Bryan POV
Setelah kami keluar dari restaurant, aku pun memilih untuk mengantarnya pulang.
Tapi dalam hati aku masih terpikir oleh penelpon itu.
"Siapa."ucapku dengan kesal tertahan.
"Apanya siapa?"tanyanya balik sambil memainkan ponselnya sambil tersenyum sendiri dan itu membuatku tambah kesal.
"Yang nelpon tadi."ucapku
"Yang mana."
Ciiiiittt
"Yang waktu di resto."ketusku
"Emang kenapa."tanyanya lagi
"Arrggghh yang waktu di restaurant tadi. Siapa yang nelpon loe."ucapku menggeram kesal
"Ohhh. Emang kenapa. Kepo."
"Jawab aja siapa."kesalku dengan setengah berteriak
"Emang apa urusannya sama loe. Emang loe itu siapa gue."ucapnya
"Emang gak ada urusannya sama gue tapi nantinya jadi urusan gue. Karna lo akan jadi pacar gue. Ngerti."ucapku
"Helooo tuan yang terhormat yang mungkin udah berumur. lo itu tau diri kek. Nanti jadi urusan loe. Lo itu bukan teman gue bukan saudara gue apalagi pacar. Maaf hapus kata pacar tadi karna apa? Lo tau gak?. Hah. Oom. Lo itu hanya om om tua yang gak tau umur ngerti. Gue gak akan mau pacaran ama elo walaupun lo kaya, tampan dan memiliki segala nya yang bisa lo mau. Tapi satu gue gak mau ama om om kaya elo. Dan dari tampang lo mungkin lo umurnya 30an dan gue 20. Jauh oomm kayak bumi ama langit ngerti."ucapnya kesal sambil keluar dari mobil saat sesampai di rumahnya. Kata-katanya menjadi tamparan telak bagiku.
Arrrgghhhh.
'Salahkah lelaki tua ini menyukainya Apakah kemapanan ku mengalah kan umurku. '
Akupun melajukan mobilku dengan kecepatan yang menggila sambil terngiang kembali ucapan Aura yang seperti lagu yang diputar di otakku.
'I want to club now.'pikirku.
Author POV
Dentuman lagu yang keras mengiringi langkahnya yang besar untuk masuk ke sebuah club malam yang terbilang besar di kota itu.
Sesampai diruangan VIP yang dia pesan sebelumnya, ia pun memesan vodka ke pelayang wanita yang memakai pakaian yang serba kekurangan.
Wanita itu pun meletakkan minuman yang laki-laki itu pesan dengan ratapan menggoda pada lelaki itu. Tapi sepertinya wanita harus menelan ludah nya sendiri karna lelaki itu tak menanggapinya sama sekali.
"Aaarrrgghh."teriaknya membuat club itu hening sejenak dan kembali lagi seperti biasa.
Beep beep
"Halo."
"Kaka lo dimana."
"Gue biasa hehe hik. Lo ke sini aja bro hik hehe."ucapku dengan setengah sadar
"Dimana?."
"Di club biasa."ucapku santai sambil meminum kembali vodka yang ada di tanganku langsung dari botolnya.
Disisi lain, seorang gadis tengah menatap ke luar jendela sambil memikirkan apa ucapannya tadi terlalu kasar.
"Ahh dia pantas kok gituin. Om om tua kayak dia harusnya ama tante gue. Masa ama umur 20 kayak gue. 30an ama 20 helooo kayak bumi sama langit. Jauhh."ucapku kesal.
Seorang laki-laki masuk sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling club itu. Dan pandangannya berhenti di seorang laki-laki yang tengah teler. Ya iyalah teler, dia aja ampe minum 3 botol vodka yang kadar alkoholnya tinggi. Gile abisss.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantinku, Seorang Hakim
Roman d'amourLangsung add ke perpus kamu dan baca aja. Gak usah liat berapa banyak yang baca sama yang ngasih bintang. #Jangan jadi silent readers yaaa!!.