Chapter 18: HEHEH

82.4K 11.6K 1.2K
                                    


Chapter 18: HEHEH 




      "Gue masih nggak percaya."

Hanna yang merunduk memegang hape jadi mengangkat wajah, begitupula Jesya yang asyik menulis. Lisa yang sedang iseng memandangi gambar di buku ikut menoleh. Kelas mereka sedang berada di perpustakaan karena Pak Gunawan tidak masuk dan memberi tugas mengumpulkan data dari buku-buku perpustakaan.

"Tu orang bisa seajaib itu ya?" gumam Rosi dengan suara mengambang dan kening berkerut.

"Lah, elu juga ajaib," celetuk Hanna menyahut. Ia kembali merunduk pada hape, "dari dulukan emang lo yang nggak peka."

Rosi mendecak kecil, merasa tersudut lagi. "Tapi gue masih nggak percaya, Han. Dia boong deh kayaknya," katanya dengan yakin.

"Yakali, Ci," kata Jesya agak sewot, merasa gemas. "Gara-gara lu gue pengen jadi penghulu tahu nggak. Biar cepet-cepet kawinin lo berdua."

"Emang penghulu bisa cewek, Jes?" tanya Lisa menanggapi serius.

Jesya jadi menatapnya malas dengan lelah.

"Ci Oci!" bisikkan heboh beserta seseorang langsung duduk merapat pada Rosi membuat gadis itu kaget. "Tadi Junaid ngomong apaan? Nembak lo?"

Rosi mendecak, merasa terganggu, "apaan sih Jane," katanya terusik.

Jane meringis, "itu tadi lo kenapa sama Pak Junaidi? Pisangnya lo ambil berapa lo bayar berapa?" tanyanya memelankan suara. Lisa jadi tertawa mendengar itu.

"Efek terlalu dekat sama Jevon sungguh besar," komentar Jesya geleng-geleng kepala memandang Jane prihatin.

Rosi mendengus. Ia menggeleng sendiri sambil beranjak. "Dah ah gue bingung," katanya sambil langsung berbalik pergi.

"Loh, Ros? Belum cerita!" tahan Jane namun Rosi sudah melangkah jauh.

Rosi mendekati Theo, pamit pergi ke UKS dengan alasan perutnya sakit. Theo ingin bertanya rinci tapi melihat wajah garang Rosi yang tak mau ditahan membuatnya mau tak mau mengijinkan. Gadis itu segera melangkah ke UKS di samping perpustakaan.

Rosi menghembuskan nafas duduk di atas tempat tidur UKS. Mbak Indah, suster penjaga UKS sedang asyik scroll timeline IG onlineshop jadi bersyukur ketika Rosi menolak dibuatkan teh hangat dan langsung menuju tempat tidur.

Rosi duduk bersandar, kemudian melamun kembali.


"Lo inget nggak sih perkenalan pertama kita?


Gadis itu memejamkan mata, mencoba mengingat semuanya.



"Gue datangin lo langsung. Minta WA lo langsung. Karena gue pengen lo tau nama gue Junaid, ketua ekskul basket.



Rosi menggigit bibir bawah tanpa sadar.



"Gue pengen lo tahu nama gue, Ros."



Rosi menggigit bibir makin keras, menahan jeritan. Gadis itu langsung menutup wajah memerahnya dengan telapak tangan dan berguling ke atas ranjang. Setelah tadi hanya bisa melongo bengong, kini ia benar-benar bisa melampiaskannya. Suara Junaid yang dalam kembali teringat.

2A3: Haughty-boy✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang