by sirhayani
part of zhkansas
__
Sandi memandang langit malam. Dia mendongak dan duduk di atas pembatas jembatan. Beberapa bulan ini, dia dan Safa sudah jarang bertemu. Ah, terakhir mereka bersama saat malam di mana mereka menonton Catatan Akhir Sekolah.
Masih ingat dalam ingatannya ketika Sandi mengatakan sekali lagi, "Lo beneran udah nggak mau lagi sama gue?" Sandi meminta untuk kembali menjalani status pacaran malam itu. Dengan gelengan yakin, Safa menolaknya. Mulai saat itu juga, Sandi benar-benar menjauh.
"Lo galau mulu, San."
Sandi tertawa pelan mendengar celotehan Leo. Dia menatap teman-temannya dan senior-seniornya yang berada tak jauh darinya. Malam ini, untuk yang pertama kalinya mereka nongkrong di jembatan. Jembatan itu memang sepi, jarang pengendara yang lewat di sana. Dan mereka memilih tempat itu untuk menghilangkan penat.
"Biasa aja," jawab Sandi.
Leo mendatangi Sandi. Rokok yang tadinya ada di tangannya segera ia buang ke aspal lalu menginjaknya. "Lo yakin nggak mau ketemu dia untuk yang terakhir kalinya?"
Sandi mendengus. Sejauh yang ia tahu tentang Safa, Safa akan pergi dari Jakarta. Dan cewek itu bahkan tidak memberitahukan kepadanya ke mana dia akan pergi. Hal yang membuat Sandi frustasi.
"Mau," jawab Sandi. Dia lalu menatap Leo. "Tapi dianya mau nggak?"
"Ajak dia aja. Emang kapan dia pergi?"
"Kata Dias minggu ini," jawab Sandi. Mendengar jawabannya sendiri membuatnya benar-benar frustasi.
"Ya udah, ajak dia ketemuan besok aja."
Sandi menimbang-nimbang saran Leo. "Lo yakin dia mau?"
"Coba aja 'kan?" Leo menaikkan sebelah alisnya. "Cewek itu susah ditebak. Lo mungkin lihatnya dia itu seolah-olah nggak mau ketemu sama elo, tapi nyatanya dia berharap lo ngajakin dia ketemuan."
Sandi tersenyum miring. "Oke," balasnya. Dia kembali mendongak untuk menatap langit malam.
μη
"Ish, kalau gue jadi elo mending gue nerima tawaran Sandi buat balikan."
Safa menghela napas panjang. Ditatapnya Nabila yang sedang duduk bersila di atas kasurnya, lalu pandangannya beralih menatap Dias dan Afni. "Kalian semua nggak tahu apa yang gue rasain."
"Itu karena lo nggak mau optimis. Jangan jadiin Bokap lo yang pergi ninggalin lo sebagai alasan kenapa lo nggak mau nerima Sandi lagi. Sa! Dengerin gue deh!" seru Nabila dengan kesal saat melihat Safa kembali sibuk dengan barang-barang yang ia masukkan ke dalam kardus.
"Iya, gue denger," balas Safa. Dia segera duduk di kursi belajarnya dan menghadap ke arah tiga temannya itu.
"Setiap laki-laki itu beda. Jangan samain sifat mereka. Ujung-ujungnya lo juga bakalan nikah dan nggak selamanya dalam rumah tangga itu bakalan mulus-mulus aja. Pasti ada cobaan dari Allah."
"Ya udah. Daripada gue berurusan dengan cinta-cintaan, mending gue fokus belajar aja. Lo tahu sendiri, cewek itu kodratnya menunggu, bukan ditunggu."
Dias memutar bola matanya. "Ribet amat sih hidup lo. Yang dibutuhin dalam sebuah hubungan itu saling percaya, bukan takut untuk menjalaninya."
Safa menghela napas lagi. Sejujurnya, dia benar-benar merindukan Sandi. Tetapi, egonya benar-benar tinggi. Dan karena itu juga dia tidak pernah mengungkapkan keinginan hatinya pada orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandi's Style
Teen FictionSELESAI ✔️ "Lo tahu percepatan gravitasi bumi berapa? Sembilan koma delapan meter per sekon kuadrat. Dan gue butuh lebih dari angka itu di diri gue, supaya elo lebih tertarik ke gue." Namanya Sandi. Siswa SMA yang suka membuat kerusuhan bersama deng...