6: Tentang seseorang (2)

13 1 0
                                    

Perjalanan Akito mengantar Ahilya kurang lebih memakan waktu 40 menit. Kerlip lampu jalan menerangi motor vespa biru modern itu. Perempuan di belakang masih tidur mendekap Akito. Di mata Akito, Ahilya tetaplah Akshita. Yang membedakan hanya gaya dan kepribadian saja. Untuk kejujuran, ia memang lebih suka Ahilya. Dia supel dibanding Akshita yang pendiam. Namun biar begitu, Akshita maupun Ahilya adalah dua kepribadian yang ia sayangi. Tidak pura-pura meski ia sendiri bingung apakah Alter Ego itu ada atau hanya efek trauma kekerasan yang dialami pacarnya hingga berubah 180 derajat?

Sebetulnya Akito ingin menyelidiki apakah Ahilya itu 'betul-betul' Ahilya atau akal-akalan Akshita saja? Tapi jika memang itu Akshita, mengapa berubah? Terutama di gaya dan sifat. Sejak kapan rambut Akshita jadi panjang? Ia ingin Akshita lebih baik dari sebelumnya. Melupakan segala trauma yang dialami.

Ia paham, Akshita salah satu korban kekerasan terhadap perempuan di Indonesia. Lahir dari keluarga disfungsional. Sebutan untuk keluarga yang terjadi banyak , perilaku buruk, dan bahkan diantara anggota-anggotanya. Anak-anak yang tumbuh di keluarga seperti ini cenderung berpikir bahwa hal ini normal. Keluarga disfungsional biasanya terjadi akibat , obat terlarang, dan lain-lain oleh orang tua; atau orang tua; atau orang tua yang meniru tingkah laku orang tua mereka sendiri dan pengalaman keluarga mereka yang disfungsional.

Bukan Akito tak percaya, ia juga merasa baik-baik saja dengan Akshita. Hanya sekarang ia bingung bagaimana cara menggali Ahilya lebih dalam? Pertanyaan sama masih terngiang dalam banyak kesempatan. Sekian lama Akito memikirkan itu, tak sadar ia sudah sampai di samping Gereja Kristus Yesus, Lindeteves Trade Centre.

Perjuangan Akito tambah berat sepertinya. Ahilya adalah kepribadian susah ditebak setelah ia melakukan pendekatan secara umum. Apa yang mesti dia lakukan? Semakin ia memaksa Ahilya, hilang sudah kesempatan untuk menggali lebih lanjut. Semua ia lakukan untuk kebaikan Akshita bukan dirinya. Dirinya tak perlu diberi perhatian asal Akshita bisa sembuh seperti sedia kala. 'Sakit jiwa', sebutan itu sering sekali didengar Akito perihal kepribadian Akshita. Selama beberapa bulan ini, dirinya terus menerima pesan masuk aneh dari orang tak dikenal di facebook menyuruh memutuskan Akshita. Sudah pasti tidak akan ia lakukan. Paling-paling hanya orang iseng tak ingin hubungan dengan perempuannya berjalan lancar.

Ia tak tega menurunkan Ahilya di depan Gereja. Sisi lainnya, ia juga bimbang jika ia menurunkan di rumah bisa-bisa ia kena tembak oleh Ayah Akshita. Tidak lucu kan jika di koran diberitakan ada seorang mahasiswa DKV tewas setelah mengantar pacarnya? Sangat tidak berkelas, bukan? Ia belum memberikan apa-apa untuk keluarganya di negeri matahari terbit itu. Apalagi janjinya untuk menikahi Akshita setelah lulus belum terwujud.

Pada langkah akhir, ia memutuskan mengendarai motor sampai ke depan rumah Akshita. Bangunan berjenis ruko tingkat lima dengan cat biru usang berdiri gagah. Pagar berwarna biru terlihat mencekam. Seakan ingin menerkam siapapun yang masuk. Ia merinding tapi tak tega pada perempuan ini.

"Ahilya—" panggil ia.

Rupa-rupanya Ahilya benar-benar tertidur pulas. Jam tangan telah menunjukan pukul setengah 8 malam. Perjuangan membangunkan Ahilya belum berhasil. Ada apa sebenarnya dengan Ahilya? Kenapa tak bangun?

"Ahilya!" seru Akito.

"Hn?"

Suara lirih terdengar di belakang. Perempuan itu mengerjapkan mata dengan helm belum di lepas. Mengusap mata yang masih setengah terbuka. Ia terperanjat melihat keadaan gelap di jalan seberang rumahnya. Jalan menyeramkan minim penerangan. Ia benci. Kala malam penglihatannya buruk. Baik ia maupun Akshita. Akito menuntun Ahilya hingga ke depan ruko setelah semua helm dilepas. Nyali Akito ciut, tapi tak bisa juga ia meninggalkan. Walaupun ia takut dirinya di bedil, demi melindungi pacarnya, ia siap mati.

A & "A"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang