4.3 Kasus Pengemis Amatir (part 1)

2.3K 92 0
                                    

Temanku Sherlock Holmes.
dalam kondisi apa pun dengan sifatnya yang pemurung dan bersemangat, selalu meletakkan keadilan manusia dan alur kehidupan alami di atas segalanya. Ia membenci ketololan dan merendahkan orang licik yang mengambil keuntungan di atas orang lain.
Ia khususnya membenci pembunuh, karena tipe itu adalah yang terburuk, mengambil kehidupan dari seorang manusia dan membawa kesedihan dan kepedihan bagi semua orang. Namun, bila bukan karena para pembunuh dan pencuri, tak akan ada Sherlock Holmes.
Betapa aneh bahwa kebenciannya yang sangat pada penjahat adalah satu hal yang terus-menerus membuat temanku produktif. Pikiran semacam inilah yang mengingatkan aku pada salah satu kasus paling aneh di mana aku dan Holmes terlibat. Kasus ini bermula pada suatu malam yang agak berbadai di bulan November tahun 1887.
Hujan lebat turun berhari-hari, dan satu-satunya penghibur adalah udara bersih dan dapat dihirup yang dihasilkannya. Pada malam yang kubicarakan, aku sedang terkantuk-kantuk di depan perapian, sebuah buku cerita di tanganku. Aku mengalami hari yang meletihkan, aku ingat itu. Kira-kira pada jam itulah orang menguap untuk pertama kalinya dan melirik jam, ketika tiba-tiba, bel pintu depan berbunyi sumbang.
Mrs. Hudson sudah lama tidur, dan Holmes setelah hari kerja yang panjang dan sulit, juga sudah tertidur, sehingga akulah yang pergi ke jendela dan membukanya. Hujan dan hawa dingin menghembus masuk waktu aku mencoba menghalangi sebanyak mungkin air membasahi karpet. Saat itu amat gelap, tapi aku dapat melihat garis bentuk sosok seseorang berdiri di depan pintuku. Tampaknya itu seorang wanita. Tiba-tiba sebuah suara yang berpendidikan memanggilku.
"Apakah dokter ada?" "Ya, madam," teriakku menembus hujan dan mgin, "Sayalah dokternya!" "Tolong datang saat ini juga! Ini masalah hidup dan mati! Saya punya kereta yang menunggu!" Aku dapat merasakan kesakitan dalam suaranya dan kuyakinkan dia bahwa aku akan segera turun. Kututup jendela, kucoretkan catatan untuk Holmes, kuraih jaketku, topi, dan tasku, kemudian menuruni tangga dan keluar ke dalam hujan. Sebuah kereta berdiri di semak-semak, tapi aku tak dapat melihat jejak wanita yang memanggilku. Satu-satunya orang yang tampak adalah wanita pengemis yang tua dan tampak menjijikkan, berpakaian compang-camping. Setelah sesaat terkejut, aku mendekatinya. "Ibu yang baik, apakah Anda melihat seorang wanita meninggalkan tempat ini beberapa saat yang lalu?" "Tidak dokter, ia tidak pergi, ia masih menunggu Anda." Aku terheran-heran, karena suara yang datang dari wanita sedih berbaju compang-camping ini sama dengan suara berpendidikan yang tadi memanggilku di kamar. "Maafkan saya, madam,
tapi pakaian Anda . . . saya pikir Anda wanita pengemis."
"Tak ada waktu untuk mendiskusikan itu sekarang!" katanya kalut. "Silahkan naik ke dalam kereta ini!" "Tapi, Ibu yang baik, di mana pengemudinya?" "Saya yang akan mengemudikannya. Tolong masuklah!" Aku memasuki kereta, kemudian berbalik dan mengeluarkan kepalaku saat ia mendudukkan dirinya di kursi pengemudi. "Yakinkah Anda bahwa Anda bisa mengendalikan kuda-kuda itu, Madam?" "Tentu saya bisa!" teriaknya, kemudian melecutkan cemeti di tangannya dan kami pun berangkat! Aku tak dapat tidak berpikir betapa amat luar biasanya semua ini bagiku. Saat kereta bergegas melalui jalan-jalan yang dibasahi hujan, aku mencoba mencari tahu ke mana kami pergi, tapi wanita itu berkeras supaya aku udak menanyainya. Aku duduk bersandar, jalan berlapis batu itu menderu di bawah kaki kami dan hujan mengalir membentuk sungai-sungai di kaca jendela kereta. Kutarik jaketku erat-erat ke atas di sekelilingku karena hawa sangat dingin. Dan saat aku terlonjak-lonjak dan terlempar-lempar selama perjalanan ngebut gila ini, pikiranku kembali ke rumah, tempat hanya beberapa saat lalu, aku berada dalam kehangatan kursi favoritku yang nyaman.
Suatu lonjakan yang hebat mengguncangkan aku kembali ke kenyataan. Kulihat kami berada di distrik gudang tak jauh dari dermaga, karena aku dapat mendengar suara sirene kabut dan kapal-kapal tak jauh dari kami. Aku tahu tak ada tempat tinggal di sini, karena tempat ini hanya distrik bisnis dan tempat sering dilaksanakannya kejahatan tersembunyi. Tiba-tiba kereta itu dihentikan di depan salah satu gudang. "Kenapa kita berhenti di sini, madam?" tanyaku, bukan tanpa rasa gentar. "Karena inilah tujuan kita. Tolong cepat! Ikuti saya menuruni tangga ini!" Aku turun dari kereta dan bergegas maju menuju pengaman pintu yang dilalui wanita itu.

TO BE CONTINUE

Sherlock Holmes SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang