Sisi Akshita

234 10 2
                                    

Jakarta, 19 Mei 2014, Pukul 16.31 WIB

Setiap hari aktivitasku monoton. Hanya sebatas jadi kupu-kupu dalam kampus. Kuliah-pulang, kuliah pulang. Hari ini rasa malas menghampiri pada kelas ilustrasi digital. Yah faktor kesiangan dan mempunyai feeling tidak enak. Benar saja, sahabatku Adrian Andhika, cowok keturunan Ambon-Belanda itu mengabari bus Transjakarta tak ada yang mengangkut penumpang pada hari ini. Huft...

Aku ingin berbagi sedikit tentang sudut pandangku sebelum memulai kisah selanjutnya.

Namaku Valari Akshita (bukan nama sebenarnya.) Itu nama pena baru beberapa minggu lalu. Umurku, 21 tahun dan sedang menuju usia 22 tahun tanggal 12 September nanti.

Siapa nama lengkapku yang sebenarnya?

Aku malu memberitahu sebenarnya, nama lengkapku Ami Winora, tinggi 151cm. Sangat kecil untuk umur wanita berusia hampir umur 22 tahun dengan berat 35 kilogram.

Hmmmm...apa itu terlalu kecil?

Aku berambut pendek sebahu, berkulit sedikit kuning langsat dan suka sekali galau. Ups, yang ini sih harusnya tidak aku ceritakan ya? Hahaha...tidak apa-apa. Anggap saja itu perkenalan kalian padaku.

Kalian mungkin akan bertanya, "Kapan Ahilya muncul?"

Nanti, jika sudah waktunya dia akan menggantikanku menulis cerita ini. Untuk sekarang, kalian baca dulu kisahku sebelum Ahilya menggantikanku.

Aku hanya anak aneh, sering dibully oleh teman-teman sekolahku sewaktu SD, SMP, SMA. Sepertinya karena aku terlalu pendiam dan tidak pernah melawan.

Aku sadar diri, bukan aku tak bisa melawan karena tubuhku yang kecil, aku hanya takut jika melawan akan ada pertumpahan tinta spidol berliter-liter di kelas. Ditambah lagi, aku tidak bisa bilang 'tidak' pada saat mereka mengejek dan membully. Jadilah mereka tambah membully lewat tekanan batin. Aku merasakan selama 12 tahun. Oleh karena itu, aku lebih suka menceritakan kisahku lewat status Timeline Facebook waktu SMA hingga sekarang. Saat itulah mereka marah dan makin menjadi untuk menjadikanku bahan pelampiasan. Aku setiap hari menulis buku harian yang disimpan rapat-rapat pada salah satu tempat rahasia di kamarku. Dari situlah aku menulis keluh-kesah sebelum aku kenal Facebook.

Karena aku sering menulis status (seperti) marah-marah, aku dipandang drama queen, forever alone, aneh, tidak normal dan sebagainya. Aku cuma kesepian. Maaf sudah memenuhi beranda kalian dengan status-status anehku.

Aku memang belum pantas hidup dan berada di antara kalian yang "normal". Ingin rasanya aku tertidur dan digantikan. Tentu, awalnya aku tak tahu jika aku memiliki kepribadian lain. Saat itu, aku memang tak sadar melakukan perbuatan yang bisa dibilang cukup fatal. Bolos kuliah 1 tahun full dan tidak aktif.

Sampai akhirnya, kakak perempuan di rumah yang menjadi dokter penyakit umum menge-judge diriku mempunyai "Kepribadian ganda."

Aku sama sekali tidak percaya. Aku juga merasa tidak melakukan perbuatan yang fatal sampai aku harus hengkang dari rumah sementara waktu hanya untuk mencari kerja, melalang buana sana-sini dari pengamen jalanan hingga menjadi penulis lepas sekarang. Papaku tetap tak percaya dan mengatakan aku anak nakal, anak tak tahu diri dan sebagainya. Sejujurnya, diriku pernah punya riwayat penyakit psikologis seperti skizofrenia. Puji Tuhan aku telah sembuh.

Kalian mungkin jijik dengan orang aneh seperti aku. Hingga kalian tidak akan pernah mau berteman dengan aku yang "sakit jiwa". Beda dengan orang normal lainnya.

Sekali lagi, aku sadar diri. Tak akan mengganggu kalian dan memaksa kalian berteman denganku. Membaca dan mendengar suara hatiku lewat tulisan ini sudah lebih dari cukup. Sekali lagi, terima kasih telah membaca tulisanku.

A & "A"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang