9

159 5 0
                                    


Bry POV

Nih cewek bawel tapi aku suka.
Yahh walau dia ngeyel dibilangin.
Entah kenapa rasanya aku harus mendapatkannya.

Disisi satu aku masih ingin merasa bebas tapi disisi lain aku harus memilikinya entah dalam konteks apa aku tak tau.

Dia perempuan yang paling lain dari yang lain deh.

"Loe gak usah naik motor itu lagi. Ngerti."ucapku geram

"Mohon maaf ya tuan yang terhormat, itu motor gue kenapa lo yang heboh ya tuan."ucapnya kesal.

"Karna itu gak baik buat lo. Nanti kalau kenapa-kenapa kan jadi rugi."ucapku tegas padanya

"Excuse me, lo itu siapa gue sih. Kan yang kenapa kenapa gue, yang sakit gue. Lo siapa hah. Atau janfan jangan lo doain gue biar kenapa-kenapakan. Turunin gue, Psiko."ucapnya geram. Astaga nih cewek. Gue takut nanti kalau dia pulang malem. Kalau ada begal kan nanri dia kenapa-napa kan gue khawatir.

"Pokoknya tidak boleh titik. Dan diam gue mau ngajak loe ke suatu tempat. Jadi dari pada nanti gue cium loe. Lebih baik duduk manis dan diam."ucapku diktator.

Akhirnya dia diam juga. Kan begini dia tambah manis. Huh.

"Trus motor gue gimana. Nanti kalau ada yang..."ucapnya lagi membuat ku tak konsentrasi dengan mulutnya yang tak berhenti mengoceh.

Ciiiiittt

"Diaam. Bisa kan atau lo mau gue..."ucapku terpotong saat dia mendekatkan wajahku ke wajahnya yang manis itu. Astaga apalagi bibir pink yang menggoda imanku.

Tak.

Dia pun  langsung refleks mukul kepalaku.

"Awww. Lo itu yaaa. Ssshhh sakit juga pukulan lo yak."ucapku sambil mengusap dahiku yang dipukulnya tadi.
Astaga kecil-kecil tenaganya gede juga yah.

Akupun kembali melajukan mobilku.

"Wleee. Makanya jangan beraninya ngelawan cewek tuan yang terhormat."ucapnya cuek.

"Turun."ucapku. Dia pun melihat ke arah luar jendela. Ohhh dah sampe toh.

"Maless."ucapnya

"Turun atau.."ucapku sambil turun keluar untuk menggendong gadisku.

"AAAAAAAA...."Teriaknya. Saat aku menggendongnya bagai karung beras yang ku sayang.

"Psiko turunin gueeee gak. Cowok sarappp."teriaknya sambil memukul punggungku. Akupun mendiaminya.

Setelah mendudukkan gadisku akhirnya aku pun pergi kearah dapur untuk menemui kepala bagian dapur.

Aku ingin memberi sesuatu yang bisa dibilang romantis sih.

Setelah berdiskusi akhirnya aku mendatangi gadisku.

"Bagaimana kerenkan?"tanyaku angkuh.

"Keren pala lu peyang. Loe udah narik-narik lalu gendong-gendong gue. Mikir dong pake otakkan."ucapnya kesal.

"Sama-sama hon."ucapku kesal karna dia bukannya menjawab pertanyaanku tadi.

Setelah pesanan datang, kami pun menikmati hidangan yang ada dihadapan kami. Setelah itu pelayan datang membawa pesanan yang ku pesan tiba.

Ku lihat dia mengaduk sebuah garpu ke dalam gelasnya.
Hahhah sepertinya dia mulai tahu.

Dan kulihat dia melebarkan matanya.

Pengantinku, Seorang HakimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang