucat salju. Akito memerhatikan perempuannya sembari tertawa kecil. "Kenapa kamu ketawa?" tanya Ahilya. Matanya menatap tajam laki-laki yang disukai. Ia terlihat makin imut jika panik dan pucat. Seperti anak-anak dengan tatapan memelas memeluk boneka kelinci.
"Kamu lucu soalnya! Beda banget sama Akshita,"
Akshita? Kenapa nama itu disebut lagi? Perasaannya mendadak tak enak dan sedikit rasa...benci. Bisakah Akito menyebut namanya dengan benar? A.H.I.L.Y.A bukan Akshita. Dia ya dia bukan yang lain. Ia memilih bungkam. Percuma saja, Akito pasti lebih memilih Akshita bukan dirinya. Sisi yang sulit, Ia tak bermaksud merebut tubuh asli atau Akito, boleh bukan wujud kepribadian menyukai lawan jenis? Rasa takut menghampiri seperti paranoia akut dalam kepribadian seorang Ahilya. Ia jadi tak konsentrasi ketika meluncur hingga tak sadar tangan Akito telah terlepas dari genggaman. 10 detik kemudian—
"Mampus gue, nggak ada remnya!"
Mata ia melotot. Kepanikan terasa hingga ia salah mengucap do'a. Do'a makan ia sebut hingga ia malu. Gadis kepribadian lain itu ingin sekali peluncurannya segera berakhir. Ada Akito berada dua meter dari tempatnya meluncur. Ahilya makin paranoid melihat kakinya meluncur sendiri di arena. Berdebar rasanya menjemput orang yang ia sukai. Jarak dua meter terlihat jauh di matanya. Akito di seberang sana menyambutnya dengan tangan terbuka. Ia mulai meluncur, lalu—
Tiba-tiba keseimbangannya goyah. Ia tak bisa mengontrol kecepatan meluncur untuk menghampiri Akito. Dengan sigap, Akito meluncur cepat menolong Ahilya. Nyaris saja terjatuh. Ahilya bernapas lega Akito menolongnya. Tubuhnya berada dalam posisi berpelukan dengan laki-laki pacar kepribadian...lain dirinya.
Sekejap, dirinya merasa lebih hangat dan nyaman dalam pelukan Akito. Dari dekat wajah laki-laki pacar kepribadian lain dirinya makin tampan. Terlihat jantan seperti tokoh komik cewek yang diceritakan Ahilya sewaktu berkomunikasi di kamar.
Matanya terpejam dalam dekapan Akito. Sangat hangat. Tak merasa kedinginan seperti tadi. Apa yang ia rasakan? Hanya tak ingin kehilangan Akito selamanya. Ia menyesal telah mengucapkan do'a aneh-aneh karena emosi semata. Laki-laki dengan raut kebingungan mempererat dekapan dalam arena.
"Hey, kamu nggak apa-apa kan?"
"Eh?"
Wajah Ahilya seperti kepiting rebus. Salah tingkah karena terlalu nyaman dengan dekapan Akito yang begitu hangat seperti api unggun dalam perapian. Akito menyentuh wajahnya, "Kamu tuh imut."
KAMU SEDANG MEMBACA
A & "A"
Spiritual2 kepribadian dalam 1 tubuh? serem banget! Hiiiii.... Jawabannya, NGGAK DONG! Hehehehe... Bercerita tentang pengalaman seorang perempuan bernama Akshita yang mempunyai Alter ego. Kok bisa? Nggak berebutan tuh kalau mau keluar kepribadian lain? Peng...