Stephen Baxter
Tamu kami mungkin berusia dua puluh delapan seorang pria muda pendek, berbahu lebar, sedikit gemuk, suara tinggi dan melengking, dan ia bergerak dengan lentingan ceria seperti burung. Wajahnya, di bawah rambut yang menipis, pucat—mungkin ia menderita penyakit paru-paru—dan mata birunya menyolok, lebar dan seperti bermimpi. Ia hampir tak mungkin menampakkan kekontrasan yang lebih besar lagi, secara fisik dan sikap, dengan temanku Holmes. Namun demikian percakapannya dengan Holmes berapi-api, seakan-akan kedua pikiran mereka adalah kutub-kutub baterai elektris besar.
Pengunjung ini telah menyerahkan satu set foto yang agak berbintik-bintik pada Holmes, diambil dengan salah satu Kodak New York yang begitu populer. Holmes sedang memeriksa foto-foto ini dengan kaca pembesarnya. Tamu itu, dengan kesenangan yang jahat, sedang menantang Holmes untuk menyimpulkan, dari bukti di setiap foto, elemen situasi yang tak biasa, sesuai gaya suatu permainan di ruang tamu. Holmes baru saja selesai memeriksa sebuah gambar kabur beberapa batang bunga putih yang layu. Aku mempelajari foto ini, hanya dapat melihat sedikit bunga itu, walaupun aku tak bisa langsung menempatkan kelas alami bunga itu—mungkin jenis Malva—misalnya, bentuk gynoeciumnya, yang jelas terlihat, agak tak biasa. Holmes tampak agak marah karena foto tak berbahaya ini, dan telah melewatkan ke gambar berikutnya, sementara tamu muda kami menyeringai. "Saya heran bila ia tak menemukan apa-apa. Alat olok-olok klasik!" katanya padaku.
Holmes memberikan gambar berikutnya padaku. "Lihat ini, Watson. Apa yang kau lihat?"
Yang ini tampak lebih menjanjikan—dan, aku mengamati, tamu kami agak lebih serius tentang foto itu. Pada pandangan pertama bagiku kelihatannya itu sebuah potret yang tak jelas tentang pesta makan siang biasa—walaupun bertempat di lingkungan yang tak biasa, meja dan tamu-tamunya semua tertelan oleh peralatan elektris besar, kabel-kabel, silinder, kumparan, dan kerucut, sedang di latar belakang aku bisa melihat peralatan bengkel sebuah mesin bubut uap, mesin bubut logam, peralatan las acetylene, sebuah pencetak logam lembaran, dan benda-benda sejenis. Aku mencoba, "kulihat tamu kita sore ini adalah tamu makan siang ini. Aku tak tahu yang lainnya—"
"Mereka adalah Brimicombe bersaudara, dari Wiltshire," kata tamu itu. "Tuan rumah saya hari
itu: dua bersaudara, Ralph dan Tarquin. Ralph adalah teman kampus saya dulu. Kedua bersaudara itu bekerja sama—atau dulunya begitu—dalam penemuan mekanik dan elektris."
"Hari itu cerah," kataku. "Aku melihat secercah sinar di sini di taplak meja, tepat di belakang piring yang berisi sosis bagus ini."
"Ya," kata Holmes dengan kesabaran penuh toleransi, "tapi bagaimana dengan sosisnya sendiri?"
Aku mengamati lagi. Sosis itu terletak di atas piring tersendiri, di tengah-tengah hidangan. "Ini spesimen yang berair banyak. Apakah ini sosis Jerman?"
Holmes mendesah. "Watson, itu bukan sosis, baik sosis Jerman maupun sosis lainnya. Itu jelas lelucon, dengan cita rasa meragukan, yang disajikan pada tamu mereka oleh Brimicombe bersaudara itu."
Tamu itu tertawa. "Anda melihatnya, Mr, Holmes. Anda seharusnya melihat wajah kami ketika hidangan raksasa itu merambat turun dari piringnya ke atas taplak meja!"
"Seorang pria dengan profesimu seharusnya mengenali hewan itu, Watson. Itu seekor annelid
akuatik, dari jenis lintah Hirudinea, digunakan untuk menyedot darah—" "Demi Tuhan," aku berseru, "itu lintah raksasa!"
"Anda tak bisa melihat warnanya di Kodak," kata tamu itu, "tapi Anda pasti tahu bahwa binatang itu berwarna merah cerah: semerah darah."
"Bagaimana bisa begitu, Holmes? Keanehan alam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sherlock Holmes Series
Mystery / ThrillerKumpulan cerita sherlock holmes yang mungkin belum terbaca