13. PANDORA : 2

62 7 0
                                    

Aku merasa ada yang aneh
dengan kertas itu.

13. PANDORA : TENTANG KEBENARAN

Astaga..! Ini.....? Surat apa? Celetuk dalam hati Aysel.

Ia tertegun setelah membaca isi surat itu berulang kali. Ia tidak percaya tentang apa yang ia baca kali ini. Ia pun mulai membacanya lagi untuk lebih mengerti maksud dari surat tersebut.

Teruntuk dirimu penjelajah baru.
Kau mungkin takkan pernah mengerti dengan apa yang kau hadapi. Tapi ini memang benar. Dugaan mu itu benar Nona Aysel.
Tentang dunia yang kau anggap tidak benar.
Disini aku bukan sebagai petunjuk. Hanya saja sebagai pengingat. Tapi untuk kali ini aku kasihan padamu.
Karena tak kunjung menemukan sebuah kunci.
Izinkan aku memberitahumu

"Seseorang telah terjatuh dari tebing yang curam. Maka ia akan mati. Namun yang lain berkata Dia bisa hidup di jurang itu, dan kita harus menemukannya baik mati atau hidup yang terpenting ia tidak boleh terjebak disana selamanya"

Seketika Aysel memikirkan kata-kata tersebut. Tetapi kepalanya makin terasa sakit, akhirnya ia lebih memilih untuk mandi dan meninggalkan kertas tersebut.

Aysel termenung di bawah guyuran air hangatnya. Ia masih memikirkan kertas tersebut.
Seketika Aysel langsung cepat-cepat menyelesaikan mandinya dan mandi besarnya, lalu keluar dan memakai pakaiannya. Setelah itu ia langsung bergegas mengambil air wudhu untuk menunaikan ibadah sholat Maghrib. Baginya saat ia tidak punya siapa pun untuk menjadi pegangan, Aysel selalu mengadu pada tuhannya dalam do'anya seusai sholat. Dan bagi Aysel itu adalah cara ampuh untuk mengusir rasa bingung dan lelah hidup ini, seketika raga dan batinnya menjadi tenang.

Ya allah, aku benar-benar butuh pegangan sekarang. Aku benar-benar membutuhkan sebuah tangan. Untuk menuntunku keluar dari sini. Apa maksud dari semua ini? Bantulah hambamu ini ya allah...

Merupakan sepenggal do'a yang Aysel ucapkan. Berharap keajaiban akan datang dan ia akan kembali menjadi Anak SMA yang sedang duduk ditaman dengan Aidan. Setidaknya itulah yang ia inginkan sekarang.

Selanjutnya yang Aysel lakukan adalah mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dan belajar walau hanya sekedar membaca-baca buku. Ia tidak ingin fikirannya diam saat ini. Takut-takut akan terfikir tentang bayangan kertas tersebut. Dan setelah selesai dengan tugas-tugasnya, Aysel pun kembali menunaikan ibadah sholat Isya.

Kini setelah selesai dan Aysel ingin pergi ke ranjang dan tertidur. Aysel merasa ingin sekali tidur disamping kakaknya. Akhirnya Aysel memutuskan untuk tidur dikamar kakaknya. Tak lupa ia membawa gulingnya. Guling kesayangannya.

Ketika hendak ingin menutup pintu kamar Aysel kembali mengingat kertas itu. Ia akhirnya kembali kekamarnya dan mengambil surat tersebut dilacinya.

Saat sudah sampai dipintu kamar kakaknya Aysel mengetuk pintunya, hingga terdengar bunyi "Masuk..!".

Saat itu Alfath sedang memainkan ponselnya dengan gitar dipangkuannya.

"Kak, aku tidur sini ya.." kata Aysel sambil menutup pintu kamar kakaknya tersebut.

"Iya udah tidur aja, jangan lupa ambil karpet terus lu tidur ya..." ucap Alfath.

"Emang lu kalo tidur diranjang pake karpet?" tanya Aysel yang heran.

"Siapa bilang lu tidur diranjang? Lu tidur dibawah...!" jawab Alfath dengan muka yang dibuat serius.

"Ihh apaan sih kak, masa gue tidur dibawah. Udah kaya anak tiri gue. Eh kak! Gue ini saudara lo satu-satunya. Entar kalo gue meninggal gara-gara kedinginan dibawah. Mau lo?" kata Aysel yang berlebihan.

PANDORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang