Hari itu Bethany langsung membeli tiket menuju Switzerland dimana ia tahu Theodore dan Charlotte berada.
Ia tidak tahu di rumah sakit mana kakeknya itu di rawat namun mengingat sifat Theodore, ia bertaruh mereka berada di rumah peristirahatan Chapman. Dan ke sanalah ia akan pergi.Ekspresi wajah Cameron ketika ia berkata bahwa ia tidak mencintai pria itu akan selalu terpatri di ingatannya. Cameron terluka karena ucapannya.
Bethany tahu ia akan menyesali tindakannya dalam meninggalkan Cameron karena sesungguhnya, hatinya masih mencintai pria itu. Tapi ia benar-benar membutuhkan ruang waktu tanpa pria itu di dekatnya untuk menjilati lukanya sendiri.
Bethany tidak tahu berapa lama waktu yang ia butuhkan ataukah apa ia akan sanggup mempertaruhkan hatinya lagi untuk yang kesekian kalinya. Tidak ada yang tahu.
Menginjakkan kakinya di Switzerland, Bethany pergi menuju rumah peristirahatan menggunakan taksi. Perjalanan itu tidak memakan waktu lama karena jaraknya yang memang tidak terlalu jauh.
Wajah Charlotte adalah hal pertama yang dilihatnya ketika ia turun dari taksi. Bibinya itu memandangnya khawatir dan langsung berlari ke arahnya.
Air mata yang ia kira sudah habis, kembali membasahi kedua pipinya dan sekali lagi ia membenamkan wajahnya di pelukkan Charlotte terisak.
"Oh, sayang, apa yang terjadi? Kenapa kau bisa sampai ke sini?" Tanya bibinya setelah mereka masuk ke dalam rumah.
Bethany menjauhkan wajahnya dan memandang Charlotte. "Aku sudah tahu semuanya, bibi."
Wajah Charlotte terlihat menyesal dan sedih. Wanita itu mengusap pipi Bethany yang masih basah karena air mata.
"Maafkan kami, sweetheart. Kakekmu tidak ingin membuatmu khawatir."
Bethany menganggukkan kepalanya. "Apakah Grandpapa baik-baik saja?"
"Ya, operasinya berhasil dan dokter sudah mengijinkannya untuk pulang minggu depan."
"Bolehkah aku menemuinya, bibi?"
"Tentu, sayang." Charlotte tersenyum dan menggandeng tangan Bethany.
Mereka berdua berjalan menuju kamar utama dimana Theodore sedang beristirahat. Diketuknya pintu kamar tersebut dan Charlotte masuk menduluinya.
"Beth!" Seru Theodore ketika ia melihat sosok Bethany.
Bethany langsung menghambur ke pelukan Theodore yang duduk disanggah bantal di punggungnya sementara pria tua itu menepuk-nepuk punggungnya sambil tersenyum.
"Aku senang melihatmu baik-baik saja, Grandpapa." Bisik Bethany.
Mereka melepaskan pelukan dan Theodore menepuk tangan cucunya.
"Kenapa kau membohongiku?" Tanya Bethany.
"Aku tidak mau kau khawatir, Beth. Maafkan aku."
Bethany tidak tahu apakah permintaan maaf mereka akan cukup untuk mengobati lukanya. Tapi Bethany mengangguk.
"Ada apa, Beth?" Tanya Theodore khawatir melihat ekspresi terluka cucunya.
"Kenapa kau membuatku bertunangan dengan Cameron?"
"Karena aku tahu kau mencintainya, Beth. Aku ingin kau bahagia." Jawab Theodore. "Ada apa? Apakah kalian bertengkar?"
Charlotte mendekat dan merangkul tubuh Bethany ketika gadis itu hanya menundukkan kepalanya.
"Tidak penting apakah aku bertengkar dengannya atau tidak. Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Grandpapa?"
Theodore mengernyitkan kening mendengar nada terluka yang tersirat dalam pertanyaan Bethany. Apakah ia telah salah menjodohkannya dengan Cameron?
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternally Loved [WBS #3 | SUDAH TERBIT]
Romance[COMPLETED] Part 1 - 7 : Public Part 8 - End : Private ETERNALLY LOVED Book #3 in The Whittaker Brother Trilogy The Whittaker Brother Trilogy: 1. Tenderly Touched 2. Gently Embraced 3. Eternally Loved ============================== THE LEGEND Kelua...