Eternally Loved - Ch. 14

47.1K 4K 92
                                    

Tangis Bethany terhenti setelah Cameron meninggalkannya sendirian. Ia kemudian berguling terlentang memandangang langit-langit kamarnya, memutar pertanyaan yang sama berulang-ulang di dalam benaknya.

Apakah itu artinya ia mencintaiku?

Perasaan Bethany bercampur aduk. Ada perasaan senang dan bahagia, tapi juga ada perasaan ragu dan sangsi di hatinya. Meskipun di satu sisi ia ingin bersorak sorai dan melompat senang, tapi benaknya di penuhi dengan pertanyaan-pertanyaan.

Apa yang membuat pria itu mencintainya? Ia tidak merasa ada yang berubah dengan hubungan mereka selama hampir dua bulan ini. Sebelum percintaan mereka, mereka bahkan tidak bisa berada di dalam satu ruangan tanpa menyindir satu sama lain.

Bethany tidak bisa menemukan alasan kenapa pria itu tiba-tiba saja mencintainya.

Yang berbeda antara sekarang dan dua bulan yang lalu adalah kenyataan bahwa mereka telah bercinta. Hanya itu perbedaan situasi yang bisa dipikirkan oleh Bethany.

Malam itu seolah-olah menjadi turning point hubungannya dengan Cameron. Sebelum malam itu, hubungan di antara mereka tegang dan di isi dengan permusuhan. Tapi setelah Cameron bercinta dengannya, tiba-tiba saja hubungan mereka menjadi jauh lebih baik. Pria itu bahkan ingin mempercepat pernikahan mereka.

Bethany tersenyum mengingat malam itu, meskipun ia tidak tahu apa yang membuat pria itu ingin segera melangsungkan pernikahan, tapi ia terlalu dipenuhi dengan kebahagiaan untuk mempertanyakan hal itu.

Senyum gadis itu menghilang dan tiba-tiba saja semuanya menjadi jelas di matanya, alasan mengapa pria itu ingin melangsungkan pernikahan mereka sesegera mungkin.

Airmatanya bergulir turun membasahi pelipis dan bantal yang ada di bawah kepalanya. Cameron hanya ingin bertanggung jawab karena telah bercinta dengannya. Karena pria itu telah menjadi laki-laki pertama yang menyetubuhinya.

Betapa bodohnya ia karena tidak menyadari hal ini sebelumnya. Seharusnya ia tahu kenapa Cameron langsung mencetuskan ide pernikahan setelah percintaan mereka malam itu.

Bodoh, bodoh, bodoh! Omelnya dalam hati.

Bethany membenamkan kepalanya ke bantal dan menangis. Ia sedih namun dirinya tak kuasa untuk menyerah akan Cameron. Tubuhnya seolah tertarik ke dua arah berlawanan, antara terus berjuang untuk mendapatkan hati pria itu atau menyerah sekarang.

Setelah beberapa saat dan isak tangisnya reda, Bethany memutuskan bahwa ia akan langsung bertanya pada pria itu. Ia ingin mendengar dari bibir Cameron sendiri mengenai perasaan pria itu.

Ia harus mendengar apakah pria itu hanya kasihan kepadanya dan merasa bertanggung jawab, ataukah seperti yang diucapkan Cameron tadi, bahwa pria itu mulai jatuh cinta kepadanya.

Jika pria itu memberikannya harapan, Bethany tidak akan menyerah.

Menghapus airmatanya, Bethany berjalan menuju kamar mandi. Ia memandang pantulan wajahnya di cermin dan meringis. Matanya sembab dan hidungnya merah karena terlalu banyak menangis.

Bethany kemudian mencuci wajahnya dan berharap air akan dapat membantu menyamarkan bekas tangisannya.

Setelah ia rasa wajahnya sudah cukup baik, ia berjalan keluar dari kamar dan langsung melangkah menuju kamar Cameron. Dengan pelan, ia mengetuk pintu tersebut.

Gadis itu menunggu beberapa saat namun tidak ada jawaban. Sekali lagi diketuknya pintu itu sedikit lebih keras dari sebelumnya, namun masih tidak mendapatkan jawaban.

Eternally Loved [WBS #3 | SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang