Bagian 22

495 47 4
                                    

Harry P PoV

Aku sedang berdiri di balkon menatap lalu lintas yang berada di depan Apartemen sewaan di pinggiran kota Paris, Perancis.

Sudah hampir tiga minggu aku tinggal disini karena menemani temanku bernama Cho Chang yang mendapat tugas menulis artikel tentang kota Paris. Kebetulan dia bekerja di salah satu perusahaan majalah terkenal di Brazil.

Sebelum tinggal disini, aku memang sudah cukup lama tinggal di Brazil sejak aku kehilangan ingatanku hampir 13 tahun yang lalu.

Aku lupa siapa diriku sebenarnya, dimana asalku, bagaimana keadaanku. Sampai aku bertemu dengan Cho Chang 5 tahun yang lalu dan dia mengatakan bahwa dia mengenalku, mengenal keluargaku dan mengenal seluk beluk tentangku.

Sejak saat itu aku dekat dengannya, dia membantuku mengingat untuk semuanya dan berkat bantuannya aku ingat semuanya secara gamblang sekitar satu bulan yang lalu.

Yang paling ku ingat dari diriku sendiri adalah : Namaku Harry Potter, aku cukup terkenal di kalangan penyihir Inggris, aku tinggal di desa Godric Hallows nomer 39 di Inggris, dan aku mempunyai seorang istri bernama Ginny Weasley.

Aku mendesah. Mengingat semuanya membuatku ingin cepat-cepat kembali ke Inggris.

Ada seseorang yang memeluk pinggangku dari belakang, aku menoleh dan tersenyum.

Cho Chang tersenyum , dia adalah wanita cantik berwajah oriental yang sudah 4 tahun menjadi kekasihku sebelum aku tahu siapa diriku sebenarnya.

"Apa?." tanyaku padanya.

Dia memberengut. "Kau tidak menjawab panggilanku, sudah ku cari kemana-mana ternyata kau ada disini."

Aku tersenyum, lalu melepas tangannya dari pinggangku.

Cho menatapku dengan pandangan bertanya.

"Sorry, ku rasa kita tidak bisa melakukan hal ini lagi. Kau tahu sendiri aku sudah punya Ginny."

Dia mendengus. "Sudah ku kira kau akan begini suatu saat nanti."

"Maaf..."

Dia berusaha tersenyum. "Aku mengerti Harry, seharusnya sejak awal aku tahu apa yang kita lakukan ada perbuatan yang salah."

Aku menggenggam tangannya. "Jangan berkata seperti itu, sungguh. Aku yang memberimu harapan Cho."

Dia menatapku lalu mengerjap, setetes air mata membasahi pipinya. "Seharusnya bulan depan adalah pernikahan kita."

"Aku tahu... Aku minta maaf telah membatalkan segalanya."

"Bukan salahmu..."

Cho membelakangiku, aku tahu dia menangis karena bahunya terguncang.

Aku mengusap bahunya.

"Kau tahu Harry?. Yang ku sesalkan adalah bukan karena kau ingat siapa dirimu sebenarnya tapi lebih kepada perasaanku ini. Aku tak tahu bagaimana perasaanku jika kau pergi dariku. Selama lima tahun kita tinggal bersama, rasanya sangat berat jika saat aku pulang aku tahu tidak ada yang menungguku di rumah."

Aku memeluknya.
"Kau harus percaya bahwa aku menyayangimu Cho, aku menyayangimu seperti aku menyayangi diriku sendiri. Tapi aku tak bisa berbohong bahwa, aku juga aku sangat mencintai Ginny."

Cho mengangguk, lalu melepaskan pelukanku.
"Kapan kau ke Inggris?."

Aku mengangkat bahuku. "Aku belum siap."

Dia menatapku. "Kau payah."

Aku terkekeh. "Kau terlihat lebih payah."

Dia melotot. "Kenapa begitu?."

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang