1

911 79 17
                                    

Yifan meringis saat Guixian menampar wajahnya keras - keras. Dia mengalihkan pandangannya dari Guixian.

"Jaga bicaramu Yifan!" teriak Guixian.

Kali ini pandangan Yifan kembali tertuju pada Guixian. "Bukankah aku bicara jujur ge?"

Guixian tidak menjawab, masih terlalu marah karena Yifan berani membentaknya. Dengan langkah menghentak Yifan melangkah menjauhi Guixian.

"Kau mau kemana huh?!" teriak Guixian.

Yifan menoleh dan menatap Guixian tajam, "Rumah Sakit, kau menyuruhku donor darah kan?" tanyanya sarkastis kemudian membanting pintu rumah.

Lagi dan lagi sesuatu yang seringkali menyakiti tubuh dan batinnya kembali terulang. Kali ini dia harus mendonorkan darahnya pada Luhan, saudara kembarnya. Tentu saja ini bukan yang pertama kalinya, terhitung sejak 3 tahun lalu saat Luhan dan Yifan berumur 18 tahun dia sudah berkali-kali mendonorkan darah, bahkan dia sudah mendonorkan ginjal dan juga menjadi pendonor untuk cangkok hati Luhan. Itu karena kesehatan Luhan tiba-tiba menjadi sangat buruk sejak dia sakit sampai nyaris meninggal 3 tahun lalu. Awalnya hanya sakit radang tenggorokan, kemudian Luhan demam tinggi bahkan sampai mengalami pendarahan. Dokter bilang, dia terkena demam berdarah dan karena penyakit itu hatinya terinfeksi sampai harus menjalani cangkok hati. Keadaan Luhan berangsur membaik, meskipun dia tidak sesehat dulu. Bahkan tahun lalu Luhan sempat mendapatkan donor ginjal dari Yifan.

*

Yifan sampai di Rumah Sakit tempat Luhan dirawat setelah memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Beruntung letak Rumah Sakit itu tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga Yifan dapat mencapai tempat ini dalam waktu kurang dari sepuluh menit. Dengan setengah berlari Yifan menuju ke ruang UGD yang sudah dia hafal letaknya. Dia dapat melihat Lihua berdiri dengan Wang Leehom -- salah seorang dokter yang sering menangani Luhan -- di depan ruangan itu.

"Bagaimana? Guixian ge bilang, Luhan butuh donor darah," kata Yifan saat dia sampai di depan mereka.

Leehom mengangguk, "Maaf, stok kami habis. Kau tahu golongan darahnya cukup langka."

Alasan klasik, bukan sekali dua kali Yifan mendengarnya.

Ya, golongan darah Luhan memang langka dan dia tidak menerima donor sembarangan. Dari beberapa kali tranfusi darah yang dia perlukan, tubuhnya lebih cepat beradaptasi jika menerima donor darah dari Yifan, meskipun terkadang dia juga menerima donor darah dari persediaan bank blood di rumah sakit. Pernah sekali saat dia mendapat transfusi darah dari Rumah Sakit, tubuhnya bereaksi menolak darah itu. Yifan ingat saat itu Luhan mimisan dalam waktu lama dan tubuhnya lemas sekali, sampai - sampai Yifan merasa sangat bersalah karena tidak dapat mendonorkan darah pada Luhan sebelumnya -- Yifan masih berada di Changsa untuk mengikuti acara kampus saat Luhan butuh transfusi. Sejak saat itu, pihak keluarga mereka memutuskan untuk sebisa mungkin lebih memilih memakai Yifan sebagai pendonor daripada mereka memakai donor dari Rumah Sakit.

"Kalau begitu ayo," sahut Yifan langsung, meskipun Yifan terkadang lelah karena dirinya lebih sering dipakai sebagai 'suku cadang' Luhan, tapi pada dasarnya dia memang selalu peduli pada Luhan.

"Kau mau donor lagi Yifan?" tanya Leehom.

Dahi Yifan mengernyit, "Ya, kenapa?"

"Terakhir kali kau donor itu tiga minggu lalu. Belum sebulan."

"Tidak apa - apa. Darahku sehat kan, ayo dokter."

Leehom menurut saat Yifan sedikit mendorongnya ke ruang UGD.

"Tenang mama, Luhan pasti baik-baik saja," ujar Yifan pada Lihua sebelum masuk ke dalam ruangan.

"Kita perlu melakukan test dulu Yifan," ujar Leehom.

"Aku sehat. Anda tidak percaya padaku?"

"Yang sering terjadi memang kau selalu sehat setiap kali akan donor."

Yifan tersenyum, "Benar kan? Tunggu apalagi? Kakakku membutuhkan bantuanku."

Proses transfusi pun dimulai, Leehom dan perawat memasangkan selang-selang di tubuh Luhan dan Yifan. Yifan sempat memejamkan matanya, merasakan sensasi nyeri saat darah dari lengannya tersedot perlahan. Dia membuka matanya saat merasa tepukan pelan di bahunya.

"Aku menangani pasien lain dulu," pamit Leehom.

Yifan mengangguk dan menatap Leehom sampai lelaki itu keluar dari ruangan. Yifan mengalihkan pandangannya ke tubuh Luhan yang terbaring di ranjang sebelahnya. Wajah kakak kembarnya itu tampak pucat. Seolah sebagian besar darah dalam tubuhnya lenyap. Yifan mendesah, padahal Luhan hanya jatuh dari sepeda, lutut dan lengannya terluka karena itu, tapi dia kehilangan cukup banyak darah. Lebih banyak dari yang biasanya dikeluarkan orang normal.

Hhh, mungkin saat Luhan bangun nanti, Yifan akan memarahi Luhan karena dengan kurang kerjaannya lelaki itu bersepeda keliling komplek di siang hari.

Cukup lama trasfusi itu berlangsung, Luhan membutuhkan lebih dari 500ml darah. Perawat yang menemani mereka mulai menghentikan proses transfusi itu, melepas beberapa peralatan dan selang dari tubuh keduanya. Yifan meringis saat jarum yang menempel di lipatan lengannya dilepas. Dia tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada perawat yang masih berdiri di sebelah ranjang. Yifan sempat terdiam beberapa detik sebelum dia mengubah posisinya menjadi duduk dan bersiap turun dari ranjang. Tapi kemudian dia limbung karena rasa pusing dan mual yang dia rasakan, beruntung perawat masih berada di sebelahnya dan membantu menahan tubuhnya.

"Anda tidak apa - apa?" tanya perawat itu.

Yifan mengangguk, "Ya."

"Sebaiknya anda berbaring sebentar," saran perawat itu.

Yifan menurut, dia kembali membaringkan tubuhnya dan memejamkan mata. Aneh, biasanya dia tidak selemah ini setiap kali selesai mendonorkan darahnya pada Luhan. Bahkan lima bulan lalu darah yang dia donorkan pada Luhan saat Luhan mengalami pendarahan -- karena entah apa yang salah saat itu Yifan lupa -- lebih banyak dari sekarang, tapi dia tidak selemas ini. Biarpun kalau diingat-ingat, Yifan memang sering merasa lelah dan lemas sejak dia mendonorkan ginjalnya pada Luhan tahun lalu. Tentu saja hal itu hanya dirasakamya sendirian, Yifan enggan memberi tahu keluarganya karena takut mereka akan berpikir macam-macam jika dia mengeluh seperti itu. Takutnya Guixian akan mengira kalau dia menyesal karena telah mendonorkan organ dan bagian tubuh lainnya pada Luhan. Yifan juga takut kedua orang tuanya akan kecewa dan mengira dia tidak peduli pada Luhan, dan ingin Luhan terus menderita. Yifan memang seringkali kesal pada anggota keluarganya yang sejak tiga tahun ini seolah memperlakuannya sebagai suku cadang bagi Luhan. Tapi mau bagaimana lagi? Dia tetap melakukan apa yang mereka inginkan, mau tidak mau, suka tidak suka.

*

Yifan membuka matanya, sedikit terkejut saat menyadari bahwa dia masih berbaring di ranjang Rumah Sakit terlebih sekarang ada jarum infuse yang menempel di tangannya.

"Sayang, Yifan kau sudah sadar?" tanya Lihua saat melihat Yifan membuka mata.

"Ada apa?" tanya Yifan heran, dia ingat tadi dia mendonorkan darah untuk Luhan dan merasa pusing. Kemudian dia berbaring dan setelah itu tidak ingat apa-apa lagi.

"Kau pingsan setelah mendonorkan darahmu pada Luhan," jawab Lihua.

Pingsan? Benarkah aku selemah itu? Apa karena ini belum ada sebulan sejak aku terakhir kali donor dan kondisi kesehatanku buruk? Tunggu! Kalau benar tadi kondisiku tidak bagus, lalu bagaimana dengan darah yang kudonorkan untuk Luhan? Apa akan menimbulkan efek buruk? Berbagai pertanyaan mulai bermunculan di benak Yifan.

"Luhan?" tanya Yifan.

Lihua tidak langsung menjawab, dia menghela nafasnya berat, "Dia baik-baik saja. Kondisinya sudah lebih stabil. Dia sedang melakukan test sekarang."

"Test? Test apalagi?" tanya Yifan penasaran, tapi sebuah pikiran buruk tiba-tiba menghantui benaknya. "Mama, apa ada masalah lagi dengannya?" tanya Yifan.

"Jantungnya, dokter bilang jantungnya tidak bekerja normal."

Tbc

White Dwarf (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang