Chapter 04: Senyum Kecil

98.2K 13.6K 774
                                    


Chapter 04: Senyum Kecil



    Rosi mengangkat alis memandang motor hitam mulai terlihat mendekat ke pagar rumahnya. Gadis langsing berambut panjang itu berdiri, tersenyum begitu saja melihat tubuh tegap itu terlihat makin menawan dengan motor hitamnya.

Siapa itu Boy Anak Jalanan? Bagi Rosi Junaid pengendara motor paling keren.

Rosi sudah akan menuruni tangga teras ketika Junaid yang baru berhenti justru mematikan mesin dan memarkir motor. Gadis tinggi itu langsung mengernyit, melihat Junaid dengan tenang turun dan menaruh helm di atas motor.

"Haus. Ambilin minum dong," ucap pemuda itu dengan santai melewati Rosi begitu saja, menjatuhkan diri di atas kursi teras sambil menghembuskan nafas.

Rosi tenganga di tempat. Gadis itu mengerjap-ngerjap, lalu berbalik dan menatap pemuda itu horror. Walau berikutnya ia tersentak sendiri. Garis wajahnya berubah, melihat Junaid sudah duduk bersandar dengan kedua tangan di sisi lengan kursi, memejamkan kedua mata dengan tenang.

Ya Tuhan tampannya makhluk satu ini....

"Cepetan. Mau dianter nggak?"

Rosi terkesiap dan mengerjap tersadar dari keterpesonaannya. Masih dengan mata terpejam pemuda itu tak menolehkan kepala. Rosi mencibir kecil, mengalah dan memasuki rumah.

Tak lama Rosi keluar dan menaruh gelas air putih ke meja yang memisahkannya dengan Junaid. Junaid membuka mata dan menoleh.

"Elo darimana?" tanya Rosi memandangi seragam putih di balik jaket hitam Junaid, juga celana panjang abu-abunya. Berbanding terbalik dengan Rosi yang memakai seragam basket lengkap.

Junaid tak langsung menjawab. Pemuda itu meneguk air putih dari gelas, membuatnya agak mendongakkan leher. Jakunnya bergerak naik turun dengan rahang menegas dari sisi kanan wajahnya seperti ini.

Rosi mengulum bibir, menyadarkan diri agar tidak mengeces saat ini juga. Bahkan gadis itu segera menggigit bibir rapat-rapat menahan dirinya sendiri ketika Junaid mendesah pelan mengusap bulir sisa air di bibirnya.

Junaid menolehkan kepala, menaruh gelas kosong ke atas meja dan menumbukkan tatapan pada Rosi yang terpana menatapnya.

Rosi segera menguasai diri dengan sempurna. Gadis itu memasang wajah datar dengan tenang.

Tapi sekarang hatinya tak mungkin bisa tenang.

"Tadi dari bantu tim cheers pindah ruang," jawab Junaid memandang Rosi.

Rosi menggerakkan mata menghindari tatapan teduh pemuda itu.

Sial. Pemuda ini kenapa begitu kurang ajar sih sampai bisa buat Rosi mati kutu gini?

"Jadi sekarang ruangan kita pisah," lanjut Junaid tak mengalihkan wajah memandang gadis itu.

Rosi mengangkat alis. Entah kenapa merasa tersentil. Ia menoleh dengan delikan samar, "lo kecewa banget ya?" tanyanya menyindir.

"Kecewa apa?" sahut Junaid tenang, kembali menyandarkan punggung.

Rosi tak tahan untuk tidak mencibir, "tadi aja lo bela-belain bantu mereka pindah ruang. Cih, cowok mah emang pinter modusnya," gerutu gadis itu mengomel sambil merunduk, memandangi kedua pasang sneaker di kakinya dengan bibir agak bersungut.

Junaid tak menjawab sambil memandangi gadis itu. Tapi ada senyum kecil di wajahnya yang tak Rosi lihat.


2A3: Haughty-boy✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang