3

514 66 18
                                    

      Guixian mengernyit heran mendapati Yifan yang meringkuk di atas sofa, dia menghampiri adik bungsunya itu dan menyadari bahwa tubuh Yifan menggigil.

      "Yifan, tidurlah di dalam," perintah Guixian.

      Yifan sedikit membuka matanya, menampilkan mata merah yang membuatnya terlihat kacau. Dia menggeleng pelan, kepalanya sangat pusing, dia bahkan tidak yakin akan sampai di kamarnya tanpa terjatuh.

      "Kau bisa kedinginan di sini," ujar Guixian, "Kau sakit kan? Ayo kedalam," ajak Guixian yang langsung menyimpulkan bahwa kondisi Yifan tidak baik-baik saja.

     Untuk kedua kalinya Yifan menggeleng, "Tolong ambilkan selimutku ge."

      Guixian menurut, dia berjalan ke arah kamar Yifan dan mengambilkan selimut sekaligus bantal Yifan. Diletakkanmya bantal itu di kepala Yifan kemudian menyelimuti tubuh Yifan. Guixian menempelkan telapak tangannya ke kening Yifan. Sedikit terkejut mendapati panas tubuh Yifan. Guixian berinisiatif mengambilkan selembar selimut lagi dari kamar tamu saat menyadari Yifan masih menggigil kedinginan. Kini Yifan terlihat seperti gulungan besar dengan dua selimut tebal yang menumpuk di tubuhnya.

      "Dingin ge," rengek Yifan pelan.

     Lagi-lagi dahi Guixian mengernyit, "Kau sudah memakai dua selimut Yifan."

     "Dingin."

      "Sebentar."

      Dengan langkah cepat Guixian kembali ke kamar Yifan, membuka lemari lalu mengambil jaket dan kaos kaki. Kemudian kembali menghampiri Yifan, membantunya memakai kedua benda itu. Guixian menyadari kalau wajah Yifan pucat sekarang dan dia berkeringat dingin.

     "Xiexie ge," ujar Yifan lalu kembali berbaring.

     "Lebih baik kau makan dulu, minum obat, lalu baru tidur," saran Guixian.

      "Aku mual, pasti aku akan memuntahkannya. Sudah, gege pergi menjemput Luhan saja," Yifan masih ingat kalau hari ini jadwal kepulangan Luhan dari Rumah Sakit. Ya, Luhan kembali diopname di Rumah Sakit karena mendadak pingsan dua hari lalu. Tapi kali ini Luhan hanya kelelahan, tidak terluka hingga berdarah-darah seperti beberapa bulan lalu.

      Guixian terdiam, mengamati Yifan yang sudah memejamkan matanya. Serenggang apapun hubungannya dengan Yifan -- bahkan membuat keduanya sering perang dingin dan adu mulut -- dia tetap peduli pada Yifan. Yifan tetap salah satu adiknya. Dengan kondisi Yifan yang seperti ini, tentu saja dia tidak tega meninggalkan Yifan di rumah sendirian.

     "Aku akan menelepon baba dan memintanya menjemput mama dan Luhan," ujar Guixian tanpa persetujuan Yifan, dia beranjak menjauhi sofa dan mulai menelepon Yunhao dengan ponselnya. Nada sambung terdengar sebanyak tiga kali sampai Yunhao menerima panggilannya.

     "Baba, baba bisa menjemput Luhan sekarang? Yifan sakit, aku tidak bisa meninggalkannya di rumah sendirian...sepertinya demam, tubuhnya panas, tapi dia kedinginan..."

     Yifan dapat mendengar samar-samar suara Guixian saat dia merasa ada yang mengalir dari hidungnya. Yifan memaksakan diri mengubah posisinya menjadi duduk, dan saat berhasil duduk setetes darah dari hidungnya jatuh mengenai ujung selimutnya. Dengan gerakan pelan Yifan mengambil tissue di meja, membersihkan hidungnya yang belepotan darah. Guixian datang saat dia masih sibuk membersihkan darahnya. Membuat Guixian meletakkan ponselnya di meja begitu saja, kemudian mulai membantu membersihkan darah Yifan. Sebenarnya Guixian sudah terbiasa melihat pemandangan ini, hanya saja, biasanya Luhan yang mengalaminya bukan Yifan.

     "Kita ke Rumah Sakit? Baba menganjurkan itu tadi," ujar Guixian sambil membantu Yifan membersihkan darah yang belum berhenti mengalir dari hidungnya.

White Dwarf (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang