4.1 Petualangan Piala Grace (part 2)

6.7K 225 4
                                    

"Pencoleng kita takkan bisa meninggalkan bekas-bekas yang lebih jelas lagi bila ia bermaksud demikian," kata Holmes padaku.
"Namun ada dua ciri yang sangat khas di sini. Misalnya, akan terlihat bahwa orang kita ini melompat turun dari tembok dengan kehalusan yang patut dipuji, karena tak ada indikasi bahwa ia melompat, dan kita sia-sia saja mencari tanda-tanda sebuah tangga. Hhm-sepatu ukuran sepuluh, bersol baru atau akhir-akhir ini baru dipasangi sol. Langkah kaki panjang. Tepat begitu! Mr. Staunton, gambarkan sepupu Anda, bila Anda berkenan!" Klien kami buru-buru mengangkat kepala dari lirikan gugup pada kakinya sendiri yang kecil, "Betul-betul, sir!" katanya.
"Saya tak bisa . . . Oh, baiklah!
George Creswell adalah seorang pria besar dan kuat, hampir setinggi Anda sendiri,
Mr. Holmes. Ia berusia lima puluh empat, dengan rambut tebal, masih berwarna coklat gelap, kumis coklat lebat dan-er-mata biru yang agak memudar. Dan-oh, Tuhan! Ya, saya yakin ia memakai sepatu nomor sepuluh." "Begitu," jawab temanku. "Sekarang, mari kita mengalihkan perhatian pada ruang kerja. Ha! Jendela ini dipecahkan dengan cara yang sangat profesional, suaranya diredam oleh selembar kertas kuat yang diolesi sirup. Wah, wah. Dan apa yang akan kita temukan di ruang itu sendiri?" Perabotan ruang kerja itu sendiri amat menarik, menampung akumulasi ekletik barang-barang antik, saksi mata pengejaran Henry Staunton yang tak kunjung padam.
Di atas karpet tebal ada noda- noda berlumpur yang mengarah ke jendela di dinding di depannya, tempat pintu lemari besi terbuka, tepat seperti yang digambarkan klien kami.
Hanya sedikit yang bisa dipelajari dari lemari besi itu, bahkan oleh seorang ahli seperti Sherlock Holmes. Kami dapat menangkap adanya corengan samar yang mungkin dihasilkan oleh jari-jari bersarung tangan, dan kuncinya yang tidak rusak, mengindikasikan bahwa pintu itu dibuka dengan kunci.
Menjawab pertanyaan temanku,
Mr. Staunton mengakui dengan enggan bahwa George Cresswell mungkin punya kesempatan dalam beberapa minggu terakhir untuk membuat cetakan kunci lemari besi. Jelas pikiran itu menyusahkan dirinya, karena ia tampaknya benar-benar senang pada sepupunya,
tetapi jelas bagiku bukti semakin kuat memberatkan ahli pembuat senapan yang sudah pensiun itu.
Segera setelah itu, Holmes dan aku meninggalkan The Elms, dengan jaminan bahwa kami pasti akan meneliti kasus itu.
Temanku jelas tak puas dengan penyelidikannya sejauh ini, dan aku kemudian ingat pada komentarnya sebelum ini yang membingungkanku. "Kau berkata," kataku,
"bahwa masih ada ciri aneh lain tentang jejak kaki di taman.
Apakah itu?" Ia memandangku dengan gayanya yang khas dan instropektif.
"Apakah kau tidak memperhatikannya? Wah,
sederhana saja, yaitu tak ada titik tempat jejak yang kembali dari rumah tumpang tindih dengan jejak yang dibuat waktu masuk rumah.
"Sementara aku merenungkan hal ini, ia melanjutkan,"
Langkahku selanjutnya haruslah mengunjungi Mr.George Cresswell-aku punya alamatnya-dan kurasa aku harus pergi ke sana sendirian. Waktu mungkin berarti penting sekarang." Aku kembali ke Baker Street mendapatkan teman kami Mr. Lestrade dari Scotland Yard menunggu di ruang duduk kami, sungguh-sungguh penuh dengan berita. "Ini tentang kasus Freeling, Dokter," ia menjelaskan. "Anda ingat bahwa orang itu meloloskan diri dari Penjara Chelmsford dua minggu lalu? Yah, kami rasa kami menemukannya. Aku mengatakan demikian karena pria yang kami miliki sudah mati dan dirusak dengan biadab."
Aku mengingat kasus itu dengan sangat baik. Esme Freeling adalah seorang pria licin, elegan, dan berbahaya yang mengincar orang lemah. Ia terbukti pemain kartu yang suka menipu, seorang pemeras yang terkenal dan diduga membunuh. Holmes ikut ambil bagian dalam penangkapan dan penahanannya,
dan jelas akan ingin mengetahui akhir yang aneh dan brutal sebuah karir jahat. "Itu bukan hal yang menyenangkan, Dr. Watson," kata Lestrade. "Wajah orang itu terbakar oleh asam. Mengerikan, memang.
Ia dibunuh dengan pukulan kejam di kepala, dan kemudian . . . Yah,
sisa wajah yang tertinggal tak cukup untuk mengidentifikasinya, tetapi lain-lainnya cocok. Ia seorang pria besar, ototnya terbentuk dari mendayung, rambut coklat tebal. Kami menemukannya, dari sekian banyak tempat, di Pemakaman Highgate, di belakang salah satu kuburan. Tetapi ada suatu hal aneh, sekarang-semua label bajunya diambil! Yah, mungkin ia bepergian dengan menyamar, tetapi tampaknya ia tak bisa lolos dari nasibnya." Setelah menyatakan bahwa ia akan menunggu hingga Holmes kembali, Lestrade menerima sebuah cerutu dariku, dan kami duduk dalam keheningan bersahabat hingga Holmes memasuki ruangan, berwajah muram, dengan berita bahwa George Cressswell belum terlihat selama hampir dua hari. "Klien kami ingin masalah itu dirahasiakan," katanya, "tapi bagaimanapun tampaknya kita harus memanggil polisi." ' Sewaktu mendengar informasi Lestrade, ia mengangkat bahunya yang kurus dan berkata, "Kalau begitu mari pergi dan melihat akhir kasus Freeling."
Aku sudah melihat banyak pemandangan tak menyenangkan selama masa dinasku sebagai Dokter Tentara, tetapi tak ada yang semengerikan seperti yang terbaring di atas selembar marmer putih di kamar mayat di Highgate.
Namun bagi Sherlock Holmes obyek seram dan memelas ini bukan cangkang rusak milik sesama manusia, tetapi hanya obyek penelitian profesionalnya.
Dengan lembut ia mengangkat kepala mati itu dan dengan hati-hati meneliti memar-memar besar di bagian bawah tengkoraknya. Kemudian, setelah satu lirikan singkat pada luka telanjang yang pernah menjadi wajah seorang nanusia, ia mengalihkan perhatiannya pada lengan-lengan yang berotot. Ia menyusurkan jari- jarinya yang sensitif di atas lengan-lengan itu, dan sambil memegang tangan itu dalam tangannya sendiri, ia menutup kepalannya.
"Rasakan otot lengan bagian bawah ini, Watson," ia memerintahkan. "Kondisinya pasti menarik seorang ahli medis." Otot lengan kanan bagian bawah menunjukkan kekuatan yang cukup besar, konsisten dengan apa yang kami ketahui tentang Esme Freeling, tetapi otot di lengan kirinya mengherankanku. Otot itu menonjol seperti sebuah telur, dan jauh lebih berkembang daripada yang pernah kulihat. "Demi Tuhan!" aku berseru. "Pria ini pastilah kidal dan luar biasa kuat." "Freeling orang yang kuat, sir," kata Lestrade menjawab lirikan bertanya temanku,
"tapi tak disebutkan dalam catatan bahwa ia bertangan kiri. Lagi pula, satu-satunya olahraganya adalah mendayung dan itu cenderung akan mengembangkan kedua lengan secara seimbang. Apakah kita anggap,
Mr Holmes, bahwa ini bukan Esme Freeling?" "Tepat," jawab Holmes. "Saya hanya tahu satu aktivitas yang bisa menyebabkan perkembangan otot seperti itu pada seorang pria. Otot dapat membesar seperti itu setelah bertahun-tahun membuat rekoil senapan. Saat ini hanya sedikit yang Anda ketahui, Lestrade, tetapi Watson sudah tahu. Lihat pria ini, Dokter! Lihat sosoknya yang tinggi, rambut coklatnya yang tebal, kakinya yang besar. Bayangkan kumis dan mata biru pucat, dan beri tahu aku siapa ini." "Wah," kataku, "tentunya orang ini hanya mungkin si ahli pembuat senapan yang sudah pensiun itu, George Cresswell!" .
"Tepat, Kita menghadapi usaha yang sangat brutal dan untungnya tak berhasil dari seorang pria yang sangat jahat untuk menyamarkan identitas korbannya. Lestrade, saya harus meminta Anda menahan ketidaksabaran Anda hingga malam nanti, karena aku harus melakukan beberapa penyelidikan lagi. Kemudian, kurasa aku bisa berjanji bahwa kau akan mendapatkan pembunuhmu.
"Ketidaksabaranku sendiri pastilah hampir sebesar detektif polisi itu, dan bagaimana kami berdua berhasil bertahan selama penantian itu tak bisa kukatakan. Holmes langsung meninggalkan kami, dan tidak kembali ke tempat tinggal kami hingga jauh malam, tetapi ekspresi di wajahnya menunjukkan kepuasan. Kami bertiga langsung berangkat ke Hampstead, tempat dua petugas dari Stasiun Polisi lokal bergabung dengan kami. Henry Staunton tak senang melihat pendamping kami, tetapi sikapnya berubah waktu mendengar pengumuman suram Holmes tentang hilangnya Mr. George Crosswell. Dengan fakta ini, kata temanku, berarti pencurian Piala Grace tak terelakkan lagi harus menjadi urusan polisi. "Ya Tuhan," kata klien kami, singkat dan tegas. "Sungguh kejahatan yang jahat-jahat, sir! Siapa yang memikirkannya?" "Sungguh, siapa pelakunya?" jawab Sherlock Holmes. "Pembunuhan adalah kejahatan yang sangat jahat, Mr. Staunton. Dan bila Anda tambahkan itu pada usaha menipu perusahaan asuransi . . ." Wajah Staunton berubah sangat pucat, dan wajahnya yang gemuk tampak berkedut. "Benar- benar, sir, saya-saya tak mengerti maksud Anda!" ia menyembur. "Oh, itu takkan berhasil, Anda tahu itu. Benar-benar tidak akan berhasil. Mr. Lestrade ini membawa surat perintah, dan kami bermaksud menggeledah rumah ini hingga kami menemukan Piala Grace-Pegang dia, tuan-tuan!" Staunton, wajahnya berkerut oleh kebencian yang tak dapat digambarkan, telah meloncat ke pintu, tetapi dalam sekejap kedua petugas menangkapnya.
Ia meronta-ronta keras, tetapi akhirnya aku mendengar suara klik borgol yang memuaskan. "Aku sudah memberitahumu," kata Holmes kemudian, ketika piala berharga itu sudah diambil dari tempat persembunyiannya di bawah sebuah batu lantai di ruang bawah tanah The Elms, "bahwa ada beberapa penyelidikan lagi yang harus kulakukan siang ini. Yah,
aku menemukan, seperti kecurigaanku, bahwa klien kita telah bertaruh besar-besaran di Bursa Saham dalam tahun-tahun terakhir dan, terus-terang, ia sekarang tenggelam dalam hutang.
Tentu saja, hal ini ditambah lagi sejumlah besar hutang pada sepupunya yang tidak suka repot. Jelas, rencananya adalah mementaskan perampokan palsu ini, mengambil uang asuransi, dan kemudian menjual piala itu. Sepupunya dibunuh untuk menjadi kambing hitam bagi kejahatan itu, dan untuk meyakinkan bahwa hutang judinya tidak perlu dibayar. Larinya Esme Freeling dari penjara hanya merupakan kebetulan yang menguntungkan. Namun ada lebih banyak lagi alasan untuk pembunuhan itu, karena Henry Staunton membenci sepupunya seperti orang kikir bisa membenci orang yang murah hati dan puas diri. "Seperti yang mungkin telah kau duga, Watson, jejak yang dianggap jejak kaki perampok itulah yang pertama kali mengusulkan padaku bahwa semua itu tidak benar.
Jejak-jejak itu tampaknya mengarah dari dinding taman, tetapi tak ada bukti ada orang yang pernah melewati dinding itu.
Yang lebih penting lagi adalah fakta khusus bahwa jejak waktu keluar tidak saling tumpuk dengan jejak waktu masuk. Kedua baris jejak kaki itu dekat tetapi cukup terpisah. Sekarang, perampok mana yang akan berjalan dengan demikian artistik? Hanya ada satu penjelasan: jejak kaki itu sebetulnya tidak mengarah dari dinding ke ruang kerja dan kembali lagi, tetapi dari ruang kerja ke dinding dan kembali lagi. Kalau begitu, sangat mungkin klien kita sendirilah yang bertanggung jawab atas drama tanpa kata ini, dan bila ia tidak melangkah dengan terlalu hati-hati, fakta akan adanya pekerjaan orang dalam akan jelas bagi otak cerdas yang paling kejam.
Untuk sisanya, ia mengenakan sepatu-baru, kau ingat- tepat tiga ukuran terlalu besar untuknya, dan melangkah keluar dengan gagah untuk memberi kesan orang yang lebih tinggi. Kita mungkin akhirnya bisa menemukan sepatu itu, tetapi aku khawatir sepatu sudah dihancurkan." Namun, pada poin ini, Holmes salah. Sebagai catatan, sepatu itu ditemukan, dibuang dengan sembarangan di loteng The Elms, dan terbukti tepat cocok dengan jejak kaki yang memberatkan di taman.
Ini adalah mata rantai bukti terakhir yang membawa Henry Staunton pada kematian yang tak ditangisi pada suatu pagi dingin di Penjara Pentonville..

THE END

Sherlock Holmes SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang