BAB 31

45.8K 3.6K 17
                                    

by sirhayani

part of zhkansas

__

"Duluan ya, Sa. Kakak gue udah di depan sekolah nih."

Safa mengangguk saat Dias berkata seperti itu. Dia hanya sendiri di dalam kelas. Pandangannya lurus pada tulisan-tulisan seputar materi Kimia yang ada di papan tulis.

"Lo belum pulang?"

Safa mendongak dan mendapati Mira sedang menatapnya. "Seperti yang lo lihat," jawab Safa. Pandangannya kembali tertuju pada papan tulis.

"Ada yang pengen gue omongin."

Safa terdiam sejenak. Dia menebak-nebak apa yang akan dikatakan Mira nantinya. "Mau ngomongin apa?" tanya Safa seraya menatap Mira. "Duduk dulu." Safa menunjuk bangku yang ada di sampingnya. Mira menurut. Tas selempangnya ia simpan di atas meja.

"Gue pengen minta maaf."

Safa menaikkan kedua alisnya. "Minta maaf kenapa?" tanyanya.

"Masalah waktu itu, di lapangan," jawab Mira. "Tentang Sandi... Lo salah paham waktu itu. Dia emang bilang dia sayang sama gue, tapi sayang yang dia rasakan itu nggak sebesar rasa sayangnya sama lo." Safa hanya diam. Tidak ingin membalas perkataan Mira dulu. "Lo kenapa mutusin Sandi gitu aja?"

Pertanyaan Mira membuat Safa menghela napas. Dia menoleh ke samping kirinya. "Gue udah nggak bisa."

"Apa karena kata-katanya waktu itu?" tanya Mira.

Safa diam. Bingung harus menjawab apa.

Mira mendengus kesal. Diliriknya Safa yang tidak berucap. Seperti orang bisu yang berhasil membuat Mira kesal. "Kalau lo sayang, kenapa lo mutusin dia?"

"Udah deh. Kalau lo mau ngomongin hal ini, mending nggak usah. Gue nggak ladenin lo lagi," kata Safa dengan nada kesal.

"Lo itu bego ya?" Mira bertanya dengan penuh penekanan di setiap katanya. "Udah jelas-jelas ada cowok yang ngejar-ngejar lo, lo malah ngejauh. Dan lebih bego lagi, lo itu suka sama dia tapi lo malah nggak mau nunjukin rasa suka lo itu sedikit pun ke dia."

Safa menatap Mira. "Gue udah bilang nggak usah bahas ginian."

"Gue iri sama lo, Sa," kata Mira kemudian. "Gue iri. Lo satu-satunya cewek yang diginiin sama dia. Dikejar-kejar, diusahain, dan dia berusaha narik perhatian lo dengan caranya. Tapi lo malah mentingin ego lo."

Safa menghela napas berat. Dia mengambil tas ranselnya yang berada di atas meja. "Gue udah bilang tadi 'kan kalau gue nggak mau denger?" Safa berdiri. Ia melangkah menuju luar kelas. Tetapi, ada segelintir kata-kata yang terlintas di benaknya. Ia pun berbalik dan menatap Mira yang masih duduk di sana. "Kalau pun gue dan dia sama-sama lagi, itu nggak ngejamin gue bakalan sama dengan dia terus sampai bertahun-tahun ke depannya," kata Safa. Dia kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya. Meninggalkan Mira yang terdiam di sana.

μη

Sandi berhenti tak jauh dari teras rumah Safa. Sebelumya, Pak Iccong—satpam rumah Safa— membukakan gerbang untuknya. Dia memandangi Safa yang sama sekali tidak tahu keberadaannya sekarang. Di telinga cewek itu terdapat earphone dan di tangannya terdapat sebuah buku cetak Biologi.

Sandi tertawa tipis. Bahkan gadis itu masih sempat-sempatnya belajar. Mungkin, cewek itu ingin fokus di dunia Sains, terutama Biologi.

"Safa!" panggil Sandi. "Sa!"

Sandi's StyleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang