"Kenapa Ge?" Yifan menuntut.
"Sudah jelas karena kau sakit."
"Aku sudah merasa lebih baik."
"Kau mulai tidak bisa membedakan kalimat larangan dan izin?"
"Tapi aku harus latihan!"
Luhan menghela nafas diam-diam menyaksikan adu mulut kedua saudaranya.
"Kau bisa latihan saat kau sembuh," ujar Guixian, dia menyerahkan nampan makanan Yifan kepada Luhan lalu meninggalkan keduanya tanpa mengatakan apapun.
"Kurasa gege benar, jangan latihan dulu."
"Turnamen semakin dekat Lu," Yifan menghela nafas. Sebenarnya dia juga tidak yakin akan sanggup latihan, tapi kan dia belum mencobanya.
"Bulan depan kan?"
"Luhan, ini sudah masuk akhir bulan. Minggu depan sudah memasuki bulan baru. Turnamen dua minggu lagi."
"Cepatlah sembuh agar bisa cepat latihan."
Yifan menghela nafas lagi, matanya menatap ke sekitar ranjang. Membuat Luhan mengernyit heran awalnya, tapi dia sadar saudara kembarnya itu tengah mencari sesuatu.
"Apa?"
"Ponsel...ah itu. Tolong ambilkan ponselku, aku akan memberitahu pelatih Huo kalau tidak bisa datang latihan," ujar Yifan sambil menunjuk ponselnya yang terletak di meja sebelah Luhan.
*
"Yifan?"
Yifan menoleh, mendapati pelatih Huo berjalan ke arahnya. Pemuda itu membungkuk hormat.
"Kau sehat?" tanya pelatih Huo sambil mengamati Yifan.
"Ya, saya sehat coach."
"Kudengar kesehatanmu kurang baik di test kesehatan terakhir. Dan kemarin lusa kau meminta izin padaku untuk tidak ikut latihan karena sakit."
"Saya sudah sembuh coach. Anda tidak perlu khawatir, saya sanggup ikut dalam turnamen," sahut Yifan cepat, mengerti kemana arah pembicaraan pelatihnya.
Pelatih Huo menarik nafas dalam, memberi isyarat agar Yifan mengikutinya ke tepi lapangan. Yifan menurut, meletakkan bola yang dipegangnya di lantai begitu saja dan mengikuti pelatih Huo.
"Aku tahu kesehatanmu sangat penting Yifan, kalau kau tidak sanggup aku juga tidak berani memaksakan. Aku tahu apa saja yang kau lakukan dengan tubuhmu. Di beberapa sisi, bisa jadi aku melanggar aturan dengan tetap mempertahankanmu di tim inti."
Yifan tidak berniat menyela sedikitpun, dia hanya ingin mendengar apa yang akan keluar dari mulut pelatihnya. Yang jelas, dia tidak ingin dikeluarkan dari tim. Jika pelatihnya memang memiliki niat untuk itu, Yifan akan mencoba bernegosiasi agar dia tetap di tim inti. Bukan hal mudah baginya hingga sampai ke tahap ini. Dan Yifan tidak rela jika dirinya harus masuk ke tim cadangan lagi.
"Kau tahu kan? Dilihat dari seberapa seringnya kau melakukan donor, bisa jadi itu akan mempengaruhi kondisi tubuhmu. Kalau kau tetap berada di tim lalu kesehatanmu semakin menurun, tidak akan ada yang bertanggung jawab."
"Tapi saya sehat coach. Tubuh saya berada dalam kondisi baik. Anda tidak perlu khawatir pada kondisi saya, saya yakin ini tidak akan mempengaruhi aktifitas saya di tim," Yifan mulai mencoba meyakinkan, meskipun dalam hati dia sedikit ragu dengan perkataannya sendiri. Dia mulai memikirkan ucapan dari dokter yang dia temui dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Dwarf (Completed)
Fanfiction"Aku...mungkin seperti katai putih, kau tahu, dia bisa saja menjadi berlian raksasa walaupun dia mati. Bukankah itu indah?" "Tidak. Kupikir akulah katai putih itu. Bukankah katai putih itu serakah? Dia menyerap apa yang ada pada katai merah. Keserak...