11

151 6 0
                                    

"Auraaa.. huaaaaa.. hiks..hiks.."
Aku hanya diem karna sedari tadi hue nahan kesel karna si felly ini udah gue tenangin masih aja nangis mewek.

Dan kesel gak lo kalo lo udah serius ni nanya kenapa sahabat lo begini ehhh lo tau ape jawab nie curut. Sebuah suara tarikan napas antara udara dan kelenjar yang saat pilek yang iuhh itu. Wekkss.

"Felly gimana gue nenangin lo kalo gue gak tau permasalahan lo ama doi. Tapi terserah lo sih. Kalo gak mau gak usah paksain."ucapku sambil mengelus punggungnya.

Setelah ku lihat felly mengusap air matanya dengan punggung tangannya. Mengalirlah cerita kehidupan percintaan dari mulut sahabatku.

"Apa aku nyerah aja yah."tanyanya

"Yah mau gimana lagi. Kalo dia udah milik orang lain, kita gak boleh merasa marah dan mengganggu hubungan mereka. Karnakan mencintai gak harus memiliki fel. Mungkin dengan lika-liku cerita cintamu saat ini, entah kedepannya tulang rusuk lo masih direncanakan tuhan dengan ending yah lebih bahagia."ucapku bijak.

"Hiks..mudah-mudahan aja ya ra. Makasih dah nenangin aku. Thanks ra."ucapnya sambil memelukku.

"Ih felly kok jadi mellow deh suasananya ahhh gak seruu."ucapku.

"Hehhe dasarr auraaaa."ucapnya sambil mencubit lenganku. Dan sukses ku pelototi dia.

"Ini gara-gara lo nih fell. Gue gak bisa tidur lagi pagi ini. Padahal besok gue ada sidang. Aaahh jam berapa ini."

"Emm jam 4.00 pagi ra."

"Oh.... apaaaa!!!!. Lo harus tanggung jawab nih raaa. Aaa jelllyyyy untung gue udah baca kasusnya kan. Dasar jellly straw."ucapku jesal dan dibalas dengan kekehannya.

Yap pagi ini gue langsung menancapkan gas ke arah apart gue yang tak jauh dari apart felly.

Dengan cepat aku masuk dan kusambar baju jubah ku dan berkas untuk sidang.

Sesampai di tempat persidangan dapat dilihat banyak mobil yang terparkir.

Ya karna yang terpidana adalah salah satu anak pejabat. Dan dengan jabatan mereka, hukum tak dapat berpihak pada siapapunkan. Dan melihat apa status sosial juga kekayaan mereka. Right?

Setelah sidang dari satu jam yang lalu telah dimulai dengan sangat alot.
Sidang pun ditutup dengan penyidikan yang berlanjut dalan beberapa hari kedepan.

Dengan berjalan lesu aku menuju ruanganku. Ku buka pintu ruanganku.

AAAAAAAAAAA

"Heh ngapain lo di sini curut."ucapku pada Dimas.

"Hehehe eike mau ngajak you makan siang nih. You gak marah kan? Kan kan?."ucapnya dengan nada menjijikkan.

"Gak. Males."ucapku ketus.
Mungkin aku meraaa lelah dan membuatku jadi badmood. Aku merasa kehilangan. Setelah kejadian dua hari lalu dengan bule sarap tentang ucapanku yang kelewatan kasar baginya, dia seperti menghindariku.

Ya, saat aku bersama felly semalam di cafe. Ku kihat dia sedang berusaha tak menatapku. Dan saat ku sapa, dia mengacuhkan ku dan memasang wajah datar. Itu membuatku seperti kehilangan dengan tingkah konyolnya.

"Yahh. Eike bayarin deh."

"No no no."ucapku sanbil membereskan berkas.

"Astagaa dimasssss."teriakku saat dia menggerekku ke mobilnya.

"Kalo you nurut, eike gak akan gerek you. Dah eike mau ngajak you belanje."ucapnya sambil menancapkan gas.

Setelah 30 menitan perjalanan akhirnya berhenti di sebuah mall.

Kami pun langsung memasukki beberapa toko.

Setelah berbelanja ria, aku seperti melihat dia. Bule sarap.
Pandangan kami pun terkunci. Ku lihat dia memutuskan pandangannya padaku dan melewatiku dan dimas. Dan berjalan bersama clientnya mungkin.

"Ada apa sih ra."tanya dimas sambil melihat ke arah pandanganku kea punggung laki-laki yang berjas.

"Gak kok. Abis ini kemana?."tanyaku.

"Ke lantai atas deh. Aku mau belanja keperluanku."ucapnya sambil mengajakku ke arah lift.

Ku lihat bule sarap itu sama sepertiku menunggu lift.

Ting

Kami pun masuk ke lift yang sama. Dia pun masuk ke arah paling belakang lift. Aku berdiri di samping dimas tapi tiba-tiba empat orang lagi masuk dan membuat lift terasa penuh.
Dan membuatku terdorong ke belakang.

Ku rasakan ada yang menahanku dan memelukku dari samping. Dan dia nule sarap memelukku.
Rasa hangat mendera tubuhku.

"Kau hangat. Apa kau demam."bisiknya di telingaku
Dan ku jawab gelengan.

Masih ku rasakan dia memeluk pinggangku erat.

Ting

Lift pun berhenti. Dimas pun melihat kearahku dan mengangguk tandaku harus keluar.

Aku pun melirik ke arahnya yang menatap lurus ke depan. Ku beranikan mencium pipinya dan berkata.

'Maaf' aku pun langsung keluar lift.

Segera kususul dimas. Dan ku katakan padanya bahwa aku ingin pulang setelah hari yang melelahkan ini.
Dia pun hanya mengangguk.

"Aku bisa pulang sendiri dan enjoy yah."ucapku

Aku segera keluar mall dan mencari taksi untuk mengantarkanku pulang.
Tapi tiba-tiba ada yang menarikku.
Kurasakan ada yang menggenggam tanganku. Aku hanya tersenyum dia bryan menggenggam erat tanganku.

"Kau bersama ku."ucapnya lembut.

Aku hanya diam tak berkutik.

Dia membawaku ke mobilnya dan menancapkan gas ke arah yang entah kemana.

Sesampai di sebuah taman dekat apartku, kami pun menikmati hari yang mulai sore dengan berjalan di sekitar taman.
Tangan yang menggenggam tanganku tak dilepaskannya. Seakan-akan aku akan pergi jauh.

"Maaf"lirihku padanya
Ya aku harus minta maaf.

Aku mendengar ia membuang napasnya kasar dan menatap tanganku dan kembali menatap ke depan.

"Apa kita akan terus berjauhan begini."ucapku

"Huh. Kenapa kau bertanya. Bukannya selama ini kau yang menghindar dariku."kesalnya

"Aku gak tau apa yang kurasakan. Tapi aku aku gak mau kita kaya orang asing. Maaf perkataan kasarku kemarin. Kalo emang lo gak mau maafin terserah. Pokoknya aku dah minta maaf."ucapku sambil pergi dari hadapannya.

'Setidaknya aku merasa lega sudah meminta maaf padanya langsung. Dan tak membuat aku tidak fokus untuk beberapa hari ini.'pikir Aura.

*****

Kurang feelnya yah.
Maaf dehh.
Aku kan author yang gak punya pengalaman kayak gini. Maklum authornya masih anak-anak. Hehehe.

Piss

A.S

Pengantinku, Seorang HakimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang