1: Aku dan "Aku"

184 6 4
                                    

                 

Jakarta, 21 Mei 2014, Pukul 21.03 WIB

Lama tak berjumpa. Apa jadwal kalian hari ini? Kalau aku sengaja menjauhkan diri dari hingar-bingar kampus untuk sekadar mengobrol. Biasanya aku pergi ke perpustakaan jika sedang ingin. Bukan apa-apa, buatku perpustakaan adalah Surga. Di mana buku-buku itu dapat menstimulasi imajinasi dalam tulisanku. Gudangnya referensi apalagi kalau ada wi-fi. Semua orang suka wi-fi bukan? Bagaimana dengan kalian? Apa kalian sama? Maaf aku baru bisa bercerita lagi pada kalian.

Pernah tidak kalian merasa kesepian tapi keadaan sekitar kalian begitu ramai? Atau kesepian adalah makanan kalian sehari-hari? Malam ini aku bersama Ahilya di kamar. Ia berada dalam pikiran yang ruwet jam ini.

"Kak Ahil!? Kak Ahil lagi ngapain?" tanyaku.

"Nemenin lo!"

Duh! Cueknya dia, dari mana sebetulnya dia berasal? Apakah ia tercipta dari salah satu sifatku yang tak bisa cuek? Kalian pasti bertanya-tanya, bagaimana bisa aku dan dia berkomunikasi? Lewat pikiran tentu saja. Cuma risikonya cepat lelah dan mengantuk.

"Oh, kakak nggak tidur?"

"Kan gue satu tubuh sama lo. Gue mana bisa tidur, kalau lo masih bangun buat lanjut naskah dan tugas-tugas lo."

"Iya juga kak." Aku mengangguk. Konyol sekali kelihatannya. Aku seperti boneka pajangan mobil pada saat Ahilya bicara. Hubungan kami memang 'manis' seperti kue. Siapa juga yang ingin tahu hubungan kami? Kalau aku bercerita, paling tak ada tanggapan. Atau lebih parah tak percaya karena keadaan fisikku dan Ahilya mirip. Aku ingin semua orang tahu dan mengharapkan kisah ini jadi inspirasi, tapi bagaimana caranya? Lewat tulisan di sebuah situs cerita. Mudah kan? Ingat, zaman sekarang sudah termasuk canggih tak perlu bersusah payah untuk print out atau menulis dengan tangan memakai buku seperti zaman dulu. Bisa tewas dan tanganku harus rebonding. Untuk print out mungkin masih bisa di maafkan.

"Itu dia maksud gue. Gimana dengan naskah I'm (not) Your Guardian? Jadi dibuat poster?" tanya dia perhatian. Tumben dia perhatian padaku? Aku kira dia cuek setengah mati. Wah, aku salah duga. Ternyata aku belum mengenal kepribadianku yang satu.

"Jadi. Kan, udah sukses." ucapku dengan cengiran di depan laptop.

"Maksudnya?"

"Udah terbit dan selesai dicetak." Aku menjawab sembari meneruskan naskah. Hari makin malam. Jam dinding sudah pukul 10. Aku mematikan laptop lalu membereskan dan meletakkan laptop di tas.

"Promosi kemana aja?"

"Baru beberapa dosen,"

"Dosen aja?"

"Iya, tapi lumayan  4 orang udah ada yang pesan."

"Oh ya-ya—"

"Kak—"

"Ya?"

"Besok, bisa gantian sama gue untuk presentasi nggak?"

"Presentasi apa?" Ahilya heran. Di cermin terlihat raut wajah serta ekspresi mengalami perubahan seolah bukan aku. Sangat berbeda dari biasa yang kulihat.

"Mata kuliah Estetika."

"Emangnya nggak bisa sendiri?"

"Nggak mau?" Aku bertanya. Aduh, bagaimana ini kalau Ahilya tak bisa menggantikanku? Sudah tahu aku gugup akut jika berbicara didepan orang banyak walau cuma teman sekelas saja.

"Bukannya nggak mau. Ini perjanjian kita kan? Gue akan gantiin lo kalau lo kesulitan." Ahilya membantah.

"Iya sih, betul."

A & "A"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang