Chapter 4

604 51 7
                                    

Halla's POV

Kini aku telah siap dengan pakaian yang menurutku nyaman dipakai untuk makan malam. Sweater hoodie, jeans, dan sepatu sneakers. Tidak lupa earphone yang setia menggantung di leherku dan ransel serbagunaku. Rambutku selalu kuikat menjadi satu. Sederhana bukan? Toh, ini bukan acara resmi. Santai sedikit tak apalah. Yang penting tidak memalukan haraboji.

Aku menunggu oppa dan haraboji di depan mobil pengangkut sayur milik haraboji. Hanya ini kendaraan yang keluarga kecilku ini andalkan. Oppa bilang, tabungannya untuk membeli mobil sebentar lagi akan cukup. Dan setelah semua bersiap, kami pun berangkat menuju tempat makan yang sudah dijanjikan.

Sudah kubilang, ini bukan acara resmi. Mobil haraboji berhenti di salah satu kedai tepat di samping taman bermain. Dan ternyata kami datang terlebih dulu.

Kuyakin pasti membosankan menunggu haraboji menyelesaikan masalah pekerjaannya. Aku tidak pernah suka obrolan orangtua. Apa aku harus bermain ke taman bermain sebelah bersama oppa? Hm.. Bukan ide yang buruk.

"Oppa," panggilku pada oppa yang sedang duduk disampingku dengan jarinya yang berada di hidung. "ya, Oppa! Keu mengupil!?" kataku. Sontak, oppa langsung menurunkan tangannya.

"Bodoh, pelankan suaramu! Aku hanya menggaruk bagian luar hidungku." kata oppa. Aku hanya terkekeh.

"Oppa, apa ini akan membosankan?" bisikku.

"jangan tanya. Kau pasti sudah tahu jawabannya." Jawab oppa. Dia sepikiran denganku. Selalu begitu.

"Saat teman Haraboji datang, ayo kita kesitu! Oppa juga bosan kan?" kataku ambil menunjuk ke arah taman bermain. Sayangnya, pemikiranku yang satu ini berbeda dengannya. Oppa menggeleng keras. "Shireo! Kau sendiri saja. Aku tidak mau bermain di tempat bocah."

Aku mendecak sebal. Yasudah aku pergi sendiri saja. Punya oppa tak bisa diandalkan. Dasar oppa jelek! Lebih baik aku izin pada haraboji saja.

"Haraboji~" panggilku manja pada haraboji yang sedang melihat-lihat menu makanan. Haraboji menoleh dengan senyumnya.

"Haraboji, bolehkah aku bermain di taman bermain sebelah? Aku merasa otakku yang kusut ini butuh penjernihan." pintaku.

"Cih, penjernihan jidatmu." ejek oppa. Aku langsung membungkam mulutnya dengan tanganku lalu kembali merengek pada haraboji. Dan kali ini harapanku tidak pupus lagi saat haraboji mengangguk setuju

"Tapi," ujar haraboji tanpa menyelesaikan kalimatnya, kenapa harus pakai tapi?!

"Tunggu sampai mereka datang. Ajaklah anaknya yang paling kecil."

Ah itu. Kupikir itu adalah suatu syarat yang menyebalkan. Aku mengangguk setuju. Kupikir ini ide bagus karena anak kecil pasti bosan dengan obrolan bisnis orangtua. Lagipula, aku suka anak kecil.

Tak lama, teman haraboji pun datang bersama istri dan anaknya. Apakah ini keluarga artis? Astaga, sungguh keluarga yang memiliki paras wajah sempurna. Lihatlah, wajah anak itu. Sungguh, pipinya seperti bakpao isi kacang hijau yang baru matang.

Aku mau bakpao.

"Annyeong, Paman Gikwang!" sapa paman itu dengan ramah sambil membungkuk. Begitu juga dengan istri dan anaknya. Haraboji, aku, san oppa pun membalas sapaan mereka.

"Annyeong Jonghyun-ssi. Mari, silakan duduk," haraboji mempersilakan mereka duduk. "Wah kau benar-benar sudah besar ya?"

"Tentu saja. Bahkan umurku hampir kepala lima." Jawab yang bernama Jonghyun. Mungkin lebih baik kupanggil dia paman.

"Annyeong Onew! Wah, sudah besar ya. Terakhir aku melihatmu saat kau baru masuk SMA," kata paman itu sambil menepuk-nepuk pundak Onew oppa. Lalu pandangannya beralih padaku. "Ini yeojachingumu?"

Fated To Be With You (Halla & Jungkook) - [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang