"Cih, mau ngomong maaf aja pakai surat segala," cibir Juliet. Namun cibirannya tidak sesuai dengan suasana hatinya. Setelah membaca surat dari Rafael, senyum manis dari wajah Juliet tidak dapat disembunyikan lagi. Dengan cepat dia pergi ke kamar mandi, seakan lupa kalau dia sedang sakit.
Juliet bergegas mandi dan mengatur barang bawaannya. Sebenarnya tidak sebanyak yang dilihatnya sekarang. Tapi karena Shania diam-diam membawa barang bawaan Juliet ke pulau itu, Juliet jadi seperti ingin melakukan penerbangan ke luar negeri saja. Jadi dia agak kewalahan. Setelah mempersiapkan semuanya, Juliet memilih untuk ke bawah, bergabung dengan para TG yang masih menunggu kedatangannya. Juliet juga memakai gelang pemberian Rafael.
Sesampainya di sana, Juliet terpaksa memasang ekspresi datar karena masih ingin memperlihatkan kekesalannya pada Rafael. Juliet kemudian duduk di kursi yang disediakan. Lebih tepatnya duduk di samping Rafael.
"Akhirnya lo dateng juga," tutur Kiki, lega dengan kehadiran Juliet.
"Besok aja lo ke sini, dek. Pas kita udah balik duluan," gerutu Cliff.
"Setengah jam loh nungguin lo," keluh Tian.
"Makanannya udah pada dingin," tambah Ezra.
"Gara-gara si Rafa tuh," saut Julio, mendadak menyalahkan Rafael.
Jansen mengangguk, membenarkan ucapan Julio. "Pakai nama lo lagi. Kata Rafa jangan dimakan dulu sebelum Julietnya datang."
"Siapa, Sen?" tanya Shania, merespon ucapan Jansen.
"Si Rafa."
"Yang nanya!" ledek mereka semua, kecuali Juliet dan Rafael. Mereka tertawa usil karena berhasil menjahili Jansen lagi. Jansen jadi geleng-geleng kepala, menyadari betapa pentingnya keberadaan dia untuk membuat teman-teman dari klub kebanggaannya bisa tertawa. Dasar Jansen.
"Eh, jadi udah bisa dimakan atau gimana nih?" tanya Regrisca, melihat ke arah Rafael.
"Iya nih. Udah bisa dimakan atau belum? Mentang-mentang kamu yang masak, kita belum dibolehin makan sebelum bos kita dateng." Dimas jadi ikut mengeluh, membuat Rafael jadi terkekeh.
"Ya udah, kalian bisa makan sekarang. Juliet juga udah di samping gue kok sekarang." Rafael melirik Juliet yang masih memasang ekspresi datar. Yang lainnya langsung sibuk dengan makanan mereka. Dan Juliet, dia hanya melirik sup makaroni yang sudah ada di depan matanya.
"Mau gue suapin?" tanya Rafael tiba-tiba. Juliet menatap Rafael dengan ekspresi datar. Terkesan bahwa Juliet bertingkah jutek. Dia kemudian langsung memakan sarapannya itu dengan cepat. Rafael hanya tersenyum simpul melihat tingkah Juliet yang terkesan lucu.
"Uhuk, uhuk, uhuk!" Mendadak Juliet batuk. Tampaknya tersedak karena gadis itu hanya asal mengunyah makanannya. Seisi ruang makan jadi hening. Dengan sigap Rafael mengambil air putih dan memberikannya pada Juliet. Tak lupa dia mengusap-usap punggung Juliet untuk meredakan batuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Juliet?
Roman pour Adolescents[ Silahkan dibaca. Kali aja jadi jatuh dalam kisah Juliet yang bukan sekedar misterius. ] Juliet Assandra di tahun itu. Namanya perlahan seperti sebuah kutukan. 1988 seperti awal jebakan. Anggun dan dingin dalam waktu bersamaan. Sekolah menjulukiny...