4.2 Kasus Pelayan Yang Setia (Part 2)

5.2K 120 1
                                    

"Mengapa, Holmes?" aku terkejut, tetapi ekspresi wajah Lord Bellinger mengkonfirmasinya. "Sepuluh tahun lalu pada bulan ini, Watson, ada peristiwa lain yang sama pentingnya bagi Lady X, namun saat itu tak terdengar apa-apa tentang surat ini. Tidakkah itu menunjukkan bahwa penulis surat bukan pengecut biasa, tetapi orang yang memainkan taruhan besar dan baginya, karena waktu tampaknya bukan masalah, permainan ini lebih penting daripada hasilnya? Seorang lawan yang berbahaya, Watson. Sepuluh tahun lalu-betulkan saya bila saya salah, Mr. Mannering-pemimpin Eropa yang sekarang menatap iri pada kemakmuran Inggris, waktu itu belum mewarisi takhta ayahnya, terlebih lagi negaranya punya seorang Konselor hebat dan bijaksana untuk membimbingnya. Namun hari ini, putra itu memerintah sendiri, dan karena iri hati, hubungannya dengan Inggris akhir-akhir ini menjadi begitu buruk sehingga takkan ada yang bisa menghalanginya mencoreng prestis tambahan yang tak ragu lagi akan diberikan musim panas ini pada Lady X dan Britania Raya." "Saya khawatir Anda benar, Mr. Holmes," kata Mannering berat, "dan urusan ini sama sekali bukan transaksi keuangan yang langsung dan terbuka." "Lalu bagaimana?" tanyaku, karena tak ada orang yang berbicara. "Akan ada penawar lain, Watson," jawab Holmes. "Tinggal dilihat apakah kita diijinkan menjadi salah satu dari mereka." "Tapi surat Sir George-" "Permainannya, Watson, permainannya." Pembaca catatanku mungkin ingat nama yang sekarang akan disebutkan, dan yang kukatakan perkenalan dramatisnya dengan temanku suatu hari akan kuceritakan ulang. Sekarang aku bisa melakukannya, karena Sir George berkata singkat: "Semakin banyak alasan bahwa dunia harus tidak mengetahui keterlibatan Anda, Mr. Holmes. Saya sudah memberanikan diri mengatur agar Anda mengunjungi Dr. Moore Agar di Harley Street yang akan mengeluarkan perintah supaya Anda menghentikan seluruh kasus Anda dan mengambil istirahat total, sebab kalau tidak kesehatan Anda akan terganggu. Koran-koran akan diberitahu tentang hal ini. Dr. Agar sangat terbiasa melakukan pekerjaan rahasia seperti itu untuk kepentingan kami." Holmes, yang membanggakan kekuatan keadaan jasmaninya, meskipun ia kecanduan obat yang terkenal itu, menyetujui dengan enggan. Untuk mempertahankan cerita karangan itu kami menghentikan sebuah kereta kuda bahkan jarak dekat dari Harley Street ke ruangan Baker Street kami. Segera setelah kami masuk, Holmes terbang ke indeks biografinya. Dalam waktu sepuluh menit ia berseru, "Aku mendapatkannya. Pemain utama permainan ini, Watson." "Siapakah dia, Holmes?" "Laki-laki mana yang mau memainkan permainan seperti itu demi permainan itu sendiri? Aku mencari seorang wanita. Kau mungkin bertanya-tanya apa yang kuanggap informatif dari tulisan itu. Wah, tak ada, kecuali penggunaan surat itu memberitahuku bahwa penulisnya tidak takut dikenali. Karena itu kita bukan berurusan dengan penjahat biasa, tetapi dengan seseorang yang mengenal baik lingkungan pergaulan tertinggi di negara ini dan yang bertaruh bahwa identitas pencurinya takkan ada artinya dibanding perlunya mendapatkan surat itu. Karena itu pula, penulis surat ini tak mungkin orang Inggris yang mempunyai posisi sosial yang harus dijaga demi apa pun juga. Baroness Pilski pastilah pencurinya." Ia mengayunkan buku tebal itu di udara. "Seorang wanita mengagumkan, Watson, layak kita hormati. Almarhum suaminya melarikan diri ke Inggris setelah pemberontakan yang gagal di Polandia pada tahun 1863, ia sendiri berasal dari keluarga emigran, ia menikah dengan suaminya tahun 1879 pada usia dua puluh tiga. Setelah beberapa tahun menjadi dayang Lady X, ia mengundurkan diri dari posisi itu sepuluh tahun yang lalu dan menggunakan ketrampilannya untuk menimbulkan kerusakan bagi siapa saja dan di mana saja sekehendaknya. Kau ingat aku bersilang pedang dengan wanita itu dalam kejadian aneh Jarvy si Pincang." "Tak bisakah Lestrade menahannya?" "Tut, tut, teman kita pasti siap melakukan tindakan itu. Surat itu yang kita cari, Watson. Tidak, kita harus menunggu kejadian selanjutnya." Kami tidak perlu menunggu lama. Tiga hari kemudian, pada waktu makan pagi, Holmes, yang sedang asyik meneliti The Times, mengejutkanku dengan sebuah teriakan senang. "Demi Tuhan, aku mendapatkannya!" Jari telunjuknya yang panjang menunjuk sebuah pengumuman di kolom pribadi. "Kepala pelayan itu adalah seekor reptil yang tidur di bawah bayang-bayang hingga dipanggil oleh Zeus," aku membaca. "Kata sandi, Holmes?" "Kurasa tidak, Watson. 'Hingga dipanggil' tak menunjukkan adanya kata sandi di sana. Kepala pelayan tentu saja berarti pelayan kita, Zeus sang Dewa Petir berarti The Times, dan reptil-yah, itu sudah jelas." Ia melompat berdiri dan meraih sebuah jadwal perjalanan dari rak. "Rumah Reptil di Taman Zoologi." Aku bangkit dengan bersemangat, siap untuk segera berangkat. "Tolong tetaplah duduk temanku yang baik. Lihat, kereta ekspres kita berangkat pukul sebelas empat puluh lima dan ada cukup waktu bagimu untuk makan seluruh muffin Mrs. Hudson yang luar biasa itu." "Tapi ke mana kita akan pergi?" "Wah, ke Cornwall." Ia tak mau berbicara lagi, dan beberapa saat sebelum tengah malam kami sudah berada di sebuah penginapan yang cukup nyaman setelah berkendara dari stasiun kereta api desa kecil di St. Erth. Di perjalanan aku sekilas melihat sebuah tanda jalan, diterangi remang-remang oleh lampu kereta kuda, bertuliskan: 'Kadal'. "Reptil itu, tentu saja," aku berseru. "Selalu 'tentu saja' setelah penjelasanku, Watson, tak pernah sebelumnya, kuperhatikan." Tak biasanya temanku berbicara demikian tajam dan hal itu merupakan ukuran tingkat kegelisahan yang menghantuinya. Keesokan harinya kami mendapati diri berada di sebuah pondok kecil di tanjung berumput di dekat Teluk Poldhu, untuk melanjutkan kisah karangan tentang istirahat total temanku. Istirahat! Aku jarang melihat temanku begitu gelisah selama minggu-minggu setelah itu. Saat hari demi hari berlalu, dan bluebell menggantikan primrose, daffodil dan violet di tanggul sungai berumput tinggi yang membatasi jalan-jalan sepi, dan masih tetap tak ada berita yang muncul di koran, sekali lagi aku mengkhawatirkan kesehatannya. Bahasa kuno Cornish seperti yang kuceritakan dalam catatan sebelumnya memang menarik perhatiannya pada waktu itu, ia menjadi yakin bahwa bahasa itu berakar dari jaman Chaldean, tetapi itu tak cukup menyibukkan otaknya yang hebat. Bila bukan karena urusan mengerikan Kaki Iblis yang muncul secara begitu tak sengaja di desa terdekat, Tredannick Wollas, aku akan benar-benar menuliskan resep istirahat yang sudah pura-pura diresepkan oleh Dr. Agar. Bagaimanapun setelah kasus itu terpecahkan, ia kembali jatuh ke dalam kesibukan sunyi yang sama, dengan mata yang begitu gelisah sehingga' membuatku bertanya-tanya apakah akar Kaki Iblis yang kami berdua hirup selama pencariannya untuk melakukan eksperimen tidak berakibat panjang. Bagaimanapun aku bangun pada suatu pagi semi yang abu-abu, yang menjanjikan lebih banyak lagi hujan lembut dan rintik-rintik yang begitu banyak melimpahi Cornwall, dan Sherlock Holmes sedang berdiri di sebelah ranjangku. Hilang sudah tanda-tanda kegelisahan, sekarang digantikan oleh kekuatan vital yang kukenal dengan sangat baik. "Kapan saja aku cukup congkak untuk mengabdi bagi kepentingan negara, Watson, tolong ingatkan aku tentang pelayan yang setia. Kita kembali ke London hari ini, dan demi Tuhan aku yakin kita tidak terlalu terlambat." Ia berbicara dengan suram. "Apa alasannya, Holmes?" aku berjuang turun dari ranjang. "Wah, untuk mempelajari bahasa Chaldean, temanku yang baik." Tetapi kata-kata itu diutarakan dengan baik hati, bukan dengan ketajaman seperti beberapa minggu terakhir. Dalam gerbong restorasi Great Western Railway yang melompat-lompat aku memberanikan menekannya untuk mendapatkan penjelasan atas keberangkatan kami yang tiba-tiba. Bahkan Times tak sempat terbaca hari ini. "Ayo, Watson, tentunya dengan ikan sole lezat di hadapan kita kau bisa mengadopsi metode Auguste Didier, bahkan bila metodeku tetap tak dapat kau mengerti?" "Bukankah ia pria tukahg masak di Palm's Club for Gentlemen yang pernah memecahkan satu dua kasus?" "Memang betul dia. Aku cukup ingin tahu untuk mengunjunginya di tahun 1896 setelah urusan luar biasa di Plum's itu. Aku tak bisa menyetujui seluruh metodenya, karena ia memaksa bahwa pendeteksi kejahatan tidak murni ilmiah, sedangkan aku mempertahankan bahwa penyelidikan kejahatan sepenuhnya merupakan suatu proses pengambil kesimpulan yang logis. Ia bertahan bahwa memasak sama dengan penyelidikan kejahatan dalam hal mencampur dan memilih bahan-bahan, dan menyajikannya dalam sebuah hidangan lezat yang membutuhkan suatu tingkat kreatifitas. Aku ragu Mrs. Hudson akan setuju. Bagaimanapun, pertimbangkan, Watson, bahan-bahan dalam teka-teki di depan kita." "Surat itu, Baroness-" "Dan seorang penawar yang lain, Watson. Itu kesimpulan, bukan kreativitas. Kita bisa juga menyimpulkan bahwa Baroness akan menganggap urusan ini terlalu penting sehingga layananku diminta. Karena itu, bila Baroness mengetahui hal ini, penawar yang lain pun pasti tahu. Aku bodoh sekali, Watson." Nada berkelakarnya kembali pada kegelisahan sebelumnya. "Kuasumsikan," ia melanjutkan, "pesan yang membuat kita bergegas dengan demikian tergesa- gesa ke Cornwall berasal dari Baroness. Tetapi bukan. Pesan itu dipasang untuk mengelabuiku, tak ragu lagi oleh penawar yang lain, dan berhasil." "Tapi tak ada pesan yang muncul di The Times." Holmes menjawab murung: "Bagaimana kita bisa tahu panggilan itu akan muncul di The Times? Instruksi asli hanya menyebutkan surat kabar harian. Untungnya Mrs. Hudson diinstruksikan untuk tidak membuang apa-apa dalam keadaan seperti apapun. Mari kita percaya bahwa persediaan koran London selama dua bulan dari Daily Graphic hingga Financial Times menunggu kita di Baker Street. Demi Tuhan, Watson, bila aku membuang kesempatan kita-" Ia berhenti, emosi yang ganjil menelannya. "Siapa penawar itu?" tanyaku perlahan. "Kau pasti ingat urusan Rencana Bruce Partinton di tahun 1895; Mycroft meniberitahuku bahwa ada beberapa orang yang bersedia menangani urusan sepenting itu. Lawan yang layak dipertimbangkan adalah Adolph Meyer, Louis La Rothiere dan Hugo Oberstein. Oberstein yang jahat sekarang tinggal di penjara, dan dengan demikian kita tinggal mempunyai La Rothiere dan Adolph Meyer." "Pastilah Meyer orangnya," aku berseru. "Untuk sekali ini aku setuju, Watson, ia masih tinggal di London di George Street 13, Westminster. La Rothiere sudah kukenal selama beberapa tahun dan aku yakin kita bisa menyisihkannya. Namun sejak 1895, aku sudah menjadikan urusanku untuk mengetahui apa yang bisa kuketahui tentang Adolph Meyer. Orang ini montok, gemuk, bersahabat dengan kegemaran di bidang musik meskipun cita rasanya yang sangat buruk lebih cocok dengan Mr. John Phillip Sousa daripada klasik. Ia menyenangi tuba, bukan biola. Namun di dalam cangkang keramahan itu, berdetak jantung seorang manusia paling kejam yang pernah hidup. Ia adalah agen tak resmi Baron von Holbach. Apakah nama itu berarti bagimu, Watson? Aku tak terkejut. Ia tidak mencari perhatian, tetapi tangan Machiavelli-nya berada di belakang pemecatan Bismarck, telegram Hruger, dan tak terhitung lagi intrik lainnya. Kaiser mendengar perkataannya, sementara Konselor sendiri tetap tak didengar. Kaiser bukan teman Inggris, dan Meyer adalah alatnya. Watson, bila aku memilih musuhku, kirimkan aku satu yang memakai wajah kejahatan." "Dan kau yakin ia terlibat dalam urusan ini?" "Ya. Sekarang ia sudah mengenalku dengan cukup baik untuk takut terhadap kekuatanku- walaupun bagaimana aku bisa menyebutnya kekuatan bila kecerdikan meninggalkan aku? Dua bulan di Cornwall dan Kerajaan menghadapi bahaya!" "Suasana hatinya tetap muram hingga kereta api masuk stasiun Paddington. Lama sekali aku akan mengingat sosok panjangnya dibungkukkan di sampingku seakan untuk mcmacu kereta kuda agar cepat tiba di Baker Street. Sewaktu memasuki kamar yang kukenal baik, ia bahkan tak menunggu untuk melepas mantel panjangnya (walaupun saat itu bulan Mei, udara malam yang sejuk terasa menusuk) dan meskipun hari sudah larut, ia menerjunkan diri ke tumpukan rapi namun tinggi surat kabar yang ditumpuk Mrs. Hudson dengan hati-hati. Jarang aku merasa lebih tak berguna lagi. Segera setelah aku membaca dan meloloskan sebuah koran karena tak berisi hal-hal yang berhubungan dengan urusan kami saat mi Holmes akan merebutnya dariku untuk memastikan aku tak melewatkan apapun juga. Setelah tiga jam aku tak tahan lagi dan pergi tidur selama sisa malam. Aku meninggalkan Holmes dikelilingi oleh koran-koran, sekarang dalam tumpukan tak rapi di sekelilingnya, dan kadang-kadang, mencoretkan catatan di atas sebuah bloknot. Ketika aku terbangun di pagi hari, ia masih berada di tempat aku terakhir kali melihatnya, bermata merah tetapi masih siaga. "Aku mendapatkannya, Watson." Ia menyodori bloknot itu padaku. Aku menatap karyanya ketakutan. Catatannya hanya berisi gambar tak berarti yang kekanak- kanakan; lingkaran-lingkaran, kotak-kotak, titik-titik, tanda silang, serta pria dan wanita sederhana. "Holmes, temanku yang baik, apa ini?" "Hah!" ia berteriak, saat ia melihat ekspresi di wajahku. "Kau yakin aku terlalu banyak menggunakan obat bius! Tidak, temanku yang baik. Lihat, ini penyelamat kita." Ia menyodor sebuah Daily Mail ke depan mataku, menusukkan jarinya pada pesan di halaman depan kolom pribadi. Terbitan itu bertanggal 9 Maret. "Lingkaran ini berisi perhentian," aku membaca. "Kata sandi, Holmes?" aku mencoba sekali lagi. "Kau tak memikirkan apa pun selain kriptogram, Watson. Bukan, bukan, itu menjelaskan mengapa kita masih bisa tepat waktu. Tak ada pesan lain hingga pesan-pesan itu berlanjut awal bulan ini." Ia menempatkan lembar kedua di depanku. "Turpin mempunyai seekor anjing," aku membaca. Di atasnya, dalam tulisan tangan Holmes yang tertulis: "terbitan 6 Mei". Di bawahnya ada campur-aduk kata-kata yang lebih tak masuk akal. "Cupid menyerang rubah yang tepat empat kali"; itu terbitan Senin, tanggal 10. Selasa tanggal 13 menampilkan judul: "Koki yang tersenyum memikul sebuah salib". "Jumat tanggal 14: "Pegulat dan pelayan hotel mengambil sembilan langkah", dan kemarin, tanggal 18, hari kami kembali: "Lingkaran ini bertanda silang." "Tidakkah kau salah, Holmes? Aku sudah memberikan banyak pesan-pesan seperti ini dalam kolom pribadi padamu. Mengapa memilih ini?" "Temanku yang baik, tidakkah kau puuya mata?" Ia menyodorkan ke bawah hidungku kertas berisi gambar tak berarti yang telah kuscbutkan. "Kita hanya menunggu waktu pertemuan kita. Tanggalnya sudah kita dapatkan." Ia berjalan mondar-mandir di ruangan dalam keadaan yang merupakan kombinasi perasaan riang dan gelisah, mengabaikan permintaanku untuk diterangkan lebih jauh. "Terima kasih Tuhan kita tepat waktu." "Kata-katantu seperti teka-teki, Holmes." "Tak bisakah kau melihat," satu jari menusuk gambar tanpa arti itu dengan tak sabar. "Yah, yah mungkin tidak. Argot, Watson yang baik, adalah bahasa yang lebih layak dipelajari daripada Chaldean, dan mempunyai kegunaan yang lebih praktis. Pertimbangkan profesi yang dijalani Baroness kita." "Dayang?" "Perampok, Watson. Ia telah bergabung dengan dunia penjahat, apa yang lebih wajar dari bahwa ia akan menghibur dirinya sendiri dengan argot perampok? Berapa sering kau melihat sebuah pagar taman dengan coretan yang begitu kekanak-kanakan yang digambar dengan kapur di atas pagar itu? Pasti sering, dan tak memikirkannya. Namun coretan itu adalah bahasa yang hidup di dua kelompok orang luar di dunia kita, perampok dan pengemis. Mereka masing-masing punya kode mereka scndiri-ya, Watson, kodemu akhirnya, tanda-tanda ini adalah kode orang yang tak bisa baca tulis. Sejak masa prasejarah, lukisan dalam bentuk sederhana telah menunjukkan pesan-pesan yang ditinggalkan bagi orang-orang yang datang setelah iyu. Seorang perampok atau pengemis berkeliling mclaksanakan pekerjaan mereka dengan dedikasi yang sama seperci Mr. Didier pada pekerjaannya. Sementara yang disebutkan terakhir mengumpulkan bahan-bahan masakan, teman-teman tak berhukum dan gelandangan kita berurusan dengan informasi: pelayan mana yang harus dibereskan, misalnya." "Ah! Koki memikul lalib." "Kau melebihi dirimu yang biasa, Watson," Holmes bergumam. "Dengan cara yang sama mcreka menyampaikan berapa banyak yang tinggal di dalam rumah, apakah ada anjing, ada berapa banyak pelayan, cara terbaik untuk masuk; pengemis punya kode yang mirip, lebih berurusan dengan apa yang bisa diharapkan saudara mereka dari rumah itu. Di sini di hadapan kita adalah temuan yang perlu kita ketahui." "Turpin?" aku bertanya. "Suatu pengecualian, tetapi cukup sederhana. Pengenalan tentang Dover Road akan memberitahumu bahwa Turpin dihubungkan dengan penginapan kereta kuda The Old Bull di puncak bukit Shooter's di Kent. Sebab itu disebutkan tentang seekor anjing, Old Bull yang lama sudah tak ada, tetapi sebuah penginapan dengan nama sama berdiri di sana." "Pertemuan itu di sana?" "Tidak, Watson, tidak. 'Cupid menyerang rubah yang tepat empat kali'." Ia menunjuk gambar tanpa arti sebuah panah dengan angka 4 ditulis di sebelahnya. "Di kaki Bukit Shooter's berdiri rumah minum lama Fox in the Hill, berjarak cukup dekat dengan tiang gantungan untuk membasahi bibir para penonton. Keduanya sekarang sudah hilang tetapi sekali lagi sebuah rumah minum baru berdiri di dekat tempat yang lama. Bukit itu dipagari oleh vila-via dan aku yakin rumah keempat ke kanan, dari The Bull adalah tempat pertemuan kita dan di sana bekerja seorang koki yang tak lagi memenuhi syarat untuk disebut pelayan yang setia. Ia telah dibereskan, dan kita diberi tahu bahwa tuan dan pria rumah tangga itu keluar pada pukul sembilan." "Dan harinya, Holmes?" aku terkagum-kagum oleh kedalaman pengetahuannya tentang dunia penjahat. "'Lingkaran ini bertanda salib'. Sebuah tanda yang memberitahukan bahwa pemilik itu relijius. Sedikit lebih samar, tetapi mari kita ambil hubungan religiusnya. Kita belum mempunyai tanggal, dan Hari Kenaikan Isa Almasih adalah besok, Kamis tanggal 20." "Misalkan itu secara tak langsung menunjuk Hari Pentakosta?" "Kalau begitu, akankah tuan pemilik rumah meninggalkan rumah pukul sembilan? Ia akan berada di gereja atau makan pagi waktu itu. Tidak, tidak, ini menunjukkan besok dan tentunya hari ini potongan terakhir jigsaw pasti jatuh ke tangan kita." Pada saat itu Mrs. Hudson membawa masuk koran harian dan dengan teriakan bersemangat melompat menyeberangi ruangan untuk menerima koran dari tangannya. Mrs. Hudson memandang kondisi ruangan satu kali, kemudian dengan bijaksana pergi tanpa komentar. "Aku mendapatkannya! Lihat ini, Watson. Tanda silang mendapat satu kaki." Dengan penuh kemenangan ia menambahkan bentuk gambarnya pada daftarnya. "Pukul sebelas." "Tidakkah kita seharusnya minta Lestrade mencari Baroness itu?" "Dan kehilangan satu-satunya harapan yang kita miliki untuk mendapatkan surat itu? Tidak, Watson, kita akan menghadiri pelelangan ini. Kita diijinkan menawar dengan jumlah tak terbatas, tetapi aku punya rencana lain-kuanjurkan kau membawa pistolmu." Pipanya kenmdian menarik perhatiannya, dan baru setelah kereta kuda membawa kami ke stasiun Charing Cross aku bisa bertanya pada Holmes mengapa Baroness itu menjalani begitu banyak kesulitan untuk menyamarkan pertemuan itu. Ia menjawab dengan cukup siap. "Karena aku tahu teman baik kita Lestrade sudah berhasil menemukan jejak Baroness dan Meyer, walaupun mendapat perintah untuk tidak menangkap mereka. Kalau tidak mengapa pesan pertama, 'Lingkaran berisi tanda berhenti' muncul? Itu berarti: 'Bahaya dipenjarakan'. Baroness takut ditangkap dan itulah yang memberi kita kesempatan kedua, Watson, di antara pesan-pesan itu. Sekarang kita tak mungkin gagal." Kami turun dari kereta Chatham and South Eastern-Railway dari London pada pukul setengah sebelas di Stasiun Blackheath, tempat orang hanya perlu berkendara sebentar dari desa itu ke padang gersang liar dan Dover Rood, dan kemudian ke Shooter's Hill. Semua percakapan sudah terhenti, dan orang bisa membayangkan kami seperti Scarlet Pimpernels dalam perlombaan mati-matian menuju Dover. Memang, misi kami lebih penting lagi. Kusir kami berhenti di sebuah balok untuk naik kuda lama dekat puncak bukit dan segera setelah ia dibayar, Holmes melangkah dengan bernafsu menuruni bukit kembali ke arah London, mengabaikan debu yang ditimbulkan oleh kereta pengangkut barang dan kereta penumpang yang lewat. Sebuah gerobak susu mengayun amat dekat, kaleng pengukurnya hampir mengenai temanku dan kusirnya menyeringai menyebalkan. Udara terasa sejuk dan harum setelah bau asap London, dan di kebun-kebun vila, tulip-tulip terakhir memberi jalan pada warna biru bulan Mei, menghasilkan pemandangan yang cantik setelah bangunan suram dan menghitam yang membatasi jalan-jalan London. Bagaimanapun, kami tak punya waktu untuk berlama-lama menikmati kesenangan seperti itu. Holmes sudah menyusuri jalan kecil yang mengarah ke pintu sebuah vila yang berukuran cukup besar. Aku berjuang menyamai langkahnya tetapi pada waktu aku mencapai pintu ia sudah mengetuk untuk kedua kalinya. Ketika tak ada jawaban yang terdengar, ia mendorongnya, setelah mendapati pintu itu terbuka. Aku menepuk pistol dalam sakuku untuk meyakinkan, saat aku mengikutinya masuk. Ada sesuatu tentang tempat itu yang tidak kusukai. Mungkin keheningannya, kedinginannya yang suram. Kami berjalan ke sebuah dapur yang herannya besar dan lapang, dan sensasi bahwa rumah itu kosong meningkat. "Kita agak kepagian," komentarku, hanya untuk memecahkan keheningan melawan ketidaknyamanan itu. "Ssst." Sherlock Holmes berjalan masuk ke rumah utama, dan dekat di belakangnya, aku mendekat ke pintu ruang duduk. Pintu ini juga terbuka. Rumah itu memang kosong dari kehidupan tetapi pemandangan mengejutkan yang kami lihat memberi tahu bahwa kehidupan belum lama perg. Tanganku memegang pistol bahkan saat mataku menelan pemandangan mengerikan di depan kami. Tersungkur di atas permadani Persia di depan perapian adalah tubuh seorang wanita, mengenakan pakaian tenunan sutra dan wol hitam, dan matanya yang tak bisa melihat dan menatap lagi berbalik mengerikan ke arah kami; darah membasahi karpet dan memercik ke dinding. Tak ada senjata yang terlihat, hanya limpahan darah yang menunjukkan sebuah luka tusuk di dada. Tetapi ada yang lebih buruk. Di sebelah jendela yang membuka ke kebun belakang terbaring tubuh wanita lain. Yang satu ini seorang wanita yang agak lebih muda, mungkin empat puluhan, tua karena topi besar dan longgar serta gaun bermotif kembang yang dipakainya. Pelayan ini meninggal dengan cara mengerikan yang sama seperti atasannya, yang kuanggap adalah koki pengurus rumah tangga. Aku bergegas mengkonfirmasi apa yang kuketahui dengan pasti, bahwa tak ada denyut nadi di keduanya. "Adakah kehidupan di sana, Watson?" "Tak ada di keduanya, Holmes," aku menjawab pelan, bangkit berdiri setelah memeriksa kedua tubuh itu dengan singkat. "Kejahatan macam apa ini? Menusuk pengurus rumah tangga dan pelayan?" Holmes membuat isyarat tak sabaran. ''Kau melihat, tetapi kau tidak mengamati, Watson. Ini bisa jadi adalah pengurus rumah tangga, tetapi ini bukan pelayan. Pelayan mana yang bisa membeli sepatu kulit anak kambing seperti itu, atau menjaga tangannya dalam kondisi sebaik itu? Lihat kukunya -dan ini. " Dengan lembut ia mengambil topi itu dan ikal-ikal coklat panjang yang dirawat baik berjatuhan dari baliknya. "Bukan wajah pelayan pula, Watson. Ini adalah wajah seorang petualang wanita yang hidup dari kecerdikannya beberapa tahun terakhir ini dan sekarang meninggal karena kecerdikan orang lain. Baroness tidak layak mendapat nasib seperti ini, itu aku yakin. Pakaian pelayan itu jelas untuk memberi anonimitas padanya hingga ia bisa memastikan identitas penawar manapun. " "Dan suratnya?" Holmes mengangkat bahu. "Kita bisa mencari tetapi tak akan menemukan. Kau pasti memperhatikan bahwa aku tak berbicara selama perjalanan kemari. Aku telah mempertimbangkan bahwa tanda silang dengan kaki menunjukkan pada pukul sebelas, karena pukul sembilan, dengan kaki di sisi lain, akan tidak praktis karena pemilik rumah meninggalkan tempat tepat pada waktu itu, suatu kesimpulan yang sepenuhnya bisa disadari Baroness pasti aku lakukan. Kita dimaksudkan untuk datang terlambat, Watson. " "Ia takkan berkomplot untuk pembunuhannya sendiri, Holmes, " protesku. "Permainan ini direncanakan untuk berakhir berbeda, Watson. Bila Meyer bukan monster kejam seperti adanya, aku yakin kita akan tiba, hanya mendapati koki menyerahkan sebuah surat dari Baroness untuk mengejek kita karena keterlambatan kita. Ternyata-" Ia berhenti, saat pintu terbuka di belakang kami. "Selamat pagi, Mr. Holmes, Dr. Watson." Mata Lestrade mengarah ke tubuh-tubuh itu. "Asinan yang bagus," komentarnya sejenak kemudian. "Meyer telah mendahului kami berdua, Lestrade. Aku yakin seorang tukang susu bulat gemuk tertentu yang kulihat di atas gerobaknya adalah dia." "Perlukah aku menyuruh orangku mengejarnya, Mr. Holmes? Kita bisa menahannya dan menggeledah rumahnya." "Dan ia akan menyimpan surat itu dengan aman di tempat lain. Ia harus menyerahkannya pada tuan-tuan Eropanya." "Setiap pelabuhan akan dijaga. Bahkan pengunjung ke Kedutaan." "Bagus, bagus," gumam Holmes linglung. "Misalkan ia mengirim surat itu ke von Holbach lewat pos atau menyelundupkannya lewat kapal?" tanyaku. "Hadiah seperti itu terlalu berharga untuk dikirim seperti itu," jawab Holmses. "Tidak, ia akan menyerahkannya secara pribadi." "Kalau begitu tempatnya takkan di Jerman," Lestrade mengumumkan dengan gagah. "Dan kami akan berjaga kalau-kalau von Holbach datang kemari, dan menangkapnya." "Demi apa pun jangan lakukan hal itu, Lestrade. Kita mengenal von Holbach, tetapi seorang agen yang pasti dikirim setelah itu takkan kita kenal. Biarkan permainan berlanjut." Hari demi hari kemudian minggu demi minggu berlalu, sementara Holmes rewel terus. Koran- koran menuliskan satu paragraf pendek tentang seorang broker saham malang yang kembali dan mendapati rumahnya penuh petugas polisi, dan kokinya bersama-sama dengan orang yang sama sekali asing, saat ini tak bisa diidentifikasi, terbaring terbunuh di atas lantai. Saat bulan Juni mulai, suatu kegairahan yang meningkat menyapu London saat kota ini bersiap- siap untuk Peringatan Perak Yang Mulia Ratu Victoria pada tanggal 22 bulan itu. Para tukang kayu mengerjakan sebuah panggung besar di Whitewall, satu lagi di halaman gereja St. Martin, dan satu panggung kolosal di halaman gereja St. Paul. Uang dalam jumlah besar diminta dari para pengunjung yang sekarang berduyun-duyun menuju London dari semua sudut bumi, untuk memperoleh tempat di jendela. Sejak tanggal sebelas bulan itu ketika buku acara resmi sudah diterbitkan, satu-satunya topik pembicaraan di mana pun orang berjalan atau makan adalah Hari Peringatan. Di mana-mana, yaitu, kecuali di ruangan Baker Street kami, tempat temanku mondar-mandir tanpa suara kecuali selama beberapa hari ketika ia menghilang, dan, berdandan sebagai seorang pengemis atau tukang pos, menyusuri jalan-jalan London mencari buruannya. Bahkan kesabaran Mrs. Hudson menipis, karena udara menjadi penuh asap rokok, dan hidangan demi hidangan dikembalikan tanpa dimakan. Mengejar cerita karangan tentang sakitnya, ia menghindari keluar rumah kecuali bila menyamar, menjaga tirai tertutup sebagian besar waktu. Tentang Adolph Meyer tak ada tanda-tanda sama sekali. Lestrade bersumpah orang itu belum meninggalkan negara, tetapi ia tak bisa ditemukan di London. Para pembantunya mengaku tak tahu keberadaan tuannya. Pengawasan di Kedutaan memastikan bahwa ia tidak mencari perlindungan di sana. Menjelang akhir minggu tanggal 13, dekorasi mulai berkembang di seluruh bagian kota, mengubah batu abu-abu menjadi sebuah punjung berbungaan dan bendera berwarna-warni yang nyata. Hadiah-hadiah bertunas dari lubang-lubang kancing dan topi, dan sepeda-sepeda dan kereta-kereta dialiri warna merah, putih dan biru. Waktu kembali ke Baker Street larut malam pada hari Sabtu tanggal 19, dengan lega aku mendapati bahwa Sherlock Holmes akhirnya ingin berbicara. "Sir George mengunjungiku hari ini, Watson, ia sudah datang." "Siapa, Holmes?" "Von Holbach sendiri. Ia tinggal di Kedutaan. Tentu saja ia tak punya undangan resmi, karena setelah tuannya secara menyesalkan merusak hubungan bersahabat antara negaranya dan negara kita di Cowes pada tahun 1895 berarti bukan hanya ia bisa menyeberangi Channel, tetapi Yang Mulia eminence grise tidak diterima secara resmi di sini pula." "Kalau begitu ketika Meyer mengantar surat itu, kita mendapatkannya." "Ia akan ditangkap sebelum menarik tali lonceng pintu. Tidak, ia akan mencari cara lain." Holmes mengambil biolanya dan aku tahu kami masuk ke dalam sesi penantian yang lama, walaupun pasir jam habis dengan cepat. Biola temanku berbunyi sore itu dan sekali lagi pada pagi hari Minggu, tanda yang biasa muncul saat tekanan berat menguasainya. Udara panas, mencekik di sekeliling kami dalam ruang yang digelapkan menembus masuk ke dalam diriku tanpa dapat ditahan. "Holmes," teriakku, "paling tidak mainkan nada yang dapat dikenali." Suara berciut terdengar dari biola itu. "Nada, Watson?" jawab temanku dingin. "Apa yang bisa dipilih biola malangku untuk menyenangkanmu? 'God save the Queen' mungkin pantas. Atau suatu lagu mars Sousa? The Ride of the-Watson!" ia berseru, "Aku tidak menggunakan kecerdasan yang diberikan Tuhan padaku." Sejenak kemudian, biola itu tergeletak diabaikan di atas meja saat di matanya terdapat kilau yang begitu kukenal baik. "Aku menjadi sangat dekat dengan tindakan yang akan disetujui teman kita Mr. Didier, tetapi aku sudah selalu tidak mempercayai, tindakan mengasumsikan suatu akhir yang belum sepenuhnya didukung oleh fakta. Waktu yang kita miliki tinggal sangat sedikit. Deduksi logis adalah satu-satunya harapan kita. Koran The Times kemarin, tolong Watson, dan buku acara Peringatan yang dengan begitu baik hati kaubelikan untuk Mrs. Hudson." Ketika aku kembali dari tugasku, setelah berjanji akan mengembalikan buklet itu kembali pada Mrs. Hudson, Holmes merebut buku acara itu dari genggamanku, dan setelah beberapa menit membuka-buka ia berteriak: "Ayo Watson, kau memerlukan topi jerami terbaikmu, tongkat terbagusmu, dan jaket sialan yang kaubeli untuk berlayar itu." "Ke mana kita akan pergi, Holmes?" tanyaku bernafsu, lega luar biasa bahwa akhirnya kami mengambil tindakan. "Apakah aku akan memerlukan pistolku?" "Untuk berputar satu kali mengitari Taman St. James, Watson?" ia mengejek. "Kurasa tidak. Walaupun kau pergi sendiri, bebek-bebek takkan dianggap sebagai bahaya." Harapanku runtuh. Aku tak perlu berjalan-jalan menggerakkan badan, tetapi suatu pemecahan urusan ini. Bagaimanapun, Holmes sedang tak dalam suasana hati mendengar kata-kata yang penuh alasan, ia berkeras supaya aku melakukan jalan-jalan ini. "Baiklah, Holmes," aku menyetujui meskipun dengan enggan. "Watson, tua yang baik. Dan setelah jalan-jalanmu, aku sungguh-sungguh menyarankan agar kau mengunjungi konser yang menurut iklan akan mulai di panggung band di Taman St. James di siang hari." ini?" "Konser, Holmes? Demi Tuhan, bagaimana aku bisa memikirkan musik pada waktu seperti "Tempat mana lagi yang lebih jelas bagi kita untuk bertemu, teman baikku?" Lega karena Sherlock Holmes memang punya rencana dalam pikirannya, aku naik kereta kuda ke pintu masuk Birdcage Walk menuju taman dan bila bukan karena mendesaknya situasi tanpa titik terang tempat kami berada, aku akan menikmati jalan-jalanku di taman yang menyenangkan ini sekarang dipenuhi oleh pengunjung perayaan. Anak-anak menggelindingkan lingkaran mainan keluar masuk tempat berjalan-jalan di sekitar teluk, pasangan kekasih melayang-layang dalam dunia penuh kebahagiaan mereka sendiri, bunga-bunga menebarkan karpet berwarna-warni di depan mataku, saat aku menyeberangi jembatan, matahari memilih untuk menampakkan dirinya. Cuaca sudah menjadi tak terduga selama beberapa saat, tetapi tak ada yang bisa menyurutkan antusiasme kerumunan itu. Dengan patuh aku mengambil tempat duduk panggung band, lebih ke bagian belakang baris tempat duduk sesuai dengan penampilan hari liburku yang acuh tak acuh. Seorang penjual es krim keliling mendorong sepedanya lewat, saat aku mencari Sherlock Holmes dengan gelisah. Tak ada tanda-tanda dirinya. Barisan depan dipenuhi oleh mereka yang berkedudukan sosial tinggi, dan di antara mereka seorang penjual tiket sekarang bergerak, seorang pria bertampang kasar meskipun ia mengenakan topi runcing dan seragam angkatan lautnya kusut. Band Jerman itu, yang biasanya tinggal di Bradstairs di Kent, sudah menyiapkan suatu pertunjukkan pada waktu pengumpul tiket tiba di tempatku, aku menyerahkan uang enam pence yang diminta dariku, pikiranku di tempat lain. "Permainan sudah dimulai, Watson." Bisikan kasar saat pengumpul tiket itu membungkuk mengambil sebuah koin yang jatuh mengejutkanku. Tetapi mengapa aku harus terkejut melihat Sherlock Holmes sendiri, sekarang menjadi pengumpul tiket paling luar biasa yang pernah dibanggakan Royal Park? Ia lewat terus mengucapkan beberapa kata-kata jantan pada wanita muda di sebelahku yang membuatku bertanya-tanya apakah temanku tidak merayu lebih banyak wanita muda yang diakuinya, dalam pengejaran profesinya maupun di luar itu. Tentu saja. Sebuah konser band tembaga. Holmes mengharapkan Meyer sendiri berada di antara penonton, dan von Holbach akan bertemu dengannya. Tapi kapan? Konser itu berlangsung tanpa insiden walaupun aku hampir tidak dalam suasana menghargainya. Sebuah kumpulan chord Gilbert dan Sullivan yang membangkitkan semangat mengakhiri konser, dan para penonton bangkit untuk Lagu Kebangsaan, dinyanyikan dengan perasaan mendalam dan khidmat pada hari pembukaan festival seminggu ini. Aku sangat gelisah. Holmes telah menghilang, kelompok musik itu sedang mengepak alat musiknya, dan para penonton sedang pulang satu demi satu. Sekaranglah waktunya, namun demikian aku tak bisa melihat siapa pun di antara kelompok penonton yang tinggal yang sesuai dengan deskripsi Holmes tentang Meyer. Akhirnya aku melihat Holmes, di atas panggung dan bergegas sesamar mungkin yang bisa kulakukan. Ia sedang sibuk membantu band itu menyimpan alat musik dan penyangga partitur mereka, tapi ragu lagi untuk mendapatkan titik menguntungkan untuk melihat penonton. Beberapa orang telah ke panggung band untuk memberi selamat pada para pemain, dan aku melihat seorang pria tak penting yang mengenakan jas hujan plastik dan topi Hamburg mendekati pemain tuba untuk menyalaminya, walaupun alat musik itu sedikit terdengar suaranya. "Watson!" Teriakan Holmes membuatku lari ke tangga untuk membantunya, saat dengan tak dapat dipercaya ia menabrakkan dirinya ke antara dua orang pria itu. Di tengah-tengah kekacauan, pemain tuba itu memperoleh kembali keseimbangannya dan mengarahkan pukulan mematikan ke tubuh Holmes yang membuatnya terhuyung mundur. Aku melihat sekilas mata yang paling dengki yang pernah kulihat, dan kemudian tangannya sudah dalam cengkeramanku, dan, aku mengenali dengan lega, Lestrade. Aku tidak mengenalinya, dalam samarannya sebagai penjual es krim. Bahkan sekarang peluitnya memanggil para petugasnya. "Herr Meyer, kita bertemu lagi. Saya yakin Anda menikmati udara laut di Broadstairs," Holmes berkata pada Meyer yang diborgol. "Dan sekarang suratnya, tolong." "Terlambat," teriaknya penuh kemenangan. Ketakutan, aku ingat orang yang satu lagi. Orang itu tak terlihat. "Holmes, von Holbach sudah pergi," aku mengerang menyalahkan diriku sendiri. "Itu dapat diharapkan, Watson. Ia seorang diplomat." "Anda luar biasa tenang, Mr. Holmes," kata Lestrade. "Kalau begitu saya anggap surat ini tidak begitu penting?" "Sebaliknya, surat itu mungkin alat paling vital untuk mempertahankan kedamaian di Eropa sejak Perjanjian London yang menjamin kenetralan Belgia di tahun 1839." Sebuah senyum jahat muncul di bibir Meyer saat ia melihat Holmes memeriksa penyangga partitur. "Kedamaian sudah hilang, Holmes," ia tergelak, saat Lestrade selesai melakukan pemeriksaan tanpa hasil di saku, topi, dan sepatunya. "Jangan begitu yakin, Meyer," kata temanku tenang, sosoknya yang kurus membungkuk ke bawah untuk mengambil tuba Meyer. Dari dalam benda itulah, terletak dalam dan aman di antara lindungan mulut tuba, ia mengambil selembar kertas. Sekilas aku melihat lambang keluarga yang kukenal baik dan terkenal itu sebelum Holmes dengan cepat menjauhkan surat itu dari pandangan kami. "Hari ini hari Minggu, Watson. Tetapi kurasa Sir George akan memaafkan kita bila ada dua orang tamu yang berpakaian informal mengunjungi rumah." Hari Perayaan menjanjikan sedikit sinar matahari saat Holmes dan aku mengambil tempat di tempat duduk yang disiapkan bagi kami di sebuah jendela Whitehall. Bagaimanapun, jalan abu-abu tua itu menyala dengan warna, baik dari dekorasi maupun mantel merah para prajurit yang memagari rute itu. "Kau belum menjelaskan, Holmes, bagaimana kau bisa memilih tempat tertentu itu sebagai tempat pertemuan yang amat penting itu." "Hanya masalah pengambilan kesimpulan, temanku yang baik. Meyer tak bisa ditemukan di London. Para petugas polisi di seluruh negeri telah diperintahkan untuk mencarinya. Tak berguna. Ia tak bisa muncul di sana atau di London dalam jati dirinya sendiri." "Tapi ia tak berusaha menyamarkan jenggotnya yang tebal dan wajahnya." "Penyamaran yang terbaik berada pada mata penonton, bukan pada wajah buruan. Kau melihat seorang pemain tuba; aku melihat apa yang kuharapkan. Meyer hanya membaurkan dirinya menjadi bagian dari orang-orang band." "Hebat, Holmes." "Sama sekali tidak. Begitu orang ingat pada hobi orang ini, maka ia hanya perlu meneliti daftar acara untuk mencari tempat yang paling sesuai. Aku mendengarkan banyak band kuningan yang sangat buruk selama minggu kemarin. Bagi seorang pemain biola itu siksaan." Untungnya keributan tiba-tiba dari arah keru munan mengalihkan perhatiannya dari senyumku yang tak tertahankan. Saat pasukan Kolonial mulai lewat, matahari akhirnya bersinar, dan "cuaca Ratu" memberkati kami selama sisa hari yang patut dikenang itu. Setelah kontingen Kolonial, terdapat barisan pengawal depan prosesi Kerajaan. Limpahan warna merah, emas, ungu, dan zamrud itu diikuti oleh sebuah kereta terbuka yang ditarik oleh delapan kuda berwarna krem. Di dalamnya, duduk sebuah sosok kecil, berpakaian hitam, dengan sentuhan abu-abu, diam di bawah kerai penghalang matahari berwarna putih. Hilang sudah keinginan untuk memanjakan mata dengan warna-warna menyilaukan; selama sesaat kerumunan menjadi diam, bahkan suara kaki kuda dapat terdengar. Kereta kuda itu dikawal; tak ada yang bisa menghalangi di antara Yang Mulia Ratu dan rakyatnya. Kemudian suara gemuruh penonton menggema di udara. Mata Holmes mengikuti kereta itu saat berjalan menuju Whitehall. "Aku diberi tahu bahwa pada bila nanti keadaan mengijinkan, aku bisa mengharapkan gelar kebangsawanan." "Holmes, temanku yang baik, itu sangat layak bagimu," jawabku hangat. "Kau salah, Watson. Bila suatu gelar kebangsawanan ditawarkan, aku akan berkewajiban menolaknya." "Menolak, Holmes?" aku terpana. "Tentunya kehormatan seperti itu hanya bisa disambut baik." Ia mengesampingkan kata-kataku dengan sebuah senyuman. "Kau tahu metodeku, Watson. Aku menganggap sebagian besar kasusku lebih cocok mendapatkan kehormatan seperti itu dari pada urusan sekarang ini. Sebagai latihan pengambilan kesimpulan logis murni, urusan ini terbukti amat sangat sederhana sehingga mengecewakan." "Sederhana, Holmes?" aku membantah argumen ini dengan energik. "Dengan musuh seperti itu, dan begitu banyak yang dipertaruhkan?" "Namun permainan ini dimenangkan tipis." Kami mengawasi saat kereta itu akhirnya hilang dari pandangan kami. "Tidak, Watson, mereka bisa menyimpan kehormatan mereka, dan aku akan menjadi pelayan yang paling loyal dan setia bagi 'Raja dan Ratu mereka sekarang dan di masa depan',
Mr. Sherlock Holmes."

THE END

Sherlock Holmes SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang