Cameron mengetuk-ngetukkan jari tangannya pada roda kemudi SUVnya, sesekali melirik jam tangan tidak sabar menunggu hingga kelas Bethany selesai.
Ia belum memberitahu Bethany perihal kepulangannya pagi tadi. Ketika ia menginjakkan kaki di rumah, gadis itu sudah berangkat ke kampus diantar oleh supirnya.Sedikit selisih jalan menurut Cameron. Tapi tidak mengapa karena ia bisa menjemput gadis itu begitu kelas selesai. Maka disinilah dirinya menunggu Bethany.
Seharusnya gadis itu sudah keluar lima menit yang lalu, namun Cameron belum melihat sosok Bethany. Tidak mungkin gadis itu menumpang kendaraan lain karena supir sudah di jadwalkan untuk menjemputnya. Cameron hanya menggantikan supir itu.
Sepuluh menit kemudian, pada saat Cameron menguap untuk menahan rasa kantuknya, ia menangkap sosok Bethany yang berjalan keluar dari gedung.
Gadis itu sedang menertawakan sesuatu yang dikatakan oleh teman yang berjalan di sampingnya. Tawa gadis itu menular pada Cameron, membuatnya ikut menyengir memperhatikan Bethany.
Ia tidak menyangka bahwa dirinya akan sebahagia ini hanya dengan melihat Bethany setelah satu minggu lebih tidak melihat gadis itu.
Cameron menunggu hingga gadis itu melihat ke arahnya kemudian melambai dari dalam mobil. Jantungnya berdegup kuat ketika mata mereka bertemu, ia tidak sabar menunggu reaksi gadis itu ketika melihatnya.
Reaksi yang diterima oleh Cameron tidak sesuai dengan ekspetasinya. Ia berpikir gadis itu akan melompat girang kesenangan melihat dirinya pulang lebih awal dan berada di sini. Tapi ternyata, Bethany memberikan tatapan terluka yang dengan cepat di susul oleh kemarahan.
Ia sedikit bingung dan hanya bisa termangu di dalam mobil sedangkan gadis itu mulai melangkah menjauh, mengikuti temannya keluar dari area universitas.
Tergesa-gesa Cameron turun dari mobil dan menguncinya. Ia setengah berlari menyelinap di antara arus mahasiswa dan mahasiswi lainnya.
"Beth!" Panggil Cameron namun gadis itu tidak menoleh sama sekali.
"Beth!" Panggilnya sekali lagi, kali ini sambil mencekal lengan gadis itu begitu dirinya berada dalam jarak dekat.
Bethany menggeliatkan tangannya, berusaha lepas dari pegangan tangan Cameron.
"Lepaskan!" Desisnya tanpa mau menoleh sedikitipun kepada pria itu.
Cameron dengan paksa memutar tubuh Bethany untuk menghadapnya dan mencengkeram kedua sisi lengan gadis itu. Ia tidak peduli dengan tatapan penasaran yang di lemparkan orang-orang kepada mereka.
"Berhenti!" Bentak Cameron.
Gadis itu membuang wajahnya, menolak untuk melihat Cameron.
"Hentikan sikap kekanakanmu dan katakan ada apa." Ucap Cameron tegas.
Bethany melemparkan tatapan tajam pada pria itu dan Cameron tahu bahwa ia telah memilih kata-kata yang salah.
Dengan kedua tangannya, Bethany mendorong tubuh Cameron. Pria itu hampir tidak bergeming dan hanya melepaskan pegangan tangannya.
"Brengsek! Berhenti mengataiku kekanak-kanakkan! Kau tidak lebih baik dariku!" Teriak Bethany disertai dengan dorongan-dorongan kecil.
Cameron berusaha memegang pergelangan tangan gadis itu namun tidak berusaha untuk menghentikan dorongan Bethany.
"Bisa-bisanya kau melakukan itu di belakangku! Katakan! Apakah satu minggu sudah cukup bagimu untuk mengunjungi para wanita simpananmu?!" Tuntut Bethany.
Pria itu mengerutkan keningnya bingung dan tidak menjawab karena sepertinya Bethany memang tidak berniat untuk menunggu jawabannya.
"Kurasa tidak cukup, bukan?! Apa yang kau lakukan disini? Pergilah! Kau bisa pergi selama yang kau mau!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternally Loved [WBS #3 | SUDAH TERBIT]
Romance[COMPLETED] Part 1 - 7 : Public Part 8 - End : Private ETERNALLY LOVED Book #3 in The Whittaker Brother Trilogy The Whittaker Brother Trilogy: 1. Tenderly Touched 2. Gently Embraced 3. Eternally Loved ============================== THE LEGEND Kelua...