Juliet menatap mereka dengan sinis. Dia menganalisis satu per satu wajah mereka. Tidak ada satupun yang dia kenal. Ya, gadis itu jelas sekali mengingat orang-orang yang menyerang sahabatnya. Sayangnya yang menghadang dia kali ini mungkin adalah orang suruhan. Juliet jadi terheran-heran. Akhirnya hari yang dinantikan, mulai berdatangan. Walau dia bingung kenapa harus sekarang? Kenapa tidak dari tiga tahun lalu saja atau setidaknya setahun setelah kejadian itu? Motif mereka masih belum bisa terbaca.
"Juliet Assandra. Akhirnya saya ketemu kamu juga. Give your applause, guys."
Pria yang mungkin berusia sekitar tiga puluh tahun itu tertawa di hadapan Juliet. Yang lainnya juga ikut menertawai gadis yang hanya memasang ekspresi datar saja. Sepertinya dia pemimpin mereka. Ataupun orang suruhan, seperti yang dipikirkan Juliet. Dugaan Juliet benar. Mereka memang bukan komplotan geng yang mau protes. Mereka hanya mengingatkan Juliet pada komplotan penjahat yang merenggut nyawa sahabatnya kala itu.
"Jayus! Mau kalian apa lagi?"
"Mau kita? Mau kita, kamu serahin barang itu!"
Seperti mengerti apa saja yang diminta mereka, Juliet malah tertawa sinis. Mereka semua hanya menatap heran pada Juliet.
"Gadis gila! Stop your stupid laugh!"
Lelaki itu mulai kesal melihat tawa ejekan Juliet. Dia mulai mengatur napasnya dan kembali lagi ke ekspresi awal. Sinis.
"Barang itu? Barang apa sebenarnya? Apa itu milik kalian?"
"KAMI SERIUS!"
Juliet menyeringai mendengar bentakan pria itu. Bukan Juliet Assandra jika harus menyerah begitu saja. Apalagi jika sesuatu memang patut dihadapi dan diselesaikan.
"Too much talking!" cibir Juliet. Dia lelah harus meladeni percakapan bodoh seperti itu.
"Dasar!"
Dengan gerakan yang cukup cepat, pria itu sudah menyergap Juliet dengan pisaunya dari belakang. Hanya butuh beberapa detik saja.
"Di mana letak barang itu berada?"
Pria itu berbisik tepat di telinganya. Juliet hanya tersenyum sinis. Wajahnya tampak sangat tenang. Tak ada ketakutan sama sekali dalam dirinya lagi. Seolah sebuah rasa tinggal lah rasa. Bisa menghilang begitu saja, menyebabkan seseorang bisa merasakan situasi yang namanya hampa. Kehilangan, menjadi alasannya. Kecewa, menjadi ketakutan tersendiri bagi seorang Juliet Assandra.
"Sekalipun gue mati malam ini, kalian gak akan pernah tahu di mana barang yang kalian incar. NEVER!"
Dengan cepat Juliet melepaskan tangan kasar pria itu dan memutar lengannya ke belakang. Hal itu menyebabkan pisau yang ada di tangannya jadi terjatuh. Mereka begitu kaget melihat Juliet yang kini mulai melakukan perlawanan secara fisik.
"Lo semua.."
Juliet menunjuk satu per satu dari mereka.
"Gak semudah itu lo maksa gue! Kalian gak akan pernah tahu di mana barang itu berada!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Juliet?
Подростковая литература[ Silahkan dibaca. Kali aja jadi jatuh dalam kisah Juliet yang bukan sekedar misterius. ] Juliet Assandra di tahun itu. Namanya perlahan seperti sebuah kutukan. 1988 seperti awal jebakan. Anggun dan dingin dalam waktu bersamaan. Sekolah menjulukiny...