9

6.1K 529 15
                                    

"Aduh!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aduh!"

Rafael langsung saja ditampar Juliet. Hal itu membuat Rafael dengan cepat kembali ke posisi semula. Dia terus mengusap pipinya karena perih.

"Kali ini lo yang duluan. Terus kenapa lo nampar gue?" tanya Rafael, tidak terima dengan tamparan Juliet.

"Terserah," jawab Juliet, langsung keluar dari mobil.

"Terserah, terserah. Pipi gue sakit nih!" kelug Rafael sembari menyusul Juliet.

"Kita belum sampai, yah?" tanya Juliet, menyadari bahwa pantai yang dimaksud ternyata belum terlihat. Meskipun begitu, dilihatnya cukup banyak orang yang berjalan kaki melewati sebuah jalanan dan jembatan kecil di dekat situ.

"Kenapa gak ke tempat wisata lain aja sih?" protes Juliet.

"Yang lain jauh," jawab Rafael seadanya sembari mengambil ransel miliknya.

"Ini juga jauh. Ini tempat bahaya. Mending kita pulang aja," kata Juliet dan langsung masuk kembali ke dalam mobil.

Rafael tidak mengerti apa yang dipikirkan Juliet, namun dia tahu betul bagaimana bagusnya pantai itu. Jelas saja karena pantai tersebut milik keluarga mereka dan dijadikan wisata umum sejak kepindahan keluarga Rafael di London. Jadi untuk persoalan bahaya, tak ada yang harus dicemaskan.

"Lo kenapa sih sukanya protes terus? Sekali-kali lo bersyukur. Gue gak ngerti apa kesusahan lo, tapi bukan lo doang yang paling menderita di dunia ini," tukas Rafael saat dia ikut masuk ke dalam mobil.

Juliet cukup tertegun mendengar ucapan Rafael. Seolah dirinya memang sangat lemah dan kurang bersyukur. Tatapan sinis dari Juliet membuat Rafael sadar bahwa ucapannya sudah cukup kasar.

"Woy, tungguin gue!" panggil Rafael saat Juliet akhirnya keluar dari mobil dan berjalan mengikuti beberapa pengunjung di tempat itu.

"Lo gak marah sama gue, kan?" tanya Rafael lagi, sembari menyusul Juliet.

"Oh iya, gue lupa. Tiap hari kan lo emang marah sama gue. Kan lo cewek belagu, jadi bikin kesel. Makany-" Rafael menghentikan ucapannya karena Juliet tiba-tiba menghentikan langkah kakinya.

"Lo kalau mau sekelompok sama gue, harus ikutin syarat gue!" Juliet memberi tatapan tajam pada Rafael.

"Syarat? Apaan?" Rafael menjadi cukup penasaran.

"Pertama, gak banyak nanya!"

"Kedua, gak cerewet!"

"Ketiga, ini pertama dan terakhir kalinya gue mau sekelompok sama lo!"

"Dan terakhir, jangan pernah manggil gue cewek galak, gila, belagu, dingin, atau apalah yang buat gue emosi! Ngerti, gak?" ujar Juliet panjang lebar.

Rafael jadi heran melihat seseorang yang benar-benar tidak mau diganggu. Entah bagaimana syarat-syarat yang baru saja diucapkan Juliet terdengar begitu putus asa. Dia kesal sendiri karena tidak bisa langsung menanyakan kondisi apa yang sebenarnya membuat Juliet seperti itu. Mengingat pembawaan gadis yang masih menatapnya dengan galak ini sangat tidak bisa dirayu dengan seribu tindakan apalagi kata manis.

Bad Juliet?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang