"Baiklah," kata Holmes. "Kalau begitu kita harus mencari sebisa mungkin dari bangku kerjanya," dan ia memberikan sebuah bantalan kecil gelap padaku.
"Moleskin—kain katun tebal," kataku, segera setelah jari-jariku menyentuhnya. "Sepotong moleskin yang ditekuk dan dijahit menjadi sebuah—sebuah bantalan jarum, mungkin?"
"Moleskin," temanku menyetujui, "tapi bukan sebuah bantalan jarum, kurasa. Ciumlah, Watson.'' Aku mengangkat bantalan kecil itu dan lubang hidungku mengerut. "Bah!" aku berseru, "benda ini menyebarkan bau lemak tengik."
"Tepat," kata Holmes, "dan bagaimana dengan ini?"
Dari bangku ia mengangkat sebuah benda kayu aneh dan aku mengambilnya dari Holmes. Panjang benda itu sekitar delapan belas inci dan dibuat bulat di satu ujung untuk membentuk pegangan seperti yang ditemukan orang pada banyak alat, tetapi di atas pegangan benda itu melebar lagi, satu sisi datar dan sisi lain melengkung. Ujung lain pegangan itu dipotong cukup datar. Jelas benda itu buatan tangan dan sudah dikotori, walaupun pada permukaan yang melengkung dan datar terdapat bekas-bekas benturan.
"Aku tak pernah melihat benda seperti ini," kataku. "Apakah kau yakin benda ini sudah selesai dibuat?"
"Oh, benda ini cukup sempurna," kata Holmes, "dan tepat seperti yang kuharap dapat kulihat.
Sekarang, kurasa kita hanya tinggal memeriksa meja tulis."
Informasi yang didapat dari meja itu sedikit. Kotak dalamnya sudah dibersihkan dan ada dua bloknot di meja yang lembar-lembar bagian atasnya sudah diambil.
"Tak ada apa-apa di sini, Holmes," kataku.
"Aku tak yakin," jawabnya, dan mengambil kaca pembesarnya dari saku mulai memeriksa bloknot kosong itu. "Apa kau punya rokok, Watson?" tanyanya tiba-tiba.
Aku mengeluarkan kotakku dan membukanya. "Kulihat," kata Holmes, "kuda-kuda tidak memberikan hasil sesuai harapanmu. Standarmu turun ke rokok Virginia murahan. Namun, ini sudah cukup," dan ia mengambil satu dan menyalakannya.
Setelah beberapa hembusan keras ia membungkuk ke atas meja dan mengetukkan abunya ke salah satu bloknot, menggosoknya pada kertas dengan jari telunjuknya. Sesaat kemudian ia tersenyum.
"Lihat," katanya, mengangkat bloknot itu, "abu menghitamkan kertas, kecuali di tempat kertas
tertekan oleh berat pensil yang menulis di lembar atasnya. Sekarang, apa yang kita peroleh di sini?"
Ia mengangkat kertas itu ke cahaya. "Ada beberapa kata-kata yang bisa dibaca, Watson, dan tampaknya berbunyi "kematian Tony yang malang". Sekarang, apa yang akan diungkapkan bloknot kedua?"
Segera ia telah menerapkan prosesnya itu pada bloknot kedua dan menelitinya. "Timah? Timah? Timah?" ia membaca kertas itu, "Setiap kali dengan sebuah tanda tanya. Tampaknya itu saja dari yang satu ini."
Ia menggumpalkan kedua lembar kertas bernoda abu ke dalam saku mantelnya dan merapikan baju. "Kurasa," katanya, "kita harus pamit pada Lady Cynthia."
Sementara kami minum teh dengan Lady Cynthia, Holmes meyakinkan wanita itu bahwa ia berharap bisa membongkar misteri kematian ayahnya dan akan menghubunginya bila penelitiannya sudah lengkap. Aku, bagaimanapun juga, menjadi semakin bingung dengan setiap tindakan temanku dan, dalam perjalanan kembali ke Baker Street dengan kereta kuda, aku mengatakannya.
"Watson, Watson," katanya, menggelengkan kepala. "Kaulah yang menarik perhatianku pada teka-teki kecil yang indah ini. Sejak itu aku hanya mengejar penyelidikan misteri yang sepenuhnya logis ini dan telah berhasil mendapatkan data tertentu yang akan, aku benar-benar yakin, mengarahkanku pada kesimpulan yang sukses. Kau seharusnya mengenal metodeku dengan baik sekarang. Tentunya kau punya dugaan, bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sherlock Holmes Series
Gizem / GerilimKumpulan cerita sherlock holmes yang mungkin belum terbaca