Bab 1. Penunggang Unicorn

7.9K 622 109
                                    

Malam itu langit tertutup kabut, membuat cahaya rembulan tidak dapat menyapu daerah di bawahnya. Rimbunnya pepohonan semakin mempergelap keadaan, satu-satunya penerangan hanya bersumber pada obor para pengawal yang sedang berderap menelusuri hutan.

Seorang pemuda hampir menggigil dalam balutan jubah kebesarannya, zirah besi yang tersembunyi di balik balutan jubah tebal itu membuat kulitnya serasa diselimuti es. Ia berkali-kali merutuki nasib baik yang lagi-lagi tidak berpihak kepadanya.

Seharusnya sekarang ia sudah sampai di istana, membuat mantel dari kulit singa, atau menikmati santapan rusa dari perburuannya sepanjang hari. Namun, entah mengapa, belakangan ini hewan-hewan tersebut sukar sekali untuk ditemui.

Dia sudah menjelajahi hampir seisi hutan Kalimea di selatan kerajaan Arterra bersama para pengawalnya dan tetap tak menemukan satu pun dari jenis mereka. Satu-satunya hewan yang ia temui hanyalah binatang pengerat, yang sama sekali tidak termasuk dalam daftar buruannya.

Pemuda itu lantas mendongak ketika mendapati tetesan hujan yang berhasil menerobos kanopi daun semakin rapat rintikannya.

Akan sangat buruk bila hujan benar-benar turun dengan lebat, obor para pengawalnya pastilah padam dan tidak akan ada sumber penerangan untuk mereka melanjutkan perjalanan.

"Pangeran Elden," panggil salah satu pengawal di belakangnya. "Apakah tidak sebaiknya kita mencari tempat untuk bermalam? Hari sudah sangat gelap dan hujan sepertinya akan turun dengan deras. Sementara perjalanan menuju istana masih sangatlah jauh, semua kuda juga sudah pasti kelelahan."

"Aku pun sependapat denganmu, Jenderal Einar," sahut Elden. "Mari mulai mencari, aku yakin tidak akan sulit menemukan tempat berteduh di sekitar sini."

Para pengawal pun mulai berpencar. Elden baru saja mengentak tali kekang kudanya ketika terdengar teriakan yang saling bersahutan tidak jauh dari tempat mereka. Teriakan itu disusul oleh derap langkah selusin kuda yang sedang berpacu, suara desingan senjata membelah udara dapat ia dengar kemudian.

"Apa itu?" tanya Elden, sedikit waswas ketika suara-suaranya semakin mendekat.

Belum sempat salah satu dari para pengawalnya menjawab, Elden melihat sebias cahaya yang bergerak sangat cepat, ia kemudian menyadari bias itu berasal dari seekor kuda. Kuda yang dua kali lebih besar dari kuda paling besar, dengan tubuh seputih mutiara, dan surai emas seindah jalinan sutra.

Elden mengerutkan keningnya tatkala ia menyadari ada tanduk spiral berwarna emas tepat di pertengahan dahi si kuda. Makhluk itu bukan kuda, melainkan unicorn. Hewan mitos yang ia kira hanya legenda.

Elden terpana melihat keanggunan makhluk itu, pergerakannya begitu ringan, begitu mantap dan tanpa keraguan. Derap langkahnya pada tanah tak menimbulkan suara, seolah ia berlari di atas udara.

Orang yang menunggangi unicorn tersebut mengenakan jubah biru tua, membuat sosoknya tidak terlihat dengan jelas. Namun si penunggang sama sekali tidak mengarahkan laju unicorn-nya. Tidak ada tali kekang ataupun pelana yang terikat pada badan makhluk tersebut.

"Oh, demi Raja Valda Divina Hadria dan semoga beliau jaya di atas singgasananya," desah para pengawal. "Itu makhluk agung, Yang Mulia. Ia tengah dikejar oleh para pemburu."

Segera setelah itu, mereka melihat gerombolan pemburu yang berpacu di atas kuda semerah bata. Para pemburu itu berteriak, berseru, melontarkan anak panah dari busur, melemparkan lembing dan tombak, tampak sangat bersemangat mengejar unicorn yang kini menghilang di balik pepohonan hutan.

Elden memacu kudanya untuk mengikuti para pemburu. Pengawal di belakangnya melakukan hal serupa tanpa banyak bertanya.

Bukan hal yang mengejutkan mendapati para pemburu mengejar makhluk mitos itu. Dalam kisah-kisah yang sering Elden dengar di masa kecil, tanduk unicorn diceritakan dapat menetralkan racun dan menyembuhkan berbagai penyakit, darahnya dipercaya memberi umur panjang bagi peminumnya, belum lagi surai emasnya yang dapat ditukar dengan berkarung-karung kepeng emas.

The Soul of the Moon [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang