Siapa?

220 11 2
                                    

"Aww." Ringis gue saat tubuh gue didorong sampai jatuh ke lantai.

Gue merasa sakit disekitar siku gue mungkin lecet gara-gara kebentur lantai.

Gue buka kain yang nutup mata gue, gue lihat sekeliling tempat ini, bukannya ini gudang. Ada tiga orang cewe yang berdiri tidak jauh didepan gue dan gue gak tau siapa mereka.

"KALIAN SIAPA SIH!!" Teriak gue saat melihat mereka.

Plak

Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi gue, emang mereka siapa seenak gidatnya nampar gue.

"Itu karena lo berani-beraninya neriakkin kita dan ini." Kata cewe yang pake bando pink mau menampar gue lagi.

"Lo siapa? Lo punya hak apa buat nampar gue? Keluarga gue? Guru? Atau sahabat gue? Lo itu bukan siapa-siapa gue ngapain lo nampar-nampar gue seenak gidat lo?" Ujar gue setelah menahan tangan si cewe bando pink.

Plak

Suara tamparan dari tangan gue ke pipi cewe yang pake bando pink. "Dan ini untuk lo yang udah nampar gue."

"Lo berani ngelawan!" Katanya sambil memegang pipinya.

"Kalian kira gue takut sama kalian semua? Gak sama sekali!" Kata gue lantang. Gue lihat rahang cewe yang pake bando pink mengeras petanda kalo dia sedang menahan emosi.

"Oh lo gak takut!" Katanya dengan seringaian devilnya. Gue tatap dengan tatapan tajam ke arahnya, gue gak tau dia bakalan melakukan apa lagi setelah ini.

Gue tangkap tangannya yang mau menjambak rambut gue, langsung saja gue melintir tangannya ke belakang.

"Lo sebenarnya punya masalah apa sih sama gue?" Tanya gue yang masih melintir tangannya ke belakang. Merasa ada perlawanan dari cewe bando pink, gue pun semakin menekan tangannya.

"Aww." Ringisnya, gue lihat teman-temannya yang mulai mendekat. "Sampai kalian maju selangkah lagi gue jamin tangan teman lo bakalan gue patahin." Ancam gue, mereka pun tetap di tempat mereka.

"Kenapa lo mau ngebully gue? Jawab!" Bentak gue ke cewe bando pink.

"Karena lo udah merebut Putra dari gue. Putra cuma milik gue! Gak ada yang boleh ngerebut dia dari gue, termasuk lo!" Teriaknya, jadi semua ini karena rasa sukanya atau obsesinya terhadap Revan. Sial, kenapa jadi gue yang jadi korbannya.

"Gue dengan Revan gak ada hubungan apa-apa. Kita cuma teman gak lebih. Lagian bukannya Revan gak punya pacar yah kok lo malah ngaku-ngaku kalo Revan adalah milik lo." Kata gue panjang lebar lalu melepas tangan gue dari cewe bando pink.

Dia hanya diam gak menjawab mungkin karena tersindir atas omongan gue tentang obsesinya terhadap Revan. Sebaiknya gue pergi keluar dari gudang ini sebelum mereka berulah lagi.

Gue pun beranjak ke luar gudang saat gue sudah ada diluar. Gue mendengar teriakan dari dalam gudang.

"GUE BAKALAN BALAS APA AJA YANG UDAH LO LAKUKAN KE GUE!!" Teriak seseorang yang ada di dalam gudang. Gue yakin itu pasti cewe yang pake bando pink, untungnya gue cepat keluar sebelum dia berulah lagi.

***

Mungkin lebih baik gue ke cafe mama dari pada di rumah gak ada orang.

Gue pun melajukan mobil gue ke cafe milik mama yang jaraknya agak jauh dari sekolah, mungkin memerlukan waktu kira-kira 30 menit.

Saat gue sampai di cafe, gue melihat Revan yang sedang berbincang dengan wanita yang cantik mungkin agak lebih tua 9 tahun dari Revan. Siapa dia? Apa kakak Revan atau mungkin pacarnya.

Ya sudahlah lagian juga bukan urusan gue tapi kenapa gue merasa sesak dan sakit secara bersamaan saat melihat Revan dengan cewe itu.

"Gi kamu disini sayang." Kata mama lalu memeluk gue. Kenapa gue bisa gak sadar kalo mama ada di samping gue.

"Iya mama, aku kesepian di rumah makanya aku pergi ke cafe mama." Jelas gue setelah mama melepas pelukannya.

"Maaf ya sayang mama lebih banyak menghabiskan waktu di cafe dari pada memperhatikan kamu." Katanya sedih.

"Ya gak papa, kan aku udah disini, jadi gak bakalan kesepian lagi." Kata gue agar mama tidak merasa bersalah karena lebih sering menghabiskan waktu diluar dari pada di rumah.

Mama pun tersenyum mendengarnya. "Kamu sudah makan?" Tanyanya lalu gue jawab dengan anggukan kepala.

Akhirnya mama pun hanya memesan minum untuknya dan untuk gue.

***

Gue menatap kosong ke langit-langit kamar gue dengan posisi yang sedang berbaring di atas kasur sekarang.

Gue selalu kepikiran siapa cewe yang ada di cafe bersama Revan sore tadi. Seharusnya gue gak perlu mikirin ini karena itu semua bukan urusan gue, tapi gak tau kenapa semakin gue gak mau mikirin itu malah semakin jelas bayangan Revan yang sedang berbincang dengan cewe itu.

"Kayaknya gue harus nanya ke Revan siapa sebenarnya cewe yang di cafe tadi." Gumam gue lalu berusaha untuk tidur.

***



TBC___

Jangan lupa vote and comments!

Kritik dan saran kalian sangat membantu ku :-)

Thanks and Keep Reading^_^

Yours (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang