4.3 Kasus Pengemis Amatir (part 3)

2K 91 2
                                    

Cecil menuduh Sidney melakukan hal yang sama pada Julian.
Mereka berkelahi hebat, berakhir dengan Cecil mengancam hendak pergi ke polisi. Saat itulah kami memutuskan mengirim telegram pada Anda, Mr. Holmes."
"Jadi, bukti pembunuhan tergantung pada bukti lemah apakah pria yang sudah meninggal itu jatuh atau didorong."
"Mr. Holmes," pinta Lady Broxton, "walaupun Anda tidak setuju, tolong bantu kami, bersediakah Anda?" Holmes, dengan caranya sendiri yang dramatis, bergerak ke jendela, menatap pada hujan yang tak henti-hentinya, tenggelam dalam pikirannya. Ia tiba-tiba berbalik pada kami.
"Ya, Lady Broxton, saya mau." "Jadi Anda mau kembali bersama saya sekarang ke kantor pusat kami?" "Saya akan ikut dengan Anda satu jam lagi, selama itu, teman lama saya Dr. Watson bisa pergi dengan Anda." "Tapi Holmes," protesku, "apa yang bisa kulakukan tanpamu?" "Kau tahu metodeku, Watson. Bertindaklah sesuai metodeku." "Baiklah,
Mr. Holmes, saya akan membawa
Dr. Watson dengan saya.
Tapi berjanjilah Anda akan datang." "Saya berjanji saya akan datang, madam."
Kutatap Holmes dengan bingung, tapi ia mengalihkan pandangannya. Lady Broxton berdiri dan melangkah menuju pintu, aku mengikuti dengan enggan. "Lady Broxton, saya akan menemui Anda di kereta.
Saya ingin mengambil jaket dan topi saya," kata saya sebagai alasan untuk tinggal sesaat. Waktu Lady Broxton meneruskan menuruni tangga, aku berbalik pada Holmes dengan gelisah. "Holmes, apa rencanamu?" "Pergilah dengannya dan jangan tanya apa-apa lagi padaku," bisiknya. "Aku akan bergabung dengan kalian dalam satu jam." "Holmes, ada kilauan dalam matamu," jawabku, "kurasa kau tidak percaya ceritanya." "Tentu saja tidak, Watson. Sekarang pergilah dengannya, teman lama, dan jaga akal sehatmu. Permainan sudah dimulai!" Kembali ke tempat kematian dan intrik yang begitu suram dan menyedihkan itu tidak sesuai dengan keinginanku, tapi Holmes telah memintaku untuk kembali dan aku pun kembali. Saat aku menanti kedatangannya, aku menyempatkan diri menanyai beberapa anggota Mendicant Society, tapi tidak memperoleh petunjuk lebih jauh lagi alasan atau sebab kematian Julian Trevor. Aku baru selesai menanyai Sidney Holt, pria tinggi yang begitu kasar padaku hanya beberapa jam sebelumnya. Ia masih kasar. "Saya takut saya tidak menganggap cerita Anda meyakinkan, Mr. Holt," kataku padanya saat ia berdiri menjulang di atasku. "Oh sekarang Anda tidak menganggap begitu? Kalau begitu berhenti bertanya-tanya hingga Sherlock Holmes tiba. Ia pria yang kami sewa untuk memecahkan masalah ini, bukan Anda! Kami membayar untuk layanannya, bukan asistennya!" "Mr. Holmes meminta SAYA mengadakan pemeriksaan awai ini," kataku dingin, menahan kemarahanku.
"Saya sangat akrab dengan metodenya, dan jaga lidah Anda tetap di tempatnya bila Anda ingin Holmes meneruskan menyelidiki kasus ini!" "Saya tidak menjawab pertanyaan apa pun lagi hingga ia tiba!" "Pria yang tak tertahankan," kataku pelan saat aku berpaling darinya. "Lord Cecil, Anda katakan Anda melihat Holt sengaja menjegal pria yang sudah meninggal itu saat ia menuruni tangga kemarin malam?" "Ya, memang, dokter."
"Di mana Anda berdiri saat itu, sir?" "Di puncak tangga. Holt berada di sebelah saya dan saat Julian datang ia sengaja-" Lord Cecil dipotong oleh seorang pria tua kecil yang berbicara dengan gugup. "Permisi, tolong, permisi, nomor 11, tapi ada orang aneh baru saja masuk. Ia berpakaian sepertimu kalau kau pergi bekerja, tapi aku tidak ingat pernah melihatnya sebelum ini.
Ia berbicara dengan kasar." "Apakah ia memberi tanda yang tepat?" tanyl Lord Cecil. "Ya, dan kata sandinya, sir." "Ia pasti anggota baru," kata Lady Broxton yang berdiri di sampingku selama sepanjang waktu penyelidikan awalku. "Kurasa kita sebaiknya menemui dia. Bawa dia masuk," kata Lord Cecil dengan amat gelisah, "waktu yang tak tepat baginya untuk datang, sialan!" Hampir seketika seorang pria besar, berpakaian compang-camping dan berjenggot lebat maju ke depan. "Kalian punya tempat yang menyenangkan!" katanya. "Tentunya membuat kalian bangga, bukan?" "Siapa Anda dan bagaimana Anda bisa masuk?" tanya Lord Cecil agak curiga. "Saya memberi tanda dan kata sandi, tepat seperti yang diajarkan Julian pada saya. Saya teman Julian dan ia menyuruh saya menemuinya di sini." "Siapa Anda sebenarnya?" "Apakah kita semua yang di sini teman?" kata pria berjenggot itu, memandang berkeliling. "Ya," Lord Cecil meyakinkan, "Anda bisa berbicara dengan bebas." Tiba-tiba pria berpakaian compang-camping dan sombong ini membungkuk dalam-dalam. Sekarang, waktu ia berbicara, terdengar sedikit aksen Spanyol. "Kalau begitu ijinkan saya memperkenalkan diri. Saya Don Louis Jose Fernando de La Storez, siap melayani Anda."
"Kenapa Anda ingin bergabung dengan kami?" tanya Sidney Holt. "Ketika Julian memberitahuku tentang ini . . . yah, hal ini menggelitik . . . apa istilah Anda . . . rasa ingin tahu saya? Ide ini sungguh memukau. Aficionados of Mendicancy."
"Yah, kurasa orang ini tak apa-apa," kata Sidney Holt, mengawasi anggota baru itu. "Tentu saja, saya tak apa-apa. Sekarang mana Julian, tolong, Ia akan menjamin saya." "Ia ada di ruang lain," lanjut Holt, "ia mengalami kecelakaan." "Kecelakaan? Tidak parah, kuharap." "Sangat parah. Dr. Watson, Anda sebaiknya membawanya masuk ke dalam dan memberitahunya," kata Holt yang sinis. Kuisyaratkan agar pria itu mengikutiku. Kami memasuki ruangan dan raut terkejut tampak di wajah pria itu. "Teman Anda sudah meninggal, saya tidak senang mengatakannya.
Lehernya patah kemarin malam dalam suatu keributan."
"Ya, tapi aku percaya ini bukan kecelakaan, Watson," sekarang terdengar suara yang akrab milik teman dan pendamping saya. "Holmes!" teriakku, benar-benar heran. "Diamlah, teman lama, diamlah," bisik Holmes. "Tapi tidak cukup diam, Mr. Sherlock Holmes!" teriak Sidney Holt, sosoknya yang tinggi menghalangi jalan keluar. "Keluarlah sekarang, kembali pada yang lain dan mari kita lihat Anda! Ayo, jalan, kalian berdua! Yang saya pegang ini bukan senapan mainan!" Holt memaksa kami dengan todongan senjata untuk bergabung dengan yang lain. "Maaf Holmes,
aku menggagalkan semuanya." "Tak apa-apa, teman lama,"
jawabnya. "Cecil, Dorothy, sini! Aku ingin kalian memandang Sherlock Holmes yang terkenal! Masuk ke dalam jebakan kita seperti polisi bodoh mana pun! Saya tak tahu kenapa Anda harus berdandan untuk itu, Mr. Holmes. Bagaimanapun juga kami sedang menunggu Anda, Anda tahu itu." "Aku sangat menyadari hal itu, Mr. Holt. Anda lihat, saya tahu saya sedang memasuki perangkap." "Bagaimana Anda mengetahuinya, Mr. Holmes?" kata Lady Broxton, cukup terkejut. "Lady Broxton, cerita yang Anda paparkan pada kami hari ini jelas cerita bohong. Seperti tak ada Amateur Mendicant Society!" "Lalu siapa mereka, Holmes?" tanyaku. "Lanjutkan, Mr. Holmes," Holt tertawa, "beritahu dia.
Mari kita lihat seberapa banyak yang benar-benar Anda ketahui!" "Kenapa saya harus memberi tahu Anda apa yang sudah Anda ketahui?" Holmes menjawab, terdapat sentuhan sinis di suaranya. "Lanjutkan, bicara, bila Anda tahu apa yang baik buat Anda," kata Holt, mengarahkan senapannya pada Holmes. "Oh, Anda sangat persuasif, bukan, Mr. Holt. Baiklah. Tak diragukan lagi kematian Julian Trevor kemarin malam adalah kecelakaan. Anda menjemput seorang dokter, Lady Broxton, suatu tindakan yang wajar, dan kemudian menemukan bahwa dokter itu adalah teman lama Sherlock Holmes. Anda semua takut saya tertarik pada kelompok Anda yang luar biasa, jadi Anda menciptakan cerita tak jelas tentang kecelakaan yang menjadi pembunuhan. Anda ingin menarik SAYA ke sini, sehingga saya bisa disingkirkan. Kemudian Anda semua bisa melanjutkan pekerjaan keji Anda tanpa gangguan." "Yah, sekarang, tidakkah kami pintar. Dan apakah pekerjaan keji kami, kalau saya boleh bertanya?" tanya Holt. "Kata sandi Anda memberi petunjuk pada saya. KE ARAH LENTERA. Itu adalah teriakan Revolusioner Perancis. Mereka menggantung para aristokrat di tiang lampu, atau harus saya sebut lentera? Lalu lagi, kombinasi kostum aneh di tempat tinggal mewah di wilayah kelas rendah menimbulkan pertanyaan lain. Kepercayaan politik apa yang menyediakan tempat pertemuan bagi aristokrat yang salah arah dan orang biasa yang berbahaya?" "Dan bagaimana Anda menjawab pertanyaan itu?" tanya Lord Cecil. "Sangat mudah, tuanku, satu kata: NIHILISME. Doktrin pembunuhan dan penggulingan pemerintahan dapat menemukan setiap kesempatan untuk dipraktekkan oleh Anda semua dalam perayaan jubilee yang akan datang yang dirayakan di sini di London! Ini akan membutuhkan pakaian pengemis Anda. Seorang pengemis mempunyai kebebasan lebih besar dalam bergerak di antara kerumunan daripada orang biasa." "Anda orang yang pandai, Mr. Holmes," kata Lord Cecil dingin. "Sayang Anda harus mati. Aku ambilkan talinya." "Apa yang hendak kau lakukan padanya?" kata Lady Broxton dengan terkejut dan terheran- heran. "Lakukan?" kata Holt, "menyuruhnya mencicipi Nihilisme langsung dari tangan pertama, tentu saja. Mereka tak boleh hidup. Mereka tahu terlalu banyak." "Anda tak bisa melakukan ini," protesku. "Anda tahu polisi akan menelusuri jejak kami kemari!" "Pada waktu polisi tiba, kau dan temanmu Holmes sudah akan meledak berkeping-keping!" Lord Cecil kembali dengan tali. Holt mengikat pergelangan Holmes. "Ah, perhatikan pergelangan tangan saya yang diperban itu, ya? Pergelangan itu sangat sakit." "Nah sungguh sayang," Holt tertawa, menarik tali lebih kencang. "Apakah ini lebih baik? Ikat dokter itu, Cecil, sementara kuikat kaki Holmes." "Aku tak bisa menyetujui ini!" teriak Lady Broxton, "Aku tidak bisa berdiri di sini dan melihat dua orang tak bersalah dibunuh! Tak ada yang mengatakan padaku tentang hal ini. Ini tidak betul! Bila kau meneruskan ini, aku akan melaporkan pada polisi!" Holt menampar Lady Broxton di wajahnya. Aku ingin memukuli pria itu, tapi tak bisa melakukan apa pun saat Lord Cecil selesai mengikat pergelangan kaki dan tanganku. "Ikat wanita itu juga, Cecil. Kita tidak memerlukan orang lemah di tengah kita. Sekarang, Mr. Holmes, aku akan mengambil suatu penemuan kecil. Penemuan kecil yang aku yakin kau akan tertarik." Lord Cecil berdiri di depan kami, mengagumi hasil karyanya. Holmes, Lady Broxton, dan aku terikat sangat erat, ketiga kursi kami menghadap satu sama lain dalam satu lingkaran. "Sayang kalian berdua tidak belajar mengurus urusan kalian sendiri. Cukup nyaman, kalian semua?" "Anda seorang pengkhianat menjijikkan pada negara Anda," kataku pahit, mencoba membebaskan diriku, tapi tak berhasil. Lord Cecil hanya tertawa. "Ini dia," kata Holt, kembali. "Sebuah contoh jenius mekanik Michail Petrov. Bom ini akan meledakkan seluruh bangunan ke langit, dan kalian bertiga bersamanya. Aku hanya perlu menyetel mekanisme jamnya selama lima menit, yang akan memberi kami banyak waktu untuk keluar dari sini." Holt meletakkan bom itu di atas lantai di tengah-tengah lingkaran kecil kami sehingga kami semua dapat memandangnya dan mendengar detik-detiknya yang mencekam. diri. Tali-tali itu diikat oleh tangan ahli. "Sebuah gambaran mempesona. Kalian bertiga diikat tangan dan kaki duduk bersama-sama, mengawasi sebuah bom. Nah, da dah, Dorothy. Pikirkan alasan kami selama lima menit. Sedangkan untuk Anda, Mr. Holmes, dan teman Anda, penyingkiran sampah busuk yang sempurna!" Setelah itu, Sidney Holt bergabung dengan yang lain saat mereka cepat-cepat meninggalkan persembunyian rahasia mereka. Kesunyian yang mencekam timbul di antara kami. Holmes, sialan dia, duduk dengan tenang sementara aku terus bergelut dengan tali-tali itu. Lady Broxton meledak dalam tangis ketakutan. Aku berpaling pada Holmes, menyadari tak ada gunanya mencoba dan melepaskan "Holmes," kataku pelan, "aku menyalahkan diriku sendiri untuk hal ini. Bila aku tidak sangat berisik saat aku mengenalimu, kita mungkin tidak akan terlibat masalah ini." "Ini bukan salahmu, teman lama, bagaimanapun aku yakin mereka sudah mencurigaiku." "Harus kuakui, bagiku kelihatannya kau mencari tahu mereka lebih banyak dari yang diperlukan tentang kecurigaanmu. Tentunya kau dapat pura-pura tak tahu." "Kurasa aku dapat menghalangi penangkapan mereka atas diriku bila aku merencanakan dengan lebih cermat, tapi aku memikirkan keselamatanmu sekaligus-" Holmes dipotong oleh teriakan histeris Lady Broxton. "Aku tidak bisa mati sekarang, aku tidak siap untuk mati!" teriaknya. "Beranilah, Lady Broxton, beranilah. Beri tahu saya, apakah saya benar mengasumsikan bahwa perkumpulan Anda adalah penganut Nihilisme?" Lady Broxton menenangkan dirinya sebisa mungkin, walaupun kami sangat menyadari bom yang terus berdetik. "Tentu saja benar," katanya, "mereka sedang merencanakan untuk membunuh Perdana Menteri selama perayaan jubilee." "Perdana Menteri!" teriakku. "Ya Tuhan, Holmes, kita harus membebaskan diri!" "Misalkan suatu keajaiban terjadi," Holmes meneruskan, masih berbicara pada Lady Broxton, "dan kita benar-benar bebas, dan bekas teman-teman Anda itu dihadapkan ke pengadilan, apakah Anda akan bersaksi melawan mereka?" "Tentu saja, aku mau. Tapi apa ada kesempatan untuk itu? Jam itu, jam setan itu, kenapa tidak mau berhenti berdetik?" Lady Broxton tak tahan lagi dengan penderitaan ini. "Bila memang begitu mengganggu Anda, Lady Broxton, akan saya hentikan untuk Anda." Setelah itu, Holmes perlahan-lahan menggerakkan tangannya dari tempat mereka terikat dan meraih bom itu. "Holmes, tanganmu bebas!" "Tentu saja, temanku. Pergelangan tangan yang diperban yang kusebut pada Holt menutupi pisau bersisi silet. Kupotong tali-tali itu hampir sebelum teman-teman kita meninggalkan ruangan." Baik Lady Broxton maupun aku memandang Holmes dengan tak percaya. "Lalu kenapa Anda membiarkan kami dalam ketegangan, Mr. Holmes?" tanya Lady Broxton, yang untuk pertama kalinya, mulai kembali menjadi dirinya sendiri. "Saya ingin cukup yakin bahwa Anda akan bersaksi di pengadilan yang akan datang, Madam. Ini dia, yang membuat bom ini tak berbahaya. Sebuah alat yang menarik, tapi dibuat secara sederhana." Bahkan sebelum Holmes menyelesaikan kata-katanya, kami dapat mendengar peluit polisi di luar. "Ah ha," katanya tersenyum, "peluit itu berarti polisi telah menutup perangkap yang kusiapkan untuk teman-teman Anda, Lady Brox ton. Untung bagi Anda karena sudah berubah pikiran, kalau tidak saya curiga bahwa, begitu lolos, Anda akan mencoba melarikan diri, dan akan ada satu orang lagi yang menerima hukuman maksimal." Lady Broxton menundukkan kepalanya dengan malu saat aku berbalik dengan gembira pada temanku. "Holmes, kau menyuruh polisi mengepung tempat ini ketika kau datang." "Tentu saja, Watson. Sekarang, biarkan aku melepas talimu." "Tak heran kau begitu tenang. Tak heran kau memberi tahu mereka begitu banyak. Kau ingin mereka menunjukkan identitas mereka!" "Tepat, sobat lama, dan mereka mematuhiku dengan sangat memuaskan. Mereka mencoba membunuh kita bertiga, dan mereka sendiri mengaku sebagai anarkis. Dengan kesaksian dari Lady Broxton, aku yakin kita dapat menempatkan mereka di tempat yang seharusnya. Berhubung hari masih siang, kurasa kau akan setuju, Watson, bahwa ini adalah pekerjaan di pagi hari yang sangat komprehensif!" Dengan Lady Broxton diserahkan pada polisi untuk menunggu kesaksiannya di pengadilan, Holmes dan aku menghentikan sebuah delman dan pulang ke rumah. Di luar masih hujan lebat, tapi waktu kami tiba di pintu masuk rumah kami di Baker Street 221B, dalam kehangatan perapian, aku dengan secangkir teh panas dan sebatang pipa untuk Holmes, semua tampak beres. Dan memang beres.

THE END

Sherlock Holmes SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang