Chapter 24: Telepati
Beberapa saat lalu...
Rosi berdehem agak salah tingkah. Jeffry membelikannya sebotol sprite dan sebungkus biskuat, dua hal kesukaan Rosi. Lalu kemudian mengajaknya duduk di meja luar minimarket.
"Apa kabar?"
Rosi mau tak mau tersenyum. Entah kenapa teringat ucapan Hanna waktu itu: 'setiap mantan selalu punya hari dimana dia akan kembali dan nanya 'apa kabar?' dan di saat itulah elo harus menyiapkan tameng hati yang kuat'.
"Kayaknya baru dua minggu lalu kita nanya kabar juga," kata Rosi tenang, tersenyum ramah.
Jeffry jadi meringis salah tingkah. "Gue udah denger Mina ketemu lo. Sorry ya."
Rosi mengangguk tenang, "Nggak papa kok. Gue ngerti."
Jeffry mengangkat alis. Gadis ini berbeda. Jeffry tak tahu pasti. Tapi yang jelas ada yang berubah. Rosi terkesan lebih tenang dan lebih bersahabat dari sebelumnya.
"Sweater lo oversized banget," celetuk Jeffry yang sebenarnya tak tahu harus bicara apa lagi, mengomentari sweater abu-abu kebesaran itu.
Rosi refleks merunduk. Gadis itu diam, mengerjap-ngerjap. Sosok jangkung yang berwajah dingin itu terbayang.
Dan entah kenapa itu membuatnya merona.
Rosi menggigit bibir, menahan senyum sambil mendongak kembali. "Eung... Hehe... Ini punya pacar gue," jawab gadis tersipu.
Jeffry agak tersentak, walau tak lama ia jadi mendesah mengerti. "Oh ya gue inget. Mina juga bilang lo udah punya cowok..."
Rosi tersenyum malu.
"Sekarang dia mana?"
"Ah, masih di sekolah. Dia ketua ekskul, jadi agak sibuk," jawab Rosi tersenyum.
Memang rumusnya seperti itu. Pacar yang sekarang harus dilebih-lebihkan di depan mantan pacar.
"Hm.... Gitu," Jeffry mengangguk mengerti, "siapa namanya?"
Rosi bergerak agak salah tingkah, menyematkan anak rambut ke belakang telinganya. "...Junaid."
Jeffry mengangkat alis, dan kemudian tertawa. "Pipi lo jadi merah, Ros," ejek pemuda itu.
"Ih, apasih," sahut Rosi makin tersudut. "Eh, by the way cewek lo mana?"
Jeffry mengangkat alis, lalu terkekeh kecil walau terdengar miris. "Hm... lagi nggak akur."
"Oh..." Rosi manggut-manggut mengerti. Walau dalam hati menyahut.
'Ah lo telat berantemnya. Kalau dari dulu-dulu aja datangnya, gue bisa nampung lagi.' Rosi segera menampar dirinya sendiri dalam hati, 'sadar, Ros. Jeffry nggak pernah mau beliin lo pembalut ataupun jamu pereda PMS.'
Jeffry tersenyum, "kapan-kapan jalan bareng yuk, Ros."
"Hn?" Rosi refleks mendongak. Jeffry makin tersenyum. Yang membuat gadis itu kembali bicara pada diri sendiri, 'kuatkan imanmu, Ros... Jangan goyah...'
"Gimana kalau nonton Finding Dory?" ajak Jeffry bersemangat.
Rosi mau tak mau kembali terpana. Rosi selalu gemas jika Jeffry tersenyum riang seperti anak kecil begini. 'Ah, sial. Gue butuh Junaid Keano sekarang untuk menyadarkan gue.'
"Eung..." Rosi hampir saja mengangguk mengiyakan. Namun entah kenapa ia menolehkan kepala, langsung melihat seorang pemuda jangkung berjalan mendekat. Membuat gadis itu membelalak.
Oh, God.
Apa pemuda ini punya radar atau telepati ya?
Junaid berhenti di samping Rosi, menatap gadis itu. Membuat Rosi segera tersadar kembali.
Bahwa ia sudah menemukan seseorang yang jauh lebih baik sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
2A3: Haughty-boy✔ ✔
Genç KurguSeries Kedua #2A3Series Tentang gadis receh yang harus berhadapan dengan si ketua ekskul judesnya. "Dari jutaan manusia di dunia kenapa gue naksirnya sama elo sih dasar gigi dugong" [CERITA SUDAH PERNAH DIPUBLIKASIKAN 6 JUNI 2016 - 20 JULI 2016] [...