Part 9

1.9K 161 9
                                    

JaebumPov

Aku masih bisa mengingat kejadian saat pulang sekolah tadi, mungkin itu adalah kali pertama aku meminta maaf setelah diriku berubah menjadi seperti ini.

Entah dorongan dari mana ketika Ia tersenyum tulus memaafkanku aku ikut tersenyum tulus padanya, mungkin ini juga kali pertamanya aku tersenyum kembali.

Aku sedang berbaring di tempat tidurku menatap langit-langit kamar, tiba-tiba pintu kamarku terbuka, aku melihat adikku berjalan menghampiriku.

"Oppa.." panggilnya dengan nada seperti merengek.

"Ada apa Raena" ucapku lalu bangun dari posisi tidurku dan duduk dipinggir tempat tidurku menghadapnya.

"Aku tidak bisa tidul oppa" aku mengelus puncak kepalanya dengan sayang.

"Apa yang membuatmu tidak bisa tidur? Ini sudah larut malam Raena kau besok harus bangun pagi untuk sekolah"

"Entahlah, sepeltinya aku melindukan sosok ibu" seketika senyumku melemah mendengar kata ibu.

"Kalau begitu kau tidur bersama oppa saja oppa akan membacakanmu dongeng" aku mencoba mengalihkan pembicaraan dan ia tersenyum senang lalu mengangguk semangat.

Lalu Raena naik ke atas tempat tidurku dan berbaring, aku berbaring disebelahnya lalu memeluknya dari samping sehingga kepala Raena berada di lenganku sebagai alas kepalanya.

"Baiklah oppa mulai" pintanya padaku. Aku menarik selimut untuk menutupi tubuh Raena, hanya Raena saja aku tidak begitu suka memakai selimut.

"Pada suatu hari ada seorang putri cantik ..." aku terus membacakan dongeng untuknya, aku menoleh melihat Raena yang sudah tertidur dengan pulasnya aku berhenti bercerita lalu mencium puncak kepalanya dan mulai ikut tertidur.

***

JuniorPov

Hari ini aku di serbu pertanyaan dari ibu, pertanyaan tentang kenapa wajahku bisa seperti ini, siapa yang melakukan ini dan masih banyak lagi yang malas aku jawabnya.

Tidak mungkin jika aku jujur dengannya bisa-bisa ia akan melaporkan hal ini kepada pihak sekolah, ibuku memang berlebihan bahkan sangat berlebihan jika menyangkut tentang anak-anaknya, tapi dia tetap ibuku yang sangat ku sayangi terlebih lagi ia menjadi sosok ibu sekaligus ayah bagi aku dan Junghwa. Ayahku sudah meninggal saat aku berusia 7 tahun karena kanker yang menyerangnya.

Back to topic. Aku sedang berada dikamarku bersama Junghwa tentunya, aku menceritakan yang terjadi padaku kepada Junghwa dan dia terkejut mendengar ceritaku dari awal hingga akhir, lalu dia tertawa. Aneh sekali.

"Jung kenapa kau menertawaiku huh" dia selalu puas menertawaiku.

"Percaya diri sekali kau oppa, aku tertawa karena mendengar ceritamu itu" masih sempat-sempatnya dia tertawa ketika menjawab pertanyaanku.

"Terserah padamu, sekarang kembali kekamar mu aku ingin tidur" usirku padanya.

"Woooo oppa apakah kau baru saja ngambek padaku hm?" sialan dia menyeringai dan menaikan satu alisnya. Aku memutar bola mataku malas, dasar adik kurang ajar.

"Aku ingin tidur di sini" tambahnya membuat mataku terbelalak.

"Apa kau bilang?Jawabannya tidak"

"Kenapa? Aku malas beranjak dari tempat tidurmu oppa, lagi pula kau tak ingat kau pernah tidur dikamarku saat kau kehilangan kunci kamarmu itu selama tiga hari, lalu kau kembali ke kamarmu itu saat ibu menemukan kuncimu di dashboard mobil, lihat siapa yang bodoh membawa-bawa kunci kamar seperti itu dan kau--"

The Secret to HatredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang