Juliet tengah menyembunyikan wajahnya di lutut. Dia tengah duduk di depan perapian. Mereka sedang berada di penginapan yang tersedia di sebuah pulau yang mereka kunjungi itu. Waktu makan malam sudah selesai. Suasana masih rusuh karena mereka semua tengah asik mengobrol. Hanya Juliet saja yang terdiam dan duduk agak menjauh dari keramaian.
Rafael menyadari hal itu. Merasa tak ingin berlama-lama menjadi pengecut, laki-laki itu kini ikut duduk di samping Juliet. Juliet tak ingin menyadari kehadiran Rafael. Meski gadis itu sudah merasakan ada seseorang yang kini berada di sampingya.
"Hei," panggil Rafael, memulai percakapan dengan canggung.
"Juliet?" panggil Rafael lagi. Masih tidak ada jawabannya. Karena merasa panggilannya diabaikan Juliet, dia langsung menarik tangan Juliet secara tiba-tiba. Langsung saja terlihat wajah Juliet yang sudah sangat kacau, lengkap dengan mata sembapnya dan kulitnya yang memerah, lain dari biasanya.
"Muka lo kenapa?" tanya Rafael yang jadi khawatir dengan keadaan Juliet. Sedangkan Juliet masih saja mendiami Rafael. Hal itu membuat Rafael tak bisa menahan lagi kekhatirannya. Dia langsung menaruh telapak tangannya di dahi Juliet sehingga suhu tubuh Juliet yang ternyata sudah tinggi itu dapat diketahuinya.
"Jangan bentak gue lagi. Gue lagi males ngomong sama lo!" Juliet menepis tangan Rafael dari wajahnya. Dia menatap Rafael tanpa ekspresi apapun.
"Tapi sekarang lo ngomong sama gue," tutur Rafael, bermaksud untuk membuat Juliet tertawa.
"Semerdeka lo aja!" Juliet kemudian bangkit dari posisi duduknya. Begitu juga dengan Rafael. Dia ingin mencegah Juliet pergi dari hadapannya.
Bego emang lo! Hari ulang tahunnya dan lo malah ngebentak dia? Kesambet apaan sih lo, Rafael?
Rafael jadi terus membentak dirinya sendiri di dalam hati. Melihat Rafael sempat terdiam, Juliet mengambil kesempatan untuk beranjak pergi dari hadapan Rafael. Dia bermaksud untuk bergegas ke kamar yang disediakan untuknya karena sudah tak tahan dengan kesehatan tubuhnya yang menurun.
"Buat lo hangat." Tapi sayangnya langkah Juliet jadi terhenti karena Rafael malah membalutkan jaket miliknya di tubuh Juliet.
"Gue punya selimut di atas. Jadi gak perlu repot-repot ngasih gue jaket punya lo!" tukas Juliet dengan jutek. Di saat seperti ini Rafael jadi teringat dengan sosok Juliet di awal pertemuan mereka. Juliet yang jutek dan berekspresi datar.
"Siapa tahu lo butuh selama perjalanan singkat ke kamar, kan? Lo masih kesel sama gue, jadi gak mungkin lo biarin gue nganter lo ke atas," tutur Rafael, membuat Juliet memutar kedua bola matanya.
"Ish, lo ba-"
"Hei couple panutan TG!! Mau ikut kita main uno, gak?" tanya Shania yang tiba-tiba memotong percakapan dari kedua orang itu.
"Enggak!" jawab mereka dengan kompak.
Shania jadi kaget sendiri melihat respon mereka. Juliet langsung menggunakan kesempatan itu untuk naik menuju kamarnya. Sedangkan Rafael pasrah untuk tidak mengejar Juliet kali ini. Setidaknya dia harus membiarkan emosi Juliet reda dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Juliet?
Teen Fiction[ Silahkan dibaca. Kali aja jadi jatuh dalam kisah Juliet yang bukan sekedar misterius. ] Juliet Assandra di tahun itu. Namanya perlahan seperti sebuah kutukan. 1988 seperti awal jebakan. Anggun dan dingin dalam waktu bersamaan. Sekolah menjulukiny...