Sampai kapan ia ada untuk menggantikan Akshita?Jika seperti ini terus maka...Akshita akan cepat menghilang. Ia tak mau kehilangan kepribadian yang telah membuatnya ada di sini. Matanya menerawang mengingat sesuatu, suatu kata-kata tergambar jelas seperti Tipografi dalam jiwa,
"Kamu harus mempunyai mimpi besar. Saya tak ingin bawahan saya tak punya mimpi. Jadilah orang yang menginspirasi banyak orang."
Kalimat itu bagai cambuk dalam diri kepribadian Ahilya. Sebuah cambuk semangat untuk menjalani hidup membantu Akshita jadi lebih baik dan punya...mimpi besar. Tapi dari mana ia ingat kalimat tersebut? Apakah kalimat itu sebuah prinsip dari Akshita sendiri atau dia 'ditampar' oleh orang lain?
Tiba-tiba bayangan seseorang melintas di kamar. Bayangan seorang laki-laki berambut pirang, bertubuh tinggi dengan wajah tampan lewat depan matanya. Penglihatannya berubah menjadi sebuah ruangan tak ia kenal. Ruangan asing berisi berkas-berkas serta tumpukan kertas besar berisi artikel-artikel yang telah di susun ulang dengan layout menarik. Ruangan minimalis cukup mewah. Ada seorang laki-laki duduk menyesap kopi menunggu seseorang. Dari pintu, ada laki-laki berambut panjang sedada berwarna hitam memakai kacamata membawa seorang perempuan mungil memakai seifuku berambut panjang ikal sedada. Perempuan itu adalah Akshita yang membawa ransel hitam.
"Ini Pak, Vanessa udah datang." Begitu kata laki-laki berambut panjang pamit keluar.
Gadis itu celingukan dan merasa canggung. Laki-laki si penyesap kopi menoleh padanya. Seorang laki-laki tampan berpakaian nyentrik ala komik berambut pirang dan bertubuh tinggi menyapa dirinya sambil mempersilakan duduk di kursi yang telah disediakan.
"Halo—"
"Halo, Pak." Akshita menjawab. Dari wajah ia, sangat terlihat canggung dan kaku. Raut takut dan keringat dingin. Orang itu mempersilakan duduk. Di papan nama tertulis nama dengan huruf kanji. Entah apa bacanya, Ami kebingungan. Ia hanya jelas membaca tulisan hiragana dengan nama Natsune (Jou) dengan jabatan Pimpinan redaksi dibawah nama orang itu.
"Panggil nama boleh kok." sahut laki-laki itu.
Suaranya cukup berat namun terdengar lembut. Berbeda dengan suara asisten yang menginterview dia beberapa hari lalu. "Iya, Mas eh Kak." kata Akshita salah tingkah.
"Ami Winora? Nama yang bagus. Ternyata Vanessa bukan nama asli ya?" sahut ia tersenyum sambil membuka berkas Akshita yang berisi print CV, dan surat lamaran serta contoh desain dan tulisan Akshita dan transkrip nilai dari fakultas bertuliskan Ami Winora.
"Itu nama pena,"
"Nggak apa-apa. Santai aja. Jangan tegang."
"Ia tergugu tak tahu harus berkata apa dengan pimpinan redaksi berpenampilan layaknya tokoh komik itu. Akshita hanya diam dengan tatapan agak takut. Si laki-laki sepertinya tahu Akshita gugup lalu menyodorkan segelas air mineral kemasan.
"Minum dulu aja,"
"Iya, Kak."
Masih canggung. Baru kali pertama ia melamar kerja dengan memakai seifuku dan bertemu calon pimpinan redaksi keren. Ia berusaha menelan air yang masuk tenggorokan dengan santai. Setelah minumnya habis, laki-laki itu melanjutkan pembicaraannya.
"Vanessa atau Ami Winora?"
"Yang mana aja boleh kak,"
"Ami aja. Ngingetin saya sama sailor tenshi. Sailormoon." Laki-laki tokoh komik tersebut tersenyum menyebut nama Ami. Senyumnya terlihat khas dengan dua gigi ginsul dan matanya seolah terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
A & "A"
Spiritual2 kepribadian dalam 1 tubuh? serem banget! Hiiiii.... Jawabannya, NGGAK DONG! Hehehehe... Bercerita tentang pengalaman seorang perempuan bernama Akshita yang mempunyai Alter ego. Kok bisa? Nggak berebutan tuh kalau mau keluar kepribadian lain? Peng...