"KRING!!"
"Gue udah bangun kali." Juliet kemudian mematikan weker miliknya yang baru saja berbunyi pada pukul 6.
Juliet sudah siap rapi. Namun bukan lagi dengan seragam putih abu-abunya. Dia memakai pakaian biasa, ciri khas anak kampus. Celana hitam yang melekat di kaki jenjangnya, kemeja polos berwarna merah marun yang dibiarkan tak tertutup karena ada tank top yang dipakainya. Tak lupa dia memakai red converse miliknya.
Jadi, sudah tiga bulan berlalu. Masa SMA yang berwarna itu sudah usai tanpa kesan yang begitu istimewa bagi Juliet. Seusai lulus dari dunia SMA, Juliet memutuskan untuk masuk di kampus yang sama dengan sebagian besar anggota inti TG. Dia juga benar-benar mengambil jurusan manajemen bisnis, sesuai dengan rencananya.
Baru saja Juliet akan keluar dari kamarnya, ponsel gadis itu berdering. Hal itu membuat dia harus menghentikan langkah dan menjawab panggilan dari seseorang yang sudah hampir setahun menjadi teman terbaiknya. Mungkin juga lebih dari itu.
"Ya?"
"Udah siap, kan?" tanya si penelepon, Rafael.
"Udah kok. Kenapa?"
"Kalo gitu gue jemput lo, yah?"
"Eh jangan hari ini," cegah Juliet.
"Loh kenapa?"
"Selesai kelas gue mau ke sirkuit. Ribet kalau gak bawa mobil sendiri," jelas Juliet.
"Oh, gue pikir kenapa. Ya udah, sampai ketemu di kampus."
"Iya."
Panggilan berakhir dengan senyum indah milik Juliet. Dari hari ke hari senyum gadis itu jadi lebih terpampang nyata di wajahnya. Penyebab hal tersebut mungkin hanya satu. Rafael Jordan. Hal itu sudah cukup jelas. Beberapa bulan setelah kejadian penembakan itu, keadaan sudah cukup aman lagi bagi Juliet. Dia berhenti sejenak untuk mengenang masa lalunya. Mencoba menjalani masa remaja dengan pantas.
"Pagi, Mbok," sapa Juliet dengan senyuman manis. Dia baru saja tiba di meja makan.
"Pagi, Non. Susunya vanila dan roti bakarnya keju. Tidak ada cokelat," jelas Mbok Laras, menghidangkan sarapan untuk Juliet.
"Hehe, makasih Mbok."
Juliet melahap roti bakarnya dengan puas. Namun dia menyadari ada yang kurang. Cliff, Kakaknya. Dia tidak ada di jadwal sarapan pagi mereka.
"Bentar yah, Mbok. Kakak pasti belum bangun nih. Mentang-mentang hari ini kelasnya siang."
"Mas Cliff udah pergi duluan pakai motornya, Non. Katanya sih mau jemput pacar dulu," ucap Mbok Laras, membuat Juliet tidak jadi minggat dari meja makan.
Juliet jadi memutar kedua bola matanya mendengar informasi dari Mbok Laras. Kakaknya itu akhirnya memilih untuk menetap di Jakarta. Alasannya hanya karena tidak ingin jauh-jauh dengan Juliet dan Vina. Tapi kalau dipikir-pikir, alasan utama Cliff adalah tidak ingin jauh-jauh dari pacarnya. Jadi Cliff berada dalam kampus yang sama dengan Juliet dan tentunya Regrisca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Juliet?
Teen Fiction[ Silahkan dibaca. Kali aja jadi jatuh dalam kisah Juliet yang bukan sekedar misterius. ] Juliet Assandra di tahun itu. Namanya perlahan seperti sebuah kutukan. 1988 seperti awal jebakan. Anggun dan dingin dalam waktu bersamaan. Sekolah menjulukiny...