Aura POV
Saat ini aku sedang bergelung di dalam selimutku. Yah kejadian tiga hari yang lalu membuatku menjadi tak bersemangat untuk beraktivitas.
Segera ku mandi dan setelahnya aku mencoba untuk membuat sarapan. Ku buka kulkas dan sepertinya aku harus berbelanja.
Sesampai di pusat perbelanjaan. Segera ku dorong trolley ke arah barang barang yang kubuthkan untuk mengisi Kulkasku.
"Aura."ucap seseorang. Segera ku toleh kepalaku dan kudapati seorang laki-laki yang tak asing memanggilku.
"Ya. Anda siapa."ucapku.
"Kau tak ingat. Preman, rampok, Ibuku."ucapnya memberi clue
"Aah aku ingat kau Jaron kan."ucapku
"Hahaha bukan Jason. Masa kau tak ingat sih."ucapnya ramah.
"Maaf. Aku pelupa. Kau kesini sendiri."ucapku ramah.
"Ya. Kau berbelanja keperluan dapur?"tanyanya
"Hmm. Keperluan di kulkas ku habis."ucapku
"Hmm. Kau belum sarapan kan."tebaknya
"Kok tahu sih."ucapku. Apa dia seorang yang bisa membaca pikiran orang lain.
"Jangan berpikiran aneh. Aku tahu, karna perutmu dari tadi berkampanye. Lapar lapar lapar."ucapnya sambil tersenyum jahil ďan itu membuatnya semakin tampan.
"Maaf. Jadi malu."ucapku. Mungkin saat ini mukaku seperti tomat busuk heheh.
"Aku ingin mengajak mu sarapan di rumah. Kau tahu Mamaku menanyakanmu. Dan kenapa panggilanku tak diangkat."ucapnya
"Hmm. Aku sangat sibuk akhir ini."dustaku
"Baiklah. Mungkin ini membayar semua ocehan Mamaku menanyakan tentangmu. Ayo."ucapnya
Setelah membeli keperluan kami masing-masing. Aku pun beserta Jason menuju ke rumahnya.
Sesampai di sebuah rumah yang cukup besar mungkin.
"Jason kau sudah...Auraa."ucap seorang wanita yang menyapa kami dengan celemeknya.
"Ma,lihat aku mengajaknya. Jadi aku tak dimarahi lagi kan."ucap Jason seperti anak lima tahun yang merajuk.
"Hahha kau ini mau mempermalukan mamamu sendiri hah. Didepan nona cantik ini."ucap Mama Jason.
"Ya sudah ini belanjaanya. Dan aku mau ke atas. Ngantuk, Bye."ucap Jason sambil menuju ke arah tangga.
"Anak itu..Baiklah Aura. Bagaimana kalau aku berterima kasih karna kau telah datang kesini dengan memasakkanmu makanan lezat?" Tanya ibu itu dengan mata berbinar
"Baik lah bu."ucapku sesopan mungkin
"Jangan panggil Ibu. Tante Helen dong sayang."ucapnya
"Baiklah tan. Tapi aku juga ingin membantu."ucapku dan diangguki.
Kami pun menuju ke dapur untuk melakukan eksperimen.
Setelah satu jam bergelung dengan alat masak di dapur. Akhirnya jadi masakan rumahan kami.
Kami memasak.
- gulai ayam
-lalapan
-tempe orekTak disangka ternyata tante Helen orang Indo dan juga suaminya orang Inggris-Jerman. Tak heran kalau Jason sangat sempurna seperti dewa yunani. Tapi selera nya sangat rumahan banget. Alasannya sih kata Tante Helen," suami tante kan gak pernah makan kayak gini. Pas sekali makan. Delicious".
Hahhaa. Tante helen ini seperti anak remaja saja tingkahnya.
"Mm,Tan. Maaf kalau lancang. Suami tante kemana."ucapku
"Oo. Dia itu kerja mulu. Jadi hiraukan saja."ucap tante itu.
Tapi, tiba-tiba suara yang berat mengejutkan kami.
"Hon, masa marah sih kalo aku kerja."ucap seorang laki-laki paruh baya dengan setelan kantoran menuju ke arah kami.
"Huh. Emang kamu kan gitu. Makanya hari itu aku hampir aja di rampok. Kalo gak ada si cantik ini, pasti aku diapa-apain."ucap tante helen merajuk ke suaminya
"Tapi kan si cantik ini nyelamatin kamu hon. Dan kamu gak diapa-apain sama perampok itu. Hon, jangan marah dong. Kalo aku gak kerja, gimana kita menuhi kebutuhan kita. Honey."ucap laki-laki paruh baya itu.
"Mm. Dah deh kamu sana aja. Hush hush."ucap tante helen sambil pergi kembali ke dapur.
"Permisi om."ucapku saat hendak mengikuti tante helen dan dianggukinya.
"Tante kenapa marahan sama om."ucapku
"Habis, masa'an tante diduakan sama kerjaan."ucap tante itu. Aku pun tak tahan dengan sikap kedua orang tua yang sudah mulai senja tapi tingkah mereka layaknya anak remaja sedang puber.
*Heh author, situ aja masih SMA. Enak aja kau ngejek ane.(Tante Helen.)
Upsii. Sepertinya ada yang mengamuk. Ampunnn.
Hiraukan percakapan aneh tadi. Next.
"Sayang, tante boleh minta tolong gak."ucap tante helen
"Emang ada yang perlu aura bantu tan"ucapku
"Hmm. Kamu panggilin si Jason deh. Tante mau panggil Om. Boleh?"tanya tante itu padaku dan langsung kuangguki.
Aku pun menuu ke arah lantai dua tempat kamar Jason berada.
Tok tok tok
Tak ada jawaban. Ku coba untuk memgetuknya. Dan sampai yang ketiga kalinya tak ada jawaban dari dalam. Akhirnya aku lun memutuskan untuk masuk ke dalam.
"Jason."ucapku sambil membuka pintu kamar Jason perlahan.
"Patut dia gak denger. Dia aja tidur sambil pakai earphone."ucapku dalam hati.
Aku pun memutuskan berjalan dengan pelan ke samping tempat tidur. Dan ku cabut earphone yang mengeluarkan suara dentuman keras. Ku letakkan earphonenya ke meja yang di samping tempat tidur.
Ku coba bangunkan dia dengan goyangan di bahunya dengan pelan.
Ku coba lagi dengan sedikit keras.
Aku terkejut saat kurasakan badan ku dijatuhkan ke arah tempat tidur.Yang membuatku semakin terkejut saat dia memelukku sambil tidur. Bagaikan aku adalah guling untuknya.
"Jason."panggilku
"Heiiii."ucapku keras.
"Ku mohon jangan bergerak. Sebentar saja."ucapnya lirih.
Tiba-tiba pintu terbuka dan...
"Astaga Jason."teriak seseorang dengan suara yang agak berat berhasil membangunkan Jason yang sulit dibanguni.*******
Hayyyoo siapa yah yang teriak manggil jason. Atau jangan-jangan....
Lets read.Nextt
A.S
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantinku, Seorang Hakim
Любовные романыLangsung add ke perpus kamu dan baca aja. Gak usah liat berapa banyak yang baca sama yang ngasih bintang. #Jangan jadi silent readers yaaa!!.