Chapter 20

226 34 5
                                    

"Ya! Aku menyukai Jungkook!" Halla berteriak. Entah orang rumah atau para tetangga akan mendengar atau tidak, Halla tidak peduli. Air bening mulai berjatuhan dari matanya tanpa perintah dari siapapun.

"Aku menyukai Jungkook, bahkan kupikir aku mencintainya! Lalu apa?! Kau akan terus memaksaku untuk menyukaimu?!" Seru Halla lagi. Ia tidak tahu kenapa perkataan itu bisa lolos dari mulutnya. Air matanya menderas diiringi dengan isakkan. Ia merasa ingin meledak sekarang juga. Nafasnya memburu, menandakan bahwa ia benar-benar tertekan.

"Kau benar-benar gila, Sunbae! Bagaimana bisa aku dengan mudah kembali padamu jika hanya melihatmu saja rasanya aku ingin lenyap! Kau tidak tahu saja betapa takutnya aku berdiri dihadapanmu saat ini!" Ia kembali terisak. Tidak tahan dengan tangisnya yang membesar, ia menjatuhkan tubuhnya dan terduduk di atas aspal bersalju. Wajahnya ia sembunyikan dibalik kedua telapak tangannya.

Kini Halla sadar, bahwa itulah yang sebenarnya terjadi. Ia menyukai Jungkook-atau bahkan mencintainya, namun Halla terus mengelak dan mengalah atas sikap Jungkook yang angin-anginan. Ia tidak bisa memendam rasa sakit hatinya lebih lama lagi. Ia terlalu sakit saat melihat Jungkook lebih memilih kembali pada sahabat masa kecilnya, atau cinta pertamanya.

Jin bergeming di tempatnya. Melihat orang yang disukainya ini lebih memilih orang lain daripada dirinya. Bisa kita sebut ini adil. Mereka sama-sama ditinggalkan demi memilih yang lain, saat kesempatan telah datang.

Baru saja Jin akan menghampirinya, namun tangan lain menggapainya terlebih dulu. Tangan itu menggenggam kedua pergelangan tangan Halla lalu menariknya berdiri perlahan.

"Jangan temui Halla lagi, hyung. Tentang yang kemarin, itu semua bukan urusanmu," ujar Jungkook santai.

"Kau pikir sekarang ini juga urusanmu?!" Seru Jin tepat di wajah Jungkook.

"Setelah dia berteriak namaku, memangnya ini bukan urusanku lagi?" Balas Jungkook masih dengan nada santainya. "Ayo masuk."

"Whoa. Lihat siapa yang jadi jagoan di sini," ujar Jin yang terakhir kalinya sebelum Jungkook dan Halla benar-benar masuk ke dalam pagar. Ia lalu membawa Halla ke taman samping rumah yang sepi.

Jane hendak menyusul, namun Taehyung segera mencegahnya. "Biarkanlah mereka bicara. Kita sudah cukup tahu tentang permasalahan ini." Ujar Taehyung. Jane mengangguk, lalu mereka bertiga masuk kembali kedalam rumah setelah mendengar mesin mobil Jin berjalan menjauh.

Mereka masih saling diam di taman sepi itu. Di bawah satu-satunya lampu yang ada, mereka berdiri berhadapan tanpa bertatap satu sama lain. Tangan Jungkook belum melepaskan tangan Halla.

Dengan kepala masih menduduk, Halla melepas tangan Jungkook perlahan dan membuka pembicaraan. "Kau pasti mendengar semuanya."

"Begitulah." Jungkook menggaruk tengkuknya. Mereka kembali terdiam. Sama-sama bergelut dengan pikiran masing-masing.

"Maaf," gumam Halla akhirnya. Gumaman itu terdengar jelas karena taman itu benar-benar sepi. Bahkan jangkrik pun tidak berani menjengkrik di saat suasana seperti ini.

"Maaf untuk?" Tanya Jungkook. Bukan basa basi. Jungkook memang tidak tahu makna apa yang terkandung dalam kata maaf dari Halla.

"Entahlah. Aku hanya ingin meminta maaf," jawab Halla sarkastik, tentu saja.

"Bicaralah apa yang ingin kau bicarakan. Aku yakin ada banyak hal yang ingin kau sampaikan padaku," kata Jungkook.

Halla menaikkan kepalanya hingga manik mereka kini bertemu. "Memang banyak, tapi aku hanya ingin berkata secukupnya." Halla menarik nafasnya lalu menghembuskannya. Bersiap untuk mengatakan hal yang baru disadarinya itu.

"Memang terlihat murah, tapi aku memang menyukaimu, atau bahkan lebih. Dan sikapmu yang dingin itu menyakitiku. Aku memang bodoh karena terlambat menyadari hal itu. Jika saja aku menyadari lebih awal, kuyakin kita sedang berpesta daging panggang di dalam sekarang," jelas Halla.

Kini Jungkook yang bergeming. Bingung ingin menjawab apa. Apa Jungkook harus memberitahu bahwa dirinya juga masih bingung dengan perasaannya sendiri? Jika ia memberitahu Halla tentang sikapnya yang baik-yang Halla kira Jungkook menyukainya juga, ternyata hanya sebuah rasa simpati, itu akan membuat Halla lebih sakit hati, tentu saja. Namun Jungkook masih ragu tentang rasa simpati itu.

"Maaf karena aku menyukaimu. Seharusnya aku tetap menjadi musuhmu agar aku tidak terlalu peduli dengan urusanmu dengan Minju," Ujar Halla lalu mengusap bekas-bekas tangisnya di wajah putihnya. "Akhir-akhir ini aku jadi anak yang cengeng, ya."

"Bagaimana kau tahu hubunganku dengan Minju?" Tanya Jungkook dengan alis bertaut. Apa semua orang mengetahui hubungannya dengan Minju?

"Yujin yang menjelaskannya padaku lusa kemarin. Yujin itu sahabat lama Yuna. Jadi saat aku berkeluh kesah padanya, aku mendapat informasi yang penting. Yaitu hubunganmu dengan Minju dimasa kecil," ujar Halla. "Dan aku sadar akulah yang harus mengalah di sini."

Jungkook tertegun. Apalagi dengan kalimat terakhir yang Halla lontarkan, membuat nafasnya terasa memberat. "Maaf."

Satu kata itu benar-benar Jungkook sampaikan dengan hatinya. Jungkook masih enggan menerima bahwa jantungnya kini berdebar kencang. Bukan karena apa, tapi rasa bersalahnya begitu kuat sehingga rasanya ia ingin meledak. Bukan ini yang Jungkook inginkan. Tidak seharusnya perempuan kuat seperti Halla mengeluarkan air mata dengan mudah hanya karena sikap seseorang yang bahkan pernah Halla benci sebelumnya.

"Apa yang perlu kumaafkan jika kau tidak memiliki kesalahan apapun padaku," ujarnya terkekeh sarkastik. Matanya kembali menatap Jungkook. "Aku tahu ini memang terlihat murah. Tapi bisakah kita kembali seperti sedia kala? Maksudku kita akan menjadi keluarga sungguhan yang menyenangkan."

Mirip sekali dengan Jin.

Jungkook berpikir keras tentang itu. Jika Jungkook kembali pada Halla seperti sedia kala, apa kabar dengan Minju nya? Walaupun Jungkook sudah terlebih dulu memutuskan untuk kembali pada Minju, namun ia sadar rasanya sangat berat untuk meninggalkan Halla. Begitupun sebaliknya. Dan yang bisa Jungkook lakukan saat ini adalah mengangguk, dan tersenyum. Hal itu membuat Halla tersenyum lebar. "Kalau begitu, ayo masuk!"

Lalu Halla berjalan mendahului Jungkook. Ia lalu masuk kedalam rumah untuk kembali ke pesta. Sementara Jungkook masih bergeming di tempat, menatap punggung berhias rambut hitam panjang itu menjauh. Entah mengapa memorinya berputar kembali saat ia pernah menjambak rambut indah itu.

Lamunannya seketika tersentak saat pemilik rambut itu memutar tubuh berhati rapuh itu ke belakang. "Kenapa diam disitu? Ayo!" Lagi, senyum Halla menggembang. Rasanya lega setelah mengatakan hampir seluruh bebannya pada orangnya langsung. Pundak Halla terasa lebih ringan. Jadi ia bisa tersenyum lebih lebar.

▲▼▲▼▲

Para orangtua kini sudah memegang segelas soju, sedangkan kaum muda mendapatkan cokelat panas. Halla buru-buru mendatangi Hyeri untuk meminta jatah makanannya. Beruntung masih ada beberapa daging panggang tersisa. Halla mengambilnya lalu bergabung dengan teman-temannya.

"Halla, aku harus pulang. Oppaku sudah ingin menjemput," ujar Yujin saat Halla hendak menyuapkan makanannya.

"Kenapa cepat sekali?" Gumam Halla dengan raut melankolisnya. "Ya sudah kalau begitu. Taehyung-ah! Antar Yujin ke depan ya?" Ujar Halla membuat Yujin salah tingkah.
"Sampaikan terimakasihku pada paman dan bibi. Annyeong!" Lalu Yujin dan Taehyug berjalan pergi.

Melihat bangku kosong disamping Halla, Jimin beringsut pindah dan duduk disana. "Darimana kau tadi?" Tanya Jimin.

"Dari luar," jawab Halla langsung.

Jimin memutar bola matanya. "Aku tahu dari luar. Berikanlah jawaban yang lebih rinci!"

"Bukan urusanmu. Kalau kuceritakan juga kau tidak akan mengerti."

"Aku ini anak pintar! Jangan meragukan otakku ini. Ah ya. Jangan sampai aku menebak! Kau tidak tahu saja tebakanku ini tidak pernah meleset!"

"Oh ya? Kalau begitu, tebak siapa yang akan menang dalam kontes menyanyi di sekolah Jungshik minggu depan?"

"Terserah. Aku tidak akan bertanya lagi."

▲▼▲▼▲

Fated To Be With You (Halla & Jungkook) - [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang